68

201 26 3
                                    

"HAHAHAHAHA!!! Jika kau ingin menyusul ibu mu maka akan ku kabulkan!!"

DORR

"HIMIKO!! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAKKU HINA!!?? APA KAU SUDAH TIDAK WARAS!!?"

"YA!! AKU SUDAH TIDAK WARAS!! AKU TIDAK MAU KAU DIMILIKI OLEH SIAPAPUN!! TERMASUK NAME SEKALIPUN!! KAU HANYA PUNYA HIMA SEORANG!! AKU TAK MAU KAU BERPISAH DENGANNYA!!"

(Jadi begitu... Ah, aku sudah salah sangka padanya)

"TAPI KENAPA KAU MENGINCAR ANAKKU HAH!? KAU TAU KAN DIA ANAK DARI HIMA!? JIKA SA--"

"Hentikan Satoru...."

"Eh? Name? Kau sudah sadar.."

"Satoru, apa kau tidak memahami perasaannya? Dia hanya ingin kau menjadi saudara iparnya."

"Tapi Name..."

"Satoru, nanti saja.. Aku akan menjelaskannya.. Yang ter..penting,,bawa Himiko ke ruangannya..."

Gojo mengangguk dan membawa Himiko pergi dari sana.

Sekarang yang tersisa di ruangan itu hanyalah Name dan Hina

"Mati kau!!"

"Hina.

Aku tau maksud dari perbuatanmu ini memang ada alasannya."

"....."

"Tapi kau tidak tau bagaimana cara menyelesaikannya kan?"

"....."

"Disatu sisi, kau menginginkan Hima agar bahagia. Disatu sisi yang lain kau mencintai Satoru dan ingin menyatukan mereka. Karna didunia ini kau hanya mempunyai Hima kan????"

"....."

"Jika kau mengingini Satoru, itu tidak mudah. Karna Satoru tau siapa yang paling mencintai dia."

"BERISIK!!"

CTAK

"Hahh hahh hahh... Akhirnya wanita itu bisa diam"

"....."

"Kenapa dia tidak bergerak..??"

"....."

"Name?"

"....."

"Name..?????"

"....."

"Hei.. Bangun---"

Secara tak sengaja, sorot mata Hina melihat cairan merah yang mengalir di sekitar kaki Name.

Hina terus membangunkan Name, tapi tak kunjung sadar. Sampai pada akhirnya Hina memutuskan memanggil dokter atau perawat disana.

Percuma saja, tak ada satupun yang ingin mendatangi Hina dan Name karna takut.

Kalian kira kejadian itu tidak ada dokter atau orang disana? Tentu saja ada.

"Hei!! Apa yang kalian lihat!? Cepat rawat dia sekarang!!!"

Karna teriakan Hina, para dokter dan perawat mulai memeriksa Name dan merawatnya.
-

-

-
Beberapa jam telah berlalu, Gojo mendatangi ruangan Name sebelumnya. Dilihatnya diatas ruangan itu berwarna merah. Dia bingung, dia pun melihat dan bertanya pada Hina

"Apa yang terjadi?"

Hina memutuskan menceritakan semuanya.

Marah? Iya.

Tapi ada rasa khawatir tentang itu.

Sedangkan didalam ruangan, para dokter memulai oprasinya.

Dan bayi nya selamat.

Ibunya?

Tentu saja.

Suara tangisan bayi yang memenuhi ruangan sangat mengharukan suasana.

Dokter keluar dari ruangan dan mengatakan kondisi yang sebenarnya.

"Dimana suaminya?"

"Saya dok"

"Saya mempunyai dua kabar. Mau baik atau buruk?"

"Apa maksudnya dok????"

"Pilih saja..."

"Baiklah, saya pilih kabar baik."

"Selamat pak, istri dan anak bapak sangat sehat. Dan sekarang istri bapak sedang dalam perawatan."

"Syukurlah... Kabar buruk...nya???"

"Mohon maaf pak, setelah kejadian itu.. Kami hanya bisa menyelamatkan salah satu dari 2 bayi tersebut..."

"Apa...!?"

"Saya menyelamatkan bayi perempuan.. Dan yang laki-laki... Saya tidak bisa.. Karena saat diperiksa, dia tidak menangis ataupun bergerak. Dan dia dinyatakan telah meninggal dunia."

"....."

"Maafkan saya pak..... Maaf.... Yang sabar ya pak.."

Air mata mengalir membasahi wajah pucat nya. Dia duduk tak berdaya, dia merasa tidak berguna disaat yang seperti ini.

Mendengar itu, Hina bersalah dan memutuskan untuk pergi dari sana.

Bukannya dia tidak mau bertanggung jawab.

Hanya saja dia takut karna rasa bersalahnya itu menghantuinya.

(Jika ini yang terbaik, maka akan kulakukan.. Maafkan aku, Name)

-keizory

H i k a r i - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang