"Ugh..."
"Mamah! Akhirnya mamah sadar!"
"Eh? Kok tembok nya warna putih? Bukannya tadi hitam ya?"
"Apa maksudmu?"
Satoru datang dengan membawa makanan untuk Himiko dan [Name]. Dari awal Satoru sudah menyadari kalau sebentar lagi [Name] akan bangun.
"T-tidak..." -[Name]
"Apa kau tadi diculik?" Ucap Satoru yang mencurigai istrinya. [Name] menggeleng cepat lalu menundukan kepalanya. Dengan sigap, Satoru memeluk [Name] dan menangis dalam pelukannya.
"[Name]... Syukurlah kau sudah sadar...." -Satoru. [Name] mengecup kening Satoru dan menghapus air matanya. Tapi [Name] masih bingung, kenapa dia berada di rumah sakit?
"Memangnya aku kenapa?" -[Name]
"Kau pingsan sayang.. Dan kau juga sedang Hamil" -Satoru
"Eh? Apa!? H-hamil!?" -[Name]
"Iya sayang, kau hamil. Sebentar lagi, Himiko mempunyai adik." Ucap Satoru sembari mengelus surai hitam Himiko.
[Name] mengeluarkan air mata. Dia bukan menangis karna hal buruk. Tapi dia menangis bahagia.
"Eh? [Name]!? Kenapa kau menangis!?" Panik Satoru yang mencoba menenangkan [Name].
"T-tidak apa-apa. Aku.. Aku bahagia.. Aku senang mendengarnya Satoru... Hiks.. Huwaaa!!" [Name] memeluk erat Satoru dan Himiko. Dia merasakan sesuatu yang hangat. Himiko menghapus air mata [Name] lalu berkata
"Mamah.. Mamah jangan menangis. Ini kan kabar bahagia.. Nanti kalau mamah nangis Miko ikutan nangis nih" ucap Himiko. [Name] tersenyum kembali karna tingkah Himiko. Bagi [Name], keluarga miskin ataupun kaya itu tidak akan berpengaruh baginya. Kalau keluarga itu bahagia, maka dirinya juga bahagia.
"Udah, jangan nangis lagi ya.. kata dokter kamu sudah boleh pulang. Ayo kita siap-siap." Senyum Satoru.
"Iya. Ayo." Balas [Name]
☆ ☆ ☆
Sesampainya dirumah, [Name] disambut dengan kedatangan ibu nya. [Name] tambah takut dan bersembunyi di belakang Satoru. Satoru dan Himiko bingung, kenapa [Name] bersembunyi? Biasanya kalau ada ibu nya dia langsung memeluknya.
"[Name]? Kau kenapa?" [Name] hanya menggelengkan kepala lalu berdiam diri. Sedangkan Himiko sudah ngacir ke nenek nya.
"Halo nenek!" Sapa Himiko. Ibu [Name] hanya tersenyum lalu menjawab "halo juga Himiko sayang" sambil mencium pipi tembam Himiko.
"[Name]. Ayo masuk." [Name] mengangguk lalu mengekori Satoru. Dia terus dibelakangnya dan tak mau melihat wajah ibu nya.
Ibu nya yang daritadi menggendong Himiko pun segera merentangkan tangan tanda bahwa harus ada pelukan. Bagi [Name] sekarang, pelukan itu sudah tidak berarti lagi. Tapi dia tidak boleh egois dengan apa kata hati nya, dia menuju ke arah ibu nya lalu memeluknya.
"Pintar. Soal yang tadi jangan kasih tau siapa-siapa yaa~" bisik Ibu [Name]. Bisikan itu membuat [Name] merinding dan menutup matanya upaya untuk menenangkan dirinya.
"Istirahat lah sana. Kau sedang hamil. Jangan jauh-jauh ya. Kalau mau ketaman belakang, biar Satoru yang menemanimu." Ucap Ibu [Name] sembari mengelus surai anaknya.
[Name] bergegas ke kamar privasinya lalu mengunci pintu. Dia bernafas lega sambil tersenga-senga. Dia takut kalau kejadian itu terjadi lagi. Apalagi saat tadi ibu nya sedang bicara terlihat menakutkan.
Sementara itu, di ruang tengah.
"Hah, anakku sudah besar." Ujar ibu [Name].
Satoru merilekskan tubuhnya di atas sofa yang empuk itu. Dia menutup matanya untuk menenangkan pikirannya, apa yang dimaksud [Name] tentang ruangan gelap dan hitam? Dia masih terus memikirkannya. Sedangkan Himiko, dia sedang berada dikamarnya. Ibu [Name] bersiap-siap untuk pergi. Tak lupa untuk berpamitan kepada menantunya itu.
"Satoru. Ibu pamit pulang dulu ya. Ini sudah malam. Rumah ibu belum ibu bereskan dari tadi siang." Senyum Ibu [Name], lalu dia melangkahkan kaki kearah pintu.
"Tunggu." Jeda Satoru. Ibu [Name] berbalik lalu bertanya "Ada apa?" Satoru mendekati mertuanya lalu bertanya.
"Apakah tadi [Name] diculik?"
DUG!
DUG!
DUG!
Oh tidak. Apakah [Name] memberitau nya soal ini? Pikir Ibu [Name]. Kaki dan tangan Ibu [Name] mulai bergetar. Dia merasakan sesuatu yang sangat bahaya.
"E-em.. I-ibu ti-tidak tau Satoru.. Apakah [N-Name] mengatakan h-hal itu padam-mu?" Gugup Ibu [Name]. Satoru menggeleng. "Dia tidak mengatakan apapun. Saat aku bertanya tentang itu, dia langsung ketakutan dan memelukku dengan erat."
Ibu [Name] hanya ber 'oh' ria sambil memegang erat tas yang ada di tangannya.
"Jaa. Kalau begitu, Ibu pamit dulu ya... Soal penculikan [Name], biar I-ibu yang mencari." Ujar nya. Satoru mengangguk dan melambaikan tangannya.
"Hati-hati bu!!"
Saat mertuanya sudah pergi, Satoru semakin curiga. Kenapa dia gugup begitu? Biasanya ibu [Name] kalau mengetahui anaknya sedang sakit atau dilukai langsung marah dan khawatir. Tapi dia hanya berwajah panik dan mengeluarkan keringat dingin.
Disisi lain, Ibu [Name] mengendarai mobil nya dengan kecepatan sedang. Dia sangat panik dan takut dengan tatapan mengerikan milik menantu nya.
(Hah.. Syukurlah aku bebas dari pertanyaan Satoru. Aku benar-benar takut karna tatapan itu.)
-keizory
KAMU SEDANG MEMBACA
H i k a r i - [END]
Fanfiction『do we realize we are too broken?』 Bagaimana kelanjutannya? Silahkan dibaca. Warning⚠ -Ide Ini Berasal Dari Pikiran Saya Sendiri. -Saya Tidak Meniru Cerita Yang Lain. -Karakter Bukan Buatan Saya. -Para Karakter Ini Buatan Gege Akutami. -Kalau Mau Ba...