42

2K 83 4
                                    

Happy reading
🥀🥀🥀

Suasana hening menyelimuti bangku-bangku pajang yang tersusun rapi,  bangku yang hanya akan diduduki bila waktu mendekati ujian hingga penuh semua, atau waktu jika ada yang males di kelas, dan akhirnya memilih bangku itu sebagai tempat paling nyaman untuk sekedar meluruskan punggung yang terasa bengkok karna duduk tegap seharian. Apalagi  kalau bukan perpustakaan, tempatnya siswa pintar mencari ilmu, dan tempat siswa malas seperti Beno melarikan diri.

"Anjirt hampir aja ketauan."  Beno mengusap keringat yang membanjiri dahinya,  nafasnya pun masih sedikit terengah-engah, karna berusaha lari dari guru piket yang tengah patroli mingguan.

Hari ini adalah hari Kamis, dan sudah menjadi tradisi jika setiap hari Kamis akan diadakan patroli rutin dan pengeledahan tas-tas siswa, yang di curigai membawa hal yang tidak berguna, seperti : lipstick, bedak, maskara, catokan rambut, minyak wangi, rokok, korek, pisau dan segala macam peralatan yang seharusnya tidak dibawa ke sekolah.

"Selamat lu tong, kalau enggak tinggal nama kali lu." Ujar Beno mengeluarkan sebungkus rokok berserta pemantiknya.

Menyadari jika tak ada orang, akhirnya Beno memutuskan untuk sedikit meluruskan badanya, dengan cara merebahkan diri di kursi panjang yang terasa dingin itu.

Tadinya ia kabur bersama Agam dan Daffa, cuman dua bocah tolol itu malah lari ke rooftop yang jelas saja pasti akan di datangi oleh Guru patroli itu, dan satu-satunya tempat paling aman memang perpustakaan, bahkan saat masuk saja, tadi buk Hidayah selaku guru piket tidak melarangnya sama sekali, yakali orang mau cari ilmu di larang-larang.

Karna hembusan AC yang tepat berada di atas kepalanya, di tambah keadaan sepi dan sunyinya perpustakaan, membuat mata Beno akhirnya mengantuk dan tertidur.

-

Hari ini Nara dapat jatah untuk mengantar buku paket ke perpustakaan, sebenarnya ini sih tugas cowok, cuman karna kelasnya cowok pada bandel semua, buk Anis takut ntar mereka malah nggak balik-balik lagi, jadilah saat ini dirinya yang menjadi tumbal teman sekelasnya.

Dengan perasaan dongkol Nara melewati koridor-koridor yang  tengah sepi, mungkin karna sekarang masih jam pelajaran ke 4, blom ada kelas yang free dan membuat keributan.

"Pagi buk, saya Nara kelas 11 IPS 3 di minta buk Anis ngaterin buku ini buk." Ujar Nara meletakan buku yang lumayan tebal itu di atas meja buk Hidayah.

"Cukub semua Nara?" Tanya buk Hidayah sembari menghitung lagi bukunya.

"Cukub buk, 26 kan."

Buk Hidayah menganguk dan kembali meletakan buku jurnal yang berisi data peminjaman buku.

"Kamu bisa tolong ibuk letakan buku ini lagi Nara? Nanti setelah selesai kamu tutup pintunya yah, ibuk ada panggilan dari kepala sekolah." Ujar beliau berpesan.

"Baik buk, nanti Nara tutup aja pintunya saat keluar." Ujar Nara setuju.

Nara masuk dan mecari rak dimana ia harus meletakan buku sosiologi ini, karna tak tau dimana, akhrinya Nara memutari semua rak-rak itu terlebih dahulu, sebelum membawa setumpuk buku yang tidak bisa dikatakan ringan tersebut.

Saat melewati lorong ketiga akhirnya, Nara menemukan rak yang ia cari, dengan semangat Nara mengambil bukunya tadi dan menyusunya kedalam rak.

Karna kondisi rak buku yang tentu saja lebih tinggi dari dirinya, ditambah Nara yany membawa buku terlalu banyak, akhirnya buku itu jatuh dan bertebaran di lantai, tak hanya buku itu, beberapa buku yang lain juga ikut terjatuh karna tanpa sengaja Nara menariknya.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang