promise : janji di hati
.
.
.Rose berdiri tegak di tengah ruangan. Wajahnya merah padam, dengan emosi yang memuncak seiring dengan ketidakpahaman atas apa yang terjadi di hadapannya.
"KAMU SIAPA??! DIMANA JUAN?????"
Suasana di sekitar mendadak hening. Para tamu mulai saling berbisik, terkejut oleh teriakan Rose yang tiba-tiba. Semua mata tertuju pada dirinya.
Suasana di sekitar mendadak hening. Para tamu, yang semula asyik berbincang dan bercengkrama, kini saling berbisik, terkejut oleh teriakan Rose yang tiba-tiba. Semua mata tertuju padanya, menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.
Rose memandang sekeliling ruangan dengan kebingungan. Foto-foto pre-wedding miliknya dan Juan, yang seharusnya menghiasi dinding, kini lenyap, tergantikan oleh gambar lelaki yang tidak dikenalnya sama sekali. Di atas meja tamu, terdapat beberapa frame dengan gambar Jeffrey dan Rose, seolah mengonfirmasi bahwa pernikahan ini adalah milik mereka.
Tangannya mengepal kuat, menahan perasaan tak menentu yang menguasai dirinya. Ia berpaling ke arah kedua orangtuanya, berharap penjelasan yang bisa membuat semua ini masuk akal.
"Apa ini semua? Kenapa ada foto dia di sini? Dimana Juan?"
"Tenang, sayang. Bunda bisa jelasin," kata Lilyana, mencoba menenangkan putrinya dengan sentuhan lembut di bahunya. Ia tahu betul bahwa ini adalah momen yang sulit bagi Rose.
Namun Rose tak bisa menahan rasa paniknya. Ia merasa seluruh dunianya runtuh, seolah orang yang paling ia percaya telah mengkhianatinya.
"Jelaskan apa, bunda?? Siapa dia?? Dimana Juan????" tanya Rose sekali lagi, suaranya penuh kepanikan.
Bara mendekat, wajahnya menunjukkan ketegasan, mencoba mengendalikan situasi yang mulai tak terkendali. "Ikuti acara ini sampai selesai. Tidak usah banyak bertanya. Nanti ayah yang akan menjelaskan."
Rose memandang ayahnya dengan tatapan penuh kebencian. Ia ingat bagaimana Bara bersikeras menjodohkannya dengan anak temannya dahulu. Sekarang, seolah mimpi buruk itu menjadi kenyataan.
"Apa dia anak teman ayah yang akan dijodohkan denganku saat itu? Kenapa ayah menikahkan aku dengan orang lain? Dimana Juan?"
Perasaan Rose semakin kacau, dengan berbagai emosi yang membanjiri dirinya. Ia memejamkan mata, berharap ini semua hanya mimpi buruk. Namun kenyataan yang pahit terasa begitu nyata.
"Rose, kamu pasti capek. Kenapa nggak duduk dulu?" Ucap jeffrey berusaha menenangkan.
Rose menatap Jeffrey dengan rasa benci yang tak bisa disembunyikan. Ia mencubit pahanya berkali-kali, mencoba meyakinkan diri bahwa ini hanyalah mimpi buruk.
"Ini bukan mimpi?"
Namun rasa sakit yang ditimbulkan dari cubitan itu semakin meyakinkan Rose bahwa ini adalah kenyataan. Ia memukul pahanya keras, mencoba menahan rasa sakit yang bukan hanya fisik, tetapi juga batin.
"Saya bilang duduk, Rose. Kaki kamu keram jadinya," ujar Jeffrey, mendekat untuk membantu Rose yang hampir kehilangan keseimbangan.
Jeffrey mendekat, berusaha membantu Rose yang hampir kehilangan keseimbangan. Tapi Rose menepis tangannya dengan kasar.
"Jangan sentuh saya."
Jeffrey mengangguk pasrah. "O-okay, I'm not. Tapi kamu harus duduk dulu. Kaki kamu keram."
Rose akhirnya duduk di kursi pelaminan dengan enggan. Matanya mulai berkaca-kaca, teringat akan Juan yang entah berada di mana.
Acara pernikahan berlangsung dengan lancar, meski hati Rose hancur berkeping-keping. Ia merasa seperti boneka yang dipaksa mengikuti alur cerita yang bukan miliknya. Setelah semua usai, keluarga Rose berkumpul di rumah Bara. Rose duduk diam, sementara Bara dan Lilyana berdiskusi tentang masa depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MBW || jaerose
FanfictionSalah jodoh? Kok bisa? Keputusan yang terpaksa sering kali membawa kita ke tempat yang tidak kita inginkan. Ketika Juan tiba-tiba menghilang di hari pernikahan mereka, Jeffrey mendapati dirinya terjerat dalam ikatan yang tidak pernah dia rencanakan...