Rain and hug : pillow talk
Hujan angin disertai kilatan petir membuat Jeffrey yang tadinya akan pulang lebih awal mengurungkan niatnya, ia kini terfokus pada tumpukan kertas yang harus ia tanda tangani selagi menunggu hujan mereda.
Tok..Tok..
Ceklek!
"Selamat malam pak, maaf sebelumnya. Tapi bapak tidak pulang?" Tanya Rena, Sekertarisnya.
Jeffrey mendongkak, matanya melirik jam yang melingkar pada lengannya.
20.30
"A-aah ya.. sudah jam pulang ya? kamu bisa pulang duluan Rena."
Rena mengangguk "Terimakasih pak, bapak juga jangan pulang terlalu larut. Kasihan istri bapak menunggu." Pamitnya seraya tersenyum.
Mendengar itu jeffrey terdiam, bicara soal rose. Hari ini ia meminta izin Jeffrey karena jadwal pemotretannya kini sudah dimulai kembali.
"Rose pasti belum pulang" monolognya mengingat jadwal rose yang cukup padat.
Tangannya merongoh saku, mengambil benda berbentuk persegi panjang miliknya. Ia menyalakan layar ponsel, sebuah pesan dari rose tiba-tiba muncul. Jeffrey baru saja akan membuka pesan namun layar ponsel miliknya seketika mendadak menghitam.
Jeff merutuki dirinya yang sering lupa men-charge ponsel, ia juga tidak pernah membawa pengisi daya karena jeff juga sering meminjam kabel cas milik Rena jika menghadapi situasi mendadak seperti ini.
Jeffrey menghela nafas, jika rose tidak mengirimkan pesan kepadanya mungkin ia tidak akan se-resah ini.
Hujan diluar sana masih cukup deras. Jeffrey termenung bingung, ia harus pulang atau menunggu hujan reda sambil menyicil tumpukan berkas diatas mejanya.
"Beresin ini dulu deh." Finalnya setelah cukup lama menimbang.
22.30
Jeffrey menghela nafasnya lega, setelah berlarut dalam tumpukan berkas tadi, akhirnya satu persatu selesai. Berkas-berkas diatas mejanya kini tidak senumpuk tadi, meskipun masih ada beberapa berkas yang harus ia cicil.
Ia menoleh kearah jendela, gemercik hujan masih membasahi jalanan diluar sana. Meskipun tidak sederas tadi, tapi angin masih meniup kencang udara malam ini. Jeff kembali melirik arloji hitam miliknya, sudah pukul setengah sebelas lebih. Jeffrey berdiri, tangannya meraih sebuah mantel yang tergantung diatas stand hanger dekat meja kerjanya.
DUAR!
Jeffrey tersentak. Belum sempat kakinya menginjak gas mobil, sebuah petir menyambar melintasi kaca mobilnya. Hujan deras mulai turun kembali, Lampu-lampu jalanan mendadak mati. Jeff beragumen, mungkin pihak listrik sengaja mematikan arus listrik dikarenakan hujan yang semakin lebat dan petir kian menyambar yang bisa menyebabkan konslet.
Raut wajahnya cemas, melihat malam semakin larut dan hujan yang tak kunjung reda. Ditambah pemadaman listrik sepanjang jalan membuat jeffrey khawatir akan rose yang mungkin sendirian di rumah.
Mobil jeff mulai melaju cepat membelah jalanan yang sepi, Tak tanggung-tanggung. Jeff bahkan melaju dengan kecepatan 140km/jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MBW || jaerose
FanfikceSalah jodoh? Kok bisa? Keputusan yang terpaksa sering kali membawa kita ke tempat yang tidak kita inginkan. Ketika Juan tiba-tiba menghilang di hari pernikahan mereka, Jeffrey mendapati dirinya terjerat dalam ikatan yang tidak pernah dia rencanakan...