The day of wedding : siapa jeffrey Laksamana?
.
.
.
Matahari telah bergeser ke posisi tertinggi ketika Jeffrey Laksamana memasuki ruang rias pengantin yang dipenuhi aroma wangi bunga dan kehangatan dari keluarga yang berkumpul. Langit di luar jendela besar tampak biru cerah, namun perasaan di dalam dada Jeffrey bercampur aduk, seperti awan mendung yang menutupi sinar matahari. Dia melangkah masuk dengan hati-hati, mengikuti ibunya Jessica, yang berjalan lebih dahulu dengan penuh percaya diri."Rose? kamu di mana?" panggil Lilyana, bunda Rose yang kini sudah berada di dalam ruangan.
Dari balik cermin besar yang dihiasi lampu-lampu kecil, muncullah sosok Rose duduk dengan anggun sambil merapikan riasannya. Wajahnya terlihat bersinar, namun ada sedikit kecanggungan yang tampak ketika matanya bertemu dengan tatapan Jeffrey.
"Bunda, siapa yang datang?" tanya Rose dengan suara lembut, namun penuh rasa penasaran.
Jessica datang dengan tersenyum lebar, tangannya sontak menepuk pelan bahu Rose.
"Rose, ini tante Jessica sayang! Ya tuhan cantik sekali kamu hari ini. Mirip sekali dengan yang sering Mama kamu ceritakan waktu kita masih muda dulu. Oh iya ini Jeffrey, kamu masih ingat dengan Jeff sayang?"
Jeffrey yang sejak tadi hanya berdiri di belakang Jessica, merasa ada gelombang kecanggungan yang menyelimuti ruangan. Ia mengeluarkan senyum kecil yang sedikit dipaksakan, mencoba menghilangkan ketegangan.
"Senang bertemu lagi denganmu, Rose." ucapnya.
Rose mengernyit mencoba mengingat wajah Jeffrey yang terasa sangat familiar, namun tetap saja kenangan itu sama sekali tidak muncul di benaknya.
"Uhm ya, senang bertemu denganmu juga."
Jessica tertawa ringan, berusaha membuat suasana lebih santai. "Ah nggak apa-apa, wajar kalau kamu lupa, itu sudah lama sekali. Sekarang Jeffrey ini sudah menjadi orang penting di Bandung, CEO yang mengelola perusahaan besar di bidang teknologi dan manufaktur. Hebat kan?"
Rose mengangguk dengan sopan, walau masih terasa canggung. "Oh, begitu ya. Hebat sekali, senang bertemu denganmu lagi mas Jeffrey."
Jeffrey membalas anggukan itu dengan senyuman tipis. Dalam hatinya, ada perasaan ganjil yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Pembicaraan terus berlanjut dengan obrolan ringan tentang persiapan pernikahan dan masa-masa lalu yang sering mereka ceritakan, namun Jeffrey merasa semakin terasing di tengah-tengah suasana yang seharusnya penuh kehangatan itu. Dia mencoba tetap terlibat, namun pikirannya terus melayang, merasa tidak sepenuhnya berada di ruangan itu.
Ketika percakapan mulai beralih ke topik lain, Jeffrey tiba-tiba merasa sesak. Dia merasakan dorongan kuat untuk pergi sejenak, menghirup udara segar, dan menenangkan diri. Dia merogoh sakunya, mencari alasan untuk meninggalkan ruangan, dan menyadari bahwa rokoknya masih tersimpan di sana.
"Ma, Jeff keluar sebentar. Mau ambil udara segar." kata Jeffrey tiba-tiba.
Jessica menatapnya dengan sedikit bingung, namun mengangguk pelan. "Jangan lama-lama, Jeff. Masih ada banyak yang harus disiapkan."
Jeffrey hanya mengangguk sebagai jawaban, lalu melangkah keluar dari ruangan. Ketika pintu menutup di belakangnya ia merasa sedikit lega, namun kegelisahan yang menggelayuti hatinya masih belum hilang. Dia berjalan cepat menuju lift dan menekan tombol menuju rooftop, tempat di mana dia tahu bisa mendapatkan sedikit ketenangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MBW || jaerose
FanfictionSalah jodoh? Kok bisa? Keputusan yang terpaksa sering kali membawa kita ke tempat yang tidak kita inginkan. Ketika Juan tiba-tiba menghilang di hari pernikahan mereka, Jeffrey mendapati dirinya terjerat dalam ikatan yang tidak pernah dia rencanakan...