BAB 20

1.5K 156 14
                                    

another side : Rose POV 
.
.

Raisya dan Wira 

Aku menatap kertas undangan bertuliskan nama Raisya dengan calon suaminya kelak, dibawahnya ada namaku dengan mas Jeffrey sebagai tamu yang diundang. Aku mengusap wajah, perasaan malu terus menggerogoti tubuhku, mengutuk sikapku yang terlalu gegabah terhadap mas Jeffrey. 

Kedatangan Raisya pagi ini ternyata untuk memberikan undangan tersebut pada mas Jeff, aku yang terlanjur berasumsi buruk padanya tentu saja terlampau berpikir jauh. Emosi dan rasa cemburu menguasai pikiranku, kesalahpahaman ini membuatku hanya bisa menunduk malu mengingat ucapan mas Jeffrey bahwa Raisya hanyalah mantan sekretarisnya bertahun-tahun lalu. 

"Argh, aku malu banget." 

"Kenapa cemberut gitu sih Rose?" Tanya mbak Dianne menghampiriku, ia membawa sebuah amplop coklat membuatku mengalihkan pikiran sejenak dari rasa malu.

"Hadiah buat kamu" Balas mbak Dianne membuat keningku mengerut penasaran. Aku mengulurkan tangan mengeluarkan isi dari amplop tersebut, mataku berbinar tatkala melihat dua tiket liburan ke Bali lengkap dengan fasilitas Hotel bintang lima dan tour selama 4 hari disana. 

Aku tersenyum penuh arti kepada mbak dianne, ia selalu tahu aku sedang dalam keadaan jenuh dan mumet dengan pekerjaan ini. Aku beruntung memilikinya sebagai manager, aku bahkan mengusul pada agensiku untuk tidak pernah mengganti mbak Dianne dengan siapapun. 

"Kita pure liburan kan mbak? awas aja aku tiba-tiba di-call  buat photoshoot

Mbak Dien tertawa mendengar penuturanku, bukannya aku trust issue tapi aku hanya memastikan bahwa jatah liburan yang diberikan agensiku kali ini benar-benar menjadi hari liburku. Pernah saat itu aku ditawari hal serupa seperti ini, aku tentunya senang diberi tawaran ke Paris namun dibalik tawaran liburanku kesana  ternyata untuk menggantikan Bella yang tiba-tiba menolak untuk photoshoot karena terlalu lelah. Aku muak dengan gadis itu, entah apa yang dilakukannya sehingga membuat agensiku tidak berkutik dan selalu mengikuti keinginan Bella. 

"Bukan kita, tapi kamu sama Jeffrey"

"What? kenapa mas Jeffrey harus ikut segala?"

"Aku sengaja memesan tiket ini untuk kalian, kamu belum ambil jatah cutimu tahun ini"

Aku menatap mbak Dien jengah, mulutku terbuka akan mengucapkan sesuatu namun mbak Dien tiba-tiba menggenggam tanganku seraya menatapku tersenyum.

"Aku tahu bahwa ini mungkin terasa seperti langkah besar untuk kamu Rose. Tapi coba pikirkan ini sebagai kesempatan untuk mengambil nafas dan melepaskan segala kekhawatiran yang membelenggu dadamu selama ini. Aku nggak mau kamu terus terbayang-bayang dalam ingatan masa lalu kamu yang menyakitkan. Bali itu indah, aku berharap kamu bisa menghapus kenangan pahit dan menggantinya dengan kenangan manis bersama Jeffrey disana." 

Ucapan mba Dienna membuatku terdiam sejenak, namun rasanya aku masih meragu untuk membuka hatiku terhadap mas Jeffrey. Selama ini aku menutup hati karena percaya Juan akan kembali, namun 6 bulan berlalu penantianku tidak membuahkan hasil.  Seolah Juan memang tidak akan menampakan dirinya lagi kepadaku, dan benar-benar pergi dari hidupku. 

Haruskan aku membuka hatiku untuk mas Jeffrey?

Namun jika aku membukanya, apakah mas Jeffrey akan menerimaku?





"Jangan lupa pertimbangkan ucapanku" 

Pamit Dienna sebelum meninggalkan perkarangan rumahku, aku menghela nafas. Bagaimana cara memberi tahu mas Jeffrey tentang hal ini? rasanya begitu canggung ketika aku baru saja salah paham kepadanya dan kini tanpa rasa bersalah akku tiba-tiba mengajaknya honey-ehm.. maksudku liburan. 

MBW || jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang