BAB 29

640 117 9
                                    

The Great Abyss | Jurang besar diantara kita
(spam komen dipersilahkan)
.
.
.

Rose membuka mata dengan malas, tubuhnya terasa lelah dan pikirannya penuh dengan berbagai beban yang tak kunjung mereda. Semalam, rasa cemas dan tekanan terus menghantui hingga ia nyaris tidak bisa tidur. Pandangannya masih buram saat ia melihat Jeffrey sudah bangun lebih dulu. Jeffrey tengah berdiri di dekat jendela kamar, mengenakan setelan jogging lengkap, seakan siap untuk menghadapi hari dengan energi penuh.

Jeffrey berbalik, menatapnya dengan senyuman tipis, melihat Rose yang tampak kelelahan. Ia tahu benar bahwa istrinya butuh pelarian sejenak dari tekanan yang membebaninya akhir-akhir ini.

Perlahan, Jeffrey mendekati Rose. Ia duduk di tepi ranjang, tangannya terulur  merapikan rambut Rose yang terlihat kusut.

“Sayang,  kita jogging yuk?” katanya lembut sambil membelai rambut Rose.

Rose mendesah, menggeleng kecil, mencoba mengabaikan ajakan Jeffrey. “Kamu aja deh mas. Aku masih capek, gak bertenaga."

Tapi Jeffrey tidak menyerah. Ia menggenggam tangan Rose, memberinya senyuman penuh pengertian. “Ayo dong sayang, kapan lagi coba kita punya waktu luang buat olahraga bareng? anggap aja refreshing biar kamu nggak terus-terusan kepikiran hal yang bikin stres. Lagian, kan enak udara pagi begini kita jalan-jalan sambil nyabu depan komplek.”

Rose mendesah panjang, melihat Jeffrey yang tetap sabar menunggu dengan tatapan penuh harap, ia akhirnya mengalah.

“Yaudah tunggu sebentar aku siap-siap dulu.”

Dengan malas ia mengganti pakaian dan bergabung dengan Jeffrey di depan rumah. Mereka berdua berlari santai di sepanjang jalan kompleks, menghirup udara segar pagi yang begitu sejuk. Rose berusaha melepaskan pikiran-pikiran negatif yang memenuhi kepalanya, membiarkan Jeffrey yang berjalan di sampingnya sebagai satu-satunya fokusnya saat ini.

Selesai jogging, Jeffrey dan Rose berhenti di warung bubur ayam yang ramai pengunjung, terutama ibu-ibu yang tampak sedang asyik mengobrol. Suasana disana penuh canda tawa. Jeffrey beranjak memesan bubur untuk mereka berdua sementara Rose duduk dengan lesu, gadis itu masih menata ulang pikirannya yang terusik oleh beberapa hal yang belum berani ia sampaikan pada Jeffrey.

“Eh itu Pak Jeffrey? semenjak nikah dia baru kelihatan lagi keluar rumah. Kok bisa ya sekelas pak Jeffrey menikah gak ngundang siapa-siapa kesannya kayak terpaksa menikah." Mendengar nama suaminya disebut membuat Rose menoleh pada kumpulan ibu-ibu di meja sebelah mereka.

Jeffrey mendengar bisikan itu, tapi hanya tersenyum singkat tanpa menanggapi lebih jauh. Ia tahu, sudah banyak spekulasi tentang pernikahannya yang mendadak dan sederhana, namun ia tak ingin membahas hal-hal yang sifatnya pribadi, apalagi di depan orang yang tak dikenalnya.

Namun, para ibu-ibu itu tampaknya tak puas dengan hanya menggosip. Salah satu dari mereka mulai memandang Rose dengan tatapan menyelidik. “Itu istrinya? Kok kelihatan lesu banget, nggak ada senyum-senyumnya. Apa jangan-jangan lagi ada masalah ya?”

Rose dan Jeffrey kini menjadi pusat perhatian. Gadis menggigit bibirnya, ia menunduk dan mengaduk-aduk buburnya dengan malas. Rose merasa semakin tak nyaman dengan komentar yang terus berdatangan. Ia berusaha mengabaikan, tapi para ibu itu malah semakin asyik melontarkan komentar.

Temannya langsung menyahut dengan suara rendah, “Biasanya kalau nikahnya gak berisik pasti terpaksa tuh. Lihat aja istrinya, gak mungkin istrinya pak Jeffrey judes dan gak beretika seperti itu!"

Setelah sejenak berbisik-bisik, seorang ibu-ibu memberanikan diri bertanya langsung. “Pagi pak Jeffrey, baru keliatan nih muncul di komplek. Eh kalian udah nikah lumayan lama kan? Kok belum ada kabar mau punya momongan sih?”

MBW || jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang