BAB 23

787 126 21
                                    

Weak side | rasa rendah diri yang berujung bencana
.
.
.

Taman belakang venue pernikahan Raisya tampak begitu tenang di bawah langit yang cerah. Namun, suasana hatinya sangat kontras dengan kedamaian sekitar. Jeffrey berdiri agak jauh dari keramaian, memperhatikan dengan mata yang penuh ketidakpastian. Di sudut taman yang lain, dia melihat Juan berbicara dengan Rose. Cara mereka berbicara, gerakan mereka, membuat Jeffrey merasa seperti seorang penonton dalam hidupnya sendiri.

Jeffrey berdiri dengan raut wajah muram, hatinya berat dan pikirannya penuh keraguan.

Hatinya semakin berat ketika melihat cara Rose memandang Juan, mantan tunangannya yang tiba-tiba muncul kembali. Jeffrey merasa tenggelam dalam lautan ketidakpastian dan ketidakpercayaan diri.

Rasa rendah diri itu terlalu menguasainya,
Kenapa harus sekarang? ketika aku mulai merasa layak untuk bersamanya, dia kembali? Juan, pria yang selalu menghantui pikiranku sejak pernikahan kami. Mungkin, pada akhirnya, dia memang lebih pantas untuk Rose. Batinnya bergejolak, Jeffrey bergelut dengan pikirannya sendiri.

Jeffrey merasa tubuhnya menjadi berat, seolah-olah tanah di bawahnya menariknya ke bawah. Setiap senyum yang Rose berikan kepada Juan adalah luka lain yang menghantam hatinya. Dia ingin percaya bahwa apa yang dia miliki dengan Rose nyata, tetapi setiap kali dia melihat mereka bersama, keraguannya semakin dalam.

Rose mulai berjalan ke arah Jeffrey setelah berbicara dengan Juan. Ekspresinya bingung, dan ada sesuatu yang tersirat di matanya—sebuah permintaan yang belum diucapkan. Jeffrey merasa hatinya hancur, tetapi dia memaksakan senyuman ketika Rose mendekat.

"Mas, aku boleh bicara dengan Juan? Aku tahu ini nggak mudah untuk kamu mas, tapi.. Aku perlu memahami apa yang sebenarnya terjadi." Ucap Rose cemas, ada rasa bersalah ketika matanya menatap Jeffrey.

Jeffrey mendengar permintaan dalam suara Rose, meskipun dia tidak mengucapkannya secara langsung. Ada ketegangan yang begitu jelas di antara mereka, dan itu menyesakkan Jeffrey. Dia tahu, ini adalah saat yang menentukan. Sebagian dari dirinya ingin menahan Rose di sisinya, tetapi lebih besar dari itu adalah keinginan untuk melihatnya bahagia, meski kebahagiaan itu mungkin bukan bersamanya.

Jeffrey mengangguk pelan, berusaha menjaga suaranya tetap stabil meski hatinya terasa kosong.

"Aku mengerti, kamu boleh bicara dengan Juan. Aku bisa pulang duluan."

Rose tampak terkejut mendengar jawaban Jeffrey, Dia tahu Jeffrey lebih baik dari orang lain, dia tahu bahwa di balik ketenangan yang ditampilkan, ada badai yang sedang berkecamuk. Tetapi saat ini, dia tidak bisa menahan keinginannya untuk berbicara dengan Juan dan mendapatkan kejelasan yang selama ini tidak dia miliki. Rose mencoba memahami keinginan Jeffrey, meskipun hatinya terasa nyeri ketika melihat Jeffrey berbalik dan memilih untuk meninggalkannya bersama Juan.

"Mas Jeffrey... tunggu sebentar. Kita bisa bicara nanti, jangan pulang dulu..."

Jeffrey berhenti sejenak, namun tubuhnya sama sekali tidak berbalik.

"I just need some space. So, take your time."

Tanpa menunggu jawaban lagi, Jeffrey berjalan menjauh dari taman. Langkahnya terasa berat dan penuh dengan keraguan, ketidakpercayaan diri semakin menggerogoti, membuatnya merasa tak lagi pantas untuk mempertahankan Rose

Di belakangnya, Rose berdiri diam, merasakan perasaan bersalah yang menggerogoti hatinya. Dia tahu Jeffrey mencintainya, dan melihatnya pergi seperti ini membuat hati Rose terasa kosong.

Namun, Rose tahu bahwa percakapan dengan Juan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Dia membutuhkan penutupan, sebuah penjelasan yang selama ini tidak pernah didapatkannya. Dengan perasaan campur aduk, Rose kembali ke tempat Juan menunggunya.

MBW || jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang