BAB 28

660 113 2
                                    

Decision | antara cinta dan karir
.
.
.

Matahari pagi yang cerah masuk melalui jendela besar di ruang makan, menciptakan bayangan lembut di atas meja kayu dengan taplak putih bersih. Rose dan Jeffrey duduk berhadapan, menikmati sarapan sederhana, roti panggang hangat dengan selai raspberry dan secangkir kopi hitam untuk Jeffrey, serta smoothie bowl berisi buah-buahan segar dan granola untuk Rose.

Suasana pagi itu terasa tenang, hanya terdengar suara pelan dari musik klasik yang mengalun dari speaker kecil di sudut ruangan. Jeffrey sedang membaca email di ponselnya sambil sesekali menyeruput kopi, sementara Rose sibuk dengan tablet di tangannya, memeriksa jadwal photoshoot minggu depan.

Setelah melewati berbagai badai, hubungan Jeffrey dan Rose kini jauh lebih baik. Mereka mulai saling membuka hati dan menjalani kehidupan yang penuh cinta dan kebersamaan. Kini, hidup mereka terasa lebih seimbang meski keduanya kembali disibukkan oleh pekerjaan masing-masing.

Jeffrey, dengan segala proyek penting di kantornya, selalu terlihat sibuk. Dia bekerja keras memimpin perusahaan keluarganya yang berkembang pesat, sementara Rose, di sisi lain, berada di puncak kariernya sebagai model. Tawaran kerja semakin banyak berdatangan, mulai dari pemotretan majalah hingga kontrak iklan dengan brand internasional.

“Sayang, aku berangkat dulu ya? Hari ini aku ada beberapa meeting penting dan lunch di luar” ucap Jeffrey sambil mengenakan jasnya. Ada nada kesibukan di suaranya, namun tatapannya yang lembut tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

Rose menatap suaminya dengan senyum manis, tetapi di dalam hatinya, pikiran tentang tumpukan jadwal kerja menggelayut. Ia berusaha mengusir bayangan kepenatan yang mulai menghimpit, berusaha agar suasana tetap ceria. “It’s okay, aku bisa lunch bareng mbak Dien sambil nyusun jadwal pemotretanku bulan depan,” jawabnya, berusaha terdengar percaya diri meski ada rasa khawatir yang menyelimuti.

Melihat Rose yang berusaha tampil ceria, Jeffrey tidak bisa menahan senyum. Tangan lembutnya mengelus kepala Rose, penuh kasih sayang. “Sibuk banget nih kayaknya istriku?” tanyanya, matanya bersinar penuh rasa bangga, tetapi ada keprihatinan yang tersirat di balik tawa mereka. Rose merasakan hangatnya perhatian suaminya, tetapi dalam hati ia merasa seolah terjebak antara tanggung jawab dan harapan, berjuang untuk menemukan keseimbangan di tengah kesibukan yang terus menerus menghimpitnya.

“Iya nih, Mas. Ada pemotretan untuk campaign baru” jawab Rose, berusaha menyembunyikan rasa lelah yang mulai menggelayut di wajahnya.

Jeffrey mengangguk paham, senyumnya tak pernah pudar meski tahu istrinya tengah dilanda kesibukan. Ia mendekat, mengecup kening Rose dengan lembut, memberikan sentuhan hangat yang seolah menghapus semua kepenatan yang ada. “Jangan lupa istirahat yang cukup.” pesannya, memeluk Rose erat seolah ingin memberinya kekuatan sebelum berbalik pergi.

Rose menatap kepergian Jeffrey dengan tatapan hangat, hatinya dipenuhi rasa syukur. Kehadiran Jeffrey dalam hidupnya seperti cahaya yang menerangi setiap sudut kegelapan. Meski hari-harinya dipenuhi kesibukan dan terkadang lelah, sosok Jeffrey selalu bisa membuatnya merasa lebih baik, menenangkan hatinya yang terjaga di tengah hiruk-pikuk dunia kerja yang tak ada habisnya. Dalam setiap momen kebersamaan, ia menemukan arti dari cinta yang sebenarnya, sebuah pelukan yang memberi harapan di tengah kerumitan hidup.

Rose duduk sendirian di meja makan, menyantap roti panggang sambil sibuk melihat jadwal di tablet-nya. Beberapa minggu terakhir, kariernya sebagai model semakin sibuk. Kampanye Diva Luxe, salah satu brand fashion besar, menambah panjang daftar pemotretan yang harus ia jalani minggu depan. Meski sibuk, Rose menikmati setiap detiknya. Baginya inilah saat yang ia impikan sejak lama, hidup di tengah sorotan karier dan bersama seseorang yang dicintainya, Jeffrey.

MBW || jaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang