"Hidup itu ibarat kanvas, sementara kita adalah pelukisnya. Semua yang terjadi dalam hidup kita tertuang pada lembaran putih nan kosong. Senang maupun sedih tergantung warna yang kita pilih."
<Re-Search>
=/•🗝️• \=
Selamat pagi dunia!
Ini hari yang cerah dan penuh kebahagiaan, benar bukan?
Akhirnya masa-masa penuh lomba itu telah berlalu, sepuluh jenius pemeran utama cerita ini dapat kembali melakoni perannya. Mereka sekarang tengah asik bercengkrama, menunggu sang guru yang entah mengapa terlambat masuk kelas.
"Assalamu'alaikum. Duduk di tempat kalian masing-masing, Bapak akan mengumumkan sesuatu."
Bagus Handoyo, wali kelas sepuluh remaja ajaib itu tiba-tiba memasuki ruangan. Tidak seperti biasanya, pria kesayangan X-Class ini hanya memasang wajah datar tanpa senyuman. Bahkan, nada bicaranya saat mengucap salam barusan juga sangat tegas tanpa ada kehangatan.
Para Chaseiro-X tidak memerdulikan itu. Mereka segera duduk rapi sesuai perintah tanpa membantah. Doa segera dipanjatkan, sebagai awalan dari pembelajaran.
"Baik. Kosongkan meja dan laci. Hari ini ujian semester."
Kaget? Tentu saja!
Ini masih bulan Oktober, mereka juga baru saja UTS bulan lalu. Dengan kondisi baru sebulan belajar, mereka sudah ujian akhir, yang benar saja?!
Oke, pelaksanaan ujian lebih awal seperti ini memang sudah menjadi hal lumrah di SMA Chase, tapi tidak bisakah para guru mengumumkan ujiannya paling tidak sehari sebelumnya?!
"Kok mendadak, Pak? Kami belum belajar." Sebuah kalimat protes terlontar. Pelakunya tentu saja, tidak lain dan tidak bukan, Revan, premannya X-Class.
"Tidak belajar? Apa kau pantas menjadi siswa jika belajar saja menunggu perintah? Cepat kumpulan semua barang kalian di bawah papan tulis, termasuk jam, HP, dan alat tulis."
X-Class tidak membantah lagi. Mereka segera membersihkan meja masing-masing, mengumpulkan semua barang mereka, termasuk alat tulis, di bawah papan tulis.
"Duduk sesuai nomor absen. Bapak beri kalian waktu untuk berdiskusi tanpa berpindah tempat selama 10 menit."
Kelas langsung riuh. Secerdas apapun mereka, sejenius apapun mereka, jika terkena ujian dadakan pasti akan tetap sama paniknya seperti pelajar pada umumnya.
"Woy, Riq! Bahasa Inggrisnya thalassemia apa?"
"Thalassemia itu udah Bahasa Inggris, bego!"
"Bang, nada dasar paling umum?"
"Nada dasar yang paling umum itu C sama G, Violla."
"Nad, 25²?"
"625 Jun."
"Aze, bilangan binernya z apa?"
"01011010 Na."
Suara delapan remaja terdengar riuh, saling bersahutan bak pedagang pasar.
Delapan?
Ya. Kita tidak salah menghitung. Hanya delapan siswa yang ribut, sementara dua sisanya, Freya dan Halza, duduk manis menyimak teman-temannya.
"Baik, waktu habis. Semua hadap depan."
Dengan wajah kusut, sepuluh siswa jenius itu memfokuskan atensi mereka pada pria di depan kelas.
"Dengar baik-baik. Ujian ini hanya berlangsung 1 hari dan akan menjadi penentu nilai raport kalian satu semester ini. Nilai tugas dan ulangan harian tidak akan masuk raport. Ada pertanyaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Re-Search [Terbit]
Teen Fiction[Open PO sampai 20 Agustus 2022] Sekolah. Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Tumpukan tugas? Nilai di atas kertas? Perebutan ranking kelas? Atau ... kalian memiliki pikiran lain? Tidak apa, semua itu memang benar. Iya 'kan? Semua sekolah itu...