"Harus bangga pada diri sendiri. Jika kamu saja tidak bangga, justru merendahkan diri, bagaimana kamu bisa berteriak pada dunia bahwa kamu mampu?"
<Re-Search>
=/•🗝️• \=
"Ho, ho, ho. Pagi Chaseiro! Hari ini free class. Ada siswa dari SMA Himekara studi banding ke sini. Harap jaga sikap jika tidak ingin didepak."
"Bangs*t! Kepsek gak ada akhlak!"
Wow, baru saja pengumuman selesai, Revan sudah mengumpat keras di dalam kelas.
"Santai aja kali, Bro. Emosi bener," balas Hasna geleng-geleng.
"Tahu gitu gue gak masuk. Adek gue sakit, di rumah sendiri, dan gue sekolah tapi jamkos. Anj*ng!"
Semua geleng-geleng, kebal dengan sikap bar-bar Revan. Semua, kecuali Nadira. Gadis itu hanya diam menunduk, menyembunyikan wajahnya di balik hijab serta lipatan tangan.
Jujur, Nadira ketakutan. Suara Revan sangatlah keras dan penuh amarah. Wajah beringas Revan yang melotot tajam semakin menambah ketakutannya.
Semua menangkap gelagat aneh Nadira, menatap gadis itu khawatir. Pada akhirnya, tatapan tajam mereka layangkan pada Revan.
Revan yang ditatap demikian bersikap acuh, tapi berhenti berulah. "Gue laper. Ayo ngan—"
"Assalamu'alaikum. Semua duduk, ada pengumuman."
Batal sudah rencana Revan. Entah bagaimana, Bagus bisa mendadak muncul dari pintu belakang yang biasanya selalu terkunci.
Meski kesal, mereka kembali duduk ke bangku masing-masing. Sementara sang guru masuk diikuti 2 orang siswi berseragam berbeda yang berjalan menunduk.
"Mereka siswi SMA Himekara yang akan mengikuti kegiatan kalian seharian ini. Kenalkan diri kalian."
"Allula Shakespeare, Lula."
"Lidya Newton, Lidya."
"Baik. Bapak harus pergi. Jangan membuat keributan. Paham, Revano?"
Decakan terdengar dari bibir bertindik itu. Matanya menatap malas, bosan dengan peringatan berbau ancaman itu.
"Revan dengan kami, Pak. Bapak tenang saja," pungkas Alvand sebelum Revan sempat bersuara.
Bagus mengangguk singkat, lalu melangkah keluar begitu saja. Kelas mendadak hening dan canggung, semua bingung untuk memulai obrolan.
"Kok diam? Kita tidak berkenalan?" Celetukan polos dari Freya membuat semua terkekeh kaku.
"Bener juga. Kenalin, gue Thariq, itu Revan, Jun, Aze, Bang Alvand, Nadira, Hasna, Violla, Halza, sama Freya." Tahriq mengenalkan tim besar Chaseiro-X.
"Riq, ada kegiatan gak? Kalau gak, gue cabut."
Astaga Revan ... bisa-bisanya anak itu sudah bersiap pulang di jam 8 pagi. Apa coba yang ada di otak preman satu ini?
"Kita main tebak-tebakan aja gimana? Kalau main game nanti Lula dan Lidya gak bisa gabung," saran Jun.
Setelah sepakat, mereka duduk melingkar di karpet beludru di belakang kelas. Untuk sesaat mereka saling diam, menunggu botol air mineral Aze yang diputar Thariq berhenti bergerak.
Perlahan, botol melambat, berhenti dengan tutup botol yang mengarah tepat pada si pemilik botol. Mendapat giliran, senyum Aze terpatri sempurna, membuat siswi dari SMA Himekara terpana.
"Oke. Kode keamanan cy—"
"Kak Aze! Kita udah sepakat, bukan?" Protesan Freya membuat Aze menepuk dahinya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Re-Search [Terbit]
Teen Fiction[Open PO sampai 20 Agustus 2022] Sekolah. Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Tumpukan tugas? Nilai di atas kertas? Perebutan ranking kelas? Atau ... kalian memiliki pikiran lain? Tidak apa, semua itu memang benar. Iya 'kan? Semua sekolah itu...