21 - Persiapan Misi

1.1K 193 16
                                    

"Senyuman, hal paling ampuh yang dipakai banyak orang untuk menutupi duka mendalam. Tangis, alat pertahanan diri agar tidak terpikirkan untuk mati. Akan tetapi, ada kalanya kau butuh amarah, penengah di antara keduanya agar kau tetap diakui dunia."

<Re-Search>

=/•🗝️• \=

Thariq

Ke rumah nanti malam, jelasin detailnya. - Nadira

Jun tidak bisa berhenti tersenyum sejak pagi, tepatnya saat Thariq menyampaikan pesan dari Nadira. Entah keberuntungan apa yang dia dapat, sehingga gadis seperti Nadira mau membantunya kali ini.

Di sekolah, ketiganya—Jun, Thariq, dan Nadira—sama sekali tidak membahas hal ini, sehingga kesempatan Jun untuk merinci kegiatan hanyalah malam ini. Oleh karena itu, pemuda berbalut jaket kulit hitam ini membelah jalanan secepat yang dia mampu, agar banyak waktu untuk menyusun rencana.

Tok ... tok ... tok ....

"Jun? Masuk bro," sapa Thariq—sosok yang membuka pintu.

"Thanks," jawab Jun apa adanya.

"Gue kira lo datengnya agak maleman," kata Thariq setengah meledek.

"Biar gak malem-malem. Kasihan adek lo, besok dia ngisi di S-Class II kan?"

Tanpa canggung Jun langsung masuk, menyamankan diri duduk di ruang tamu. Tak lama, Thariq kembali turun, mengajak Jun ke kamar Nadira atas permintaan si pemilik kamar.

"Jun? Ibra? Masuk," kata Nadira membuka pintu kamarnya lebar-lebar.

Jun agak canggung untuk masuk karena ini kali pertama baginya masuk kamar seorang gadis. Kamar Nadira—di mata pemuda itu—tidaklah serapi yang ada di bayangannya. Meski begitu, kamar ini juga tidak bisa dibilang kotor.

Kamar ini lebih cenderung ... berantakan. Banyak lembaran kertas dengan tulisan yang Jun ketahui merupakan huruf dalam Bahasa Arab di kasur. Selain itu, ada juga berbagai buku—kalau dia tidak salah tebak—yang tergeletak tidak beraturan di meja.

"Maaf berantakan, gue baru selesai ngaji," kata gadis itu sungkan.

Tangannya bergerak mengumpulkan lembaran-lembaran berserakan di kasur, merapikan lalu menyimpan tumpukan kertas itu di map folder di rak.

"Lo habis ngaji apa? Ini kitab serak buku sampai keluar semua. Berantakan banget," tanya Thariq yang ikut membantu.

Oh, ternyata namanya kitab, batin Jun kikuk.

"Fiqh, nahwu, sharaf, kimia, matematika, sama muraja'ah hafalan. Bra, tolong beresin sisanya ya, tumpuk aja di meja. Gue mau ambil camilan dulu," jawab Nadira sambil melangkah keluar.

Tak lama gadis itu kembali dengan nampan penuh camilan. "Thanks ya, Bra. Jadi, Jun?"

Mulailah mengalir perincian strategi yang sudah Jun rancang di rumahnya tadi.

"Oke. Sebenarnya gue butuh bantuan lo buat ngelewatin tempat pendataan aja sih, tapi lo gak bisa keluar dari depan tanpa gue."

"Berarti gue nungguin lo misi?" tanya Nadira.

School: Re-Search [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang