"Rasa percaya antar teman merupakan hal paling penting untuk meraih kemenangan."
<Re-Search>
=/•🗝️• \=
"Pihak pengarah siap? Mulai dalam 3,"
"2,"
"SEKARANG!"
Pemuda bernama Rendra itu menepuk bahu kawannya, memberi instruksi singkat. Begitu bola milik timnya bergerak di bawah kendali temannya, dia melangkah mendekati Violla dan Seira yang serius mengendalikan bola perlahan.
Sebenarnya, baik Violla maupun Seira, keduanya menyadari jika Rendra mendekati mereka. Tetapi, mereka memilih untuk mengabaikan dan lebih fokus pada nyawa Freya dan Halza yang dalam bahaya di dalam sana.
Seringai Rendra tercetak jelas. Tangan kanan yang sedari tadi bersembunyi di balik tubuh mulai bergerak. Ada sebuah pisau di genggaman yang teracung sempurna, siap menikam keduanya.
Yap, inilah hal 'gila' yang dimaksud Violla hari itu. Kesemua permainan mengijinkan pemainnya untuk saling melukai.
Melihat adanya senjata tajam, Violla langsung berdiri. Matanya menatap Rendra dengan sorot datar yang sangat mengintimidasi.
"Kak, titip adik gue. Gue serahin mereka ke lo," katanya sambil mencabut pisau.
Sambil menunggu mereka menyelesaikan aksi saling tatap, mari kita lihat persaingan keras yang terjadi di arena.
Persaingan di sini tidak kalah ngeri. Bola milik tim E berulang kali menabrak bola tim A dengan sengaja, menyebabkan Seira yang tidak pernah bermain game menjadi kewalahan.
"Aku kesulitan. Kalian tidak terluka bukan?" tanyanya khawatir.
"Kami aman, Kak. Kak Halza kan, kuat. Aku hanya perlu memeluknya sebagai peredam," balas Freya ngaco.
"Enak saja! Lo pikir gue apaan, heh?!" balas Halza galak.
Seira tertawa geli mendengar perkelahian kecil mereka. Kekhawatirannya perlahan hilang, tergantikan oleh semangat yang secara tidak langsung ia dapat dari dua bocah itu.
"Bersiap, kita akan balas dendam," katanya bersemangat.
Tepat setelah melewati palu raksasa, tim E dan tim A berjalan berdempetan sambil saling dorong. Seira sama sekali tidak mengalah. Melihat ada tikungan, otak gadis itu menemukan sebuah ide brilian.
Secara mendadak, bola tim A bergerak mundur, membuat bola tim E nyaris berjalan mulus keluar area, tercebur air es. Tanpa memberikan waktu jeda, Seira menggerakkan bola maju mendadak, bergerak menikung sambil sengaja menyenggol bola tim E, membuat bola itu nyaris jatuh untuk kedua kalinya.
Aksi singkat nan nekat Seira barusan, berhasil menciptakan jarak yang cukup besar. Melihat keadaan kedua temannya yang aman, Violla segera bertarung dengan sungguh-sungguh.
Gaya bertarungnya berubah, yang awalnya hanya menangkis serta menghindar, kini mulai balas menyerang.
"Lumayan juga, lo," kata Rendra remeh.
Pemuda itu memberikan serangan di area pinggang Violla yang terbuka, berhasil melukai gadis itu. Akan tetapi, tepat setelahnya, dia jatuh ambruk, tertidur pulas.
"Kak, biusnya oke juga," puji Violla pada Seira sambil tersenyum miring.
Dia berjalan mendekati kursinya sambil menutup lukanya, memperhatikan Seira yang serius bermain. Sayangnya, tim E tidak menyerah semudah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Re-Search [Terbit]
Teen Fiction[Open PO sampai 20 Agustus 2022] Sekolah. Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Tumpukan tugas? Nilai di atas kertas? Perebutan ranking kelas? Atau ... kalian memiliki pikiran lain? Tidak apa, semua itu memang benar. Iya 'kan? Semua sekolah itu...