31 - Para Pejuang Ujian

968 179 6
                                    

"Ini bukanlah akhir perjuangan. Ini adalah awal baru untuk masa depan cerah yang pasti menunggu kita."

<Re-Search>

=/•🗝️• \=

Kesempatan bersiap selama 72 jam pemberian pihak sekolah akan habis dalam tiga jam. Oleh karena itulah, tim A sudah berada di aula utama saat ini.

Sekolah masih cukup sepi karena baru tiga tim saja yang datang. Ketiga tim ini bisa dibilang merupakan tim-tim dengan formasi terbaik.

Pertama, ada tim A. Kita semua tentu sudah tahu siapa saja anggotanya. Sekumpulan monster dalam tubuh manusia ini bisa dibilang merupakan tim terbaik yang ada.

Di bawah asuhan dua guru terbaik dengan pembawaan tenang serta otak cemerlang, peluang kemenangan mereka bisa dibilang nyaris 100%.

Kedua, ada tim K. Tim ini memiliki beberapa anggota yang terbilang cukup seram. Harissa Amanda, Axelo Jordan, dan Rizaldi Aditama. Ketiga siswa itu terletak dalam satu kelompok di bawah bimbingan Yanto Kristanto dan Budi Santoso, dua guru senior di SMA Chase yang terkenal akan keteraturannya.

Terakhir, ada tim Q. Dibandingkan dua tim sebelumnya, tim ini memang terlihat biasa saja. Nyaris semua siswa-siswi di dalamnya tidak berbahaya, hanya beberapa anggota kelas U-Class dan A-Class peringkat atas.

Yha, pengecualian untuk Kirana Saraswati dari U-Class I, seorang pembunuh ulung dengan otak serta hasrat membunuh super tinggi. Selain itu, ada juga Daniati Farley dari A-Class II, bule blasteran Jerman-Korea yang menguasai puluhan bahasa.

Di bawah tangan Winda Viska dan Adam Sultan—wali kelas U-Class I—tim standar ini terpoles sempurna. Kedua guru tersebut terkenal akan ketertiban dan kebengisannya, menjadikan kumpulan siswa standar tadi berubah menjadi monster mengerikan dalam waktu singkat.

"Sial. Kak Amanda, Kak Jordan, dan Kak Rizal ada di satu tim," kesal Halza.

"Trio kombinasi mematikan yang dibimbing Pak Budi dan Pak Yanto," desis Violla setuju.

"Ada Kirana dan Farley juga yang satu tim dengan Bu Winda dan Pak Adam," tambah Hasna.

"Dua lawan yang cukup berat. Semoga saja kita tidak dipojokkan oleh mereka," harap Thariq.

"Mereka memang tim dengan anggota yang kuat, tapi ada kunci yang kemungkinan tidak mereka pegang erat," kata Bagus menenangkan.

Baik Hasna maupun Violla sama-sama menatap guru mereka penuh tanya. Meski mereka cerdas, tetap saja mereka tidak paham dengan kalimat sederhana yang diucapkan sang guru.

"Kerja sama dan saling percaya. Tim kita unggul di sini, tidak perlu khawatir," jelas Indri santai.

Tidak ada diskusi lagi setelahnya. Semua sibuk dengan barang masing-masing sampai batas waktu yang ditentukan. Tepat pukul 12.37, gerbang sekolah dan pintu aula utama tertutup otomatis.

Dari 26 tim yang terbentuk, tersisa 22 tim utuh dan 2 tim hasil gabungan. Kedua tim gabungan tersebut isinya siswa-siswi tertib yang anggota timnya malas sehingga terlambat.

Yap, dua tim tereliminasi lagi. Persaingan semakin ketat. Suasana juga semakin suram di nyaris seluruh tim. Nyaris, karena pengecualian tetaplah berlaku.

Di tengah ketegangan, Tim A, tim K, dan tim Q masih sempat-sempatnya bergurau. Mereka saling meledek satu sama lain layaknya tengah bersekolah biasa.

"Lo mau masak? Bawa-bawa pisau segala," ledek Jordan pada Tim A.

"Lah? Mereka masih mending, bawanya pisau sama bola. Lah Kirana itu, malah bawah pe—"

Sring!
Tap!

Kirana menyabut pedangnya dengan gerakan cepat lalu melemparnya pada Amanda yang tadi tengah melontarkan ledekan. Secepat pedang itu melayang, secepat itu pula Violla berlari untuk menangkapnya dengan tangan kosong.

"Wow, wow, wow. Santai, Kak. Perangnya belum mulai," kata Violla diakhiri senyum miring.

"Cih. Kalau bercanda kira-kira. Meski kakak kelas, aku tidak akan sungkan menghabisi nyawa kalian. Camkan itu."

"Ujian belum dimulai, Sara. Sarungkan senjatamu," peringat Adam tegas.

Kirana berdecak marah, tapi tetap menurut. Direbutnya paksa pedang di genggaman Violla, disarungkannya dengan gerakan kasar.

"Anda menyebalkan, Tuan," katanya.

Jordan tersenyum mengejek. Mulut laknatnya melontarkan kalimat lain yang menyulut emosi Kirana.

"Cie, murid baru kena omel Tuan. Bagaimana ra—"

Wush ....
Sring!
Tap!

"Axel, hentikan kebiasaan burukmu itu sebelum pisau ini memutus lehermu."

Tenang, tidak perlu terkejut. Adam Sultan memanglah seorang mantan pembunuh yang dipekerjakan khusus untuk menjinakkan semua siswa kriminal semacam Kirana dan Jordan.

"Bah. Anda tidak asik, Tuan. Saya hanya bermain-main tadi," kata Jordan patuh.

21 tim lainnya bergidik ngeri melihat candaan yang mereka lontarkan. Oh ayolah, ini terlalu mengerikan.

Bercanda dengan senjata?

Itu tidak seperti anak SMA, Bung!

"Silakan berbaris sesuai kelompok. Urutan barisan; satu guru pembimbing, ketua tim, anggota, guru pembimbing. Waktu kalian 15 menit, lebih dari itu kalian tereliminasi. Siap, mulai!"

Krusuk-krusuk terdengar ribut. Semua segera berbaris. Dua tim hasil gabungan yang baru terbentuk beberapa menit yang lalu cukup kerepotan karena belum menunjuk ketua.

Seperti dugaan, dua tim baru tersebut tereliminasi karena tidak memiliki ketua. Tanpa belas kasih, belasan pria kekar berpakaian rapi menyeret tim tereliminasi keluar sekolah.

Bagus. 22 tim tersisa di saat ujiannya bahkan belum bermula. Benar-benar sekolah gi*a!

"Baik. Ujian berlangsung di Pulau Kalas Amine, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Setiap tim akan mendapat sebuah peta digital, satu kapal, dan tiga buah mobil untuk fasilitas selama ujian. Untuk rincian peraturan serta jenis permainan yang tersedia, akan diumumkan di kanal utama."

Penjelasan singkat dari Miss Dream didengar baik oleh seluruh peserta. Tentu saja, tidak ada satupun siswa yang ingin gagal, jadi penjelasan Miss Dream tidak dilewatkan sama sekali.

Semua siswa langsung mengecek ponsel masing-masing, memastikan jika mereka memiliki akses internet untuk membuka kanal utama laman sekolah.

Siswa-siswi yang tidak memiliki kuota internet segera membeli paket internet yang ada. Untunglah sepuluh jenius kita ini difasilitasi internet oleh sekolah, sehingga kepanikan mereka berkurang.

Faza, Misaki, dan Seira juga sudah dibelikan kuota internet dalam jumlah cukup besar oleh Violla karena feeling-nya menyuruh demikian.

Keributan kecil perihal internet itu mereda oleh deheman Master Fantasy. Semua atensi kembali berpusat pada empat penguasa, menunggu kelanjutan pengarahan yang sekiranya akan diberikan.

"Sekian penjelasannya. Ada pertanyaan?"

Hening. Tidak ada jawaban sama sekali. Keheningan tersebut disimpulkan oleh Master Fantasy sebagai tidak ada pertanyaan sama sekali. Oleh karenanya, Master Fantasy kembali berujar.

"Baiklah, semoga berhasil. Siap? Ujian dimulai—"

Semua menatap was-was. Mereka memasang telinga baik-baik agar tidak terlewatkan barang sedetikpun.

Tepat setelah ini. Tepat setelah ini, ujian penentuan berbau pertarungan bertahan hidup akan segera dimulai.

Ketegangan tersebut membuat suasana mencekam. Detik demi detik terasa sangat lambat, membuat ketegangan ini semakin terasa erat.

"SEKARANG!"

1015 kata
18 Juli 2021

____________________________________________________________________________

School: Re-Search [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang