06 - Sakitnya Nadira

2.7K 395 38
                                    

"Tong kosong nyaring bunyinya bukanlah bualan semata. Semakin kau menyombongkan isi otak, semakin tampak jika kau bodoh. Karena apa? Karena kau memaparkan semua yang kau tahu, sementara lawan bicaramu menangkap informasi darimu untuk melengkapi informasi yang sudah dia miliki tanpa perlu berbagi."

<Re-Search>

=/•🗝️• \=

"Assalamu—"

Wanita berseragam guru itu melongo melihat X-Class kosong melompong tanpa penghuni. Ah, sepertinya Thariq lupa melapor pada Indriani, guru biologi X-Class, jika mereka semua membolos pada jam pelajaran ini.

Sedikit miris memang, melihat guru muda ini melongo kaget, terlebih kelas ini benar-benar kosong melompong dalam keadaan berantakan. Untung saja, Thariq muncul bersama Alvand dari pintu di waktu yang tepat.

"Thariq, Alvand, di mana yang lain? Mengapa kalian hanya berdua?" tanya Indri dengan nada tegas.

"Maaf Bu, saya lupa bilang. Nadira sedang sakit, sekarang dia berada di UKS. Kami ijin untuk tidak mengikuti kelas sementara waktu sampai Nadira sadar," lapor Thariq segera.

Guru cantik itu menghela napas pendek, menatap kedua pemuda di hadapannya dengan sorot yang melunak. "Bisa jelaskan pada Ibu, apa yang terjadi?"

Penjelasan singkat dipaparkan oleh Alvand. Sepertinya kita tidak perlu mendengar bagian itu karena kita berada di sana saat kejadian berlangsung.

"Begitu rupanya. Baik, biar Ibu yang tangani siswa-siswi Z-Class. Kalian jaga saja Nadira di UKS," putusnya.

Thariq dan Alvand langsung kembali ke UKS, sementara Indri masih terdiam di tempat. Oke, mari kita lihat, tindakan apa yang akan diambil seorang Indriani untuk menangani kasus pem-bully-an di tempatnya mengajar.

Indri membersihkan barangnya dengan cepat, lalu melangkah—nyaris berlari jika saja tidak terhambat sepatu pantofel berhak yang menempel di kaki—ke arah ruang guru.

Langkahnya menjadi sorotan seluruh warga sekolah, mengingat Indri adalah guru termuda, tercantik, sekaligus tercerdas di sini.

BRAK!

Astaga, seterburu itukah Indri? Sampai-sampai dirinya harus menggebrak pintu hanya untuk masuk ke ruang guru.

"Pak Bagus, ada yang ingin saya bicarakan dengan Bapak."

Ini dia. Indri segera mendatangi wali kelas X-Class, Bagus, lalu menceritakan semua yang ia tahu. Diskusi serius pun tidak terelakkan, sesekali menimbulkan perdebatan di antara guru senior dan junior itu.

Meski Indri melupakan alumni X-Class serta mantan anak didik Bagus, dia tidak segan-segan berkata dengan nada tegas, membantah semua ucapan Bagus yang dirasa tidak sesuai.

"Saya tidak bisa mengambil tin—"

"Pak, kita harus bertindak sekarang. Saya yakin Bapak lebih mengenal X-Class daripada saya. Jadi Bapak juga tahu, apa saja kemungkinan terburuk yang akan dilakukan X-Class saat mengetahui temannya dirundung seperti ini."

Bagus menghela napas. Perdebatan dengan Indri memang tidak akan pernah bisa ia menangkan, mengingat bakat yang menyeretnya masuk X-Class dulu adalah berdebat dan pengumpul informasi.

"Baiklah. Saya akan bicara pada Pak Yanto selaku wali kelas mereka."

Langkah kedua guru beda generasi ini menuju ke lorong Z-Class, tepatnya Z-Class III, kelas yang melakukan perundungan pada salah satu jenius kebanggaan SMA Chase.

School: Re-Search [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang