12 - Rahasia Hasna

1.7K 258 27
                                    

"Tahu tidak apa kekuatan terbesar di dunia? Kekuatan yang berasal dari rasa sayang pada saudara dan keluarga adalah jawabannya."

<Re-Search>

=/•🗝️• \=

"Nduk, tulung angkatne kardus isi mie ana gudang. Menisan ditata ana rak e yo."

"Nggih, Bu. Sekedap."

Logat khas Jawa terdengar memenuhi toko kelontong kecil di salah satu jalanan kota. Toko itu milik keluarga Mufida Hasna Salsabila. Berhubung kita sudah di sini, mari kita intip sebentar keseharian keluarga sederhana ini.

Kita semua tahu jika Hasna adalah seorang seniman geometrikal. Akan tetapi, kalian mungkin belum tahu jika Hasna juga merupakan sosok super perfeksionis.

Kenyataan ini hanya diketahui oleh Aze selaku orang terdekatnya. Hal ini juga yang mendorong Hasna lebih sering menyendiri di sekolah.

"Ck. Ini napa gudangnya berantakan banget, sih?!" kesal Hasna begitu membuka pintu gudang penyimpanan.

Kalian tahu, gudang ini sebenarnya tidak berantakan. Hanya beberapa dus terbuka yang tergeletak tidak pada tempatnya. Sayang, sikap perfeksionis ditambah mata geometrikal, membuat tempat ini terlihat sangat berantakan di mata gadis itu.

"Terpaksa deh, bersih-bersih."

Oke, mari kita tinggalkan Hasna. Bisa mati bosan kita jika tetap di sini menunggunya bersih-bersih. Lebih baik kita ke depan, kebetulan Fikri—adik Hasna—sudah pulang.

Fikri dan Hasna hanya terpaut dua tahun, membuat keduanya cukup akrab. Lihatlah, bahkan orang pertama yang dicari pemuda itu setibanya di rumah adalah sang kakak.

"Bu, Mbak Hasna wonten pundi? Tumben kok mboten njagi toko," tanyanya pada sang Ibu.

"Iku mau dakongkon njupuk mie ana gudang. Kok suwi, yo?"

Mendengar jawaban sang ibu, Fikri menepuk dahinya keras-keras. Rasa lelahnya akibat berlatih basket seketika hilang setelah mengetahui kakaknya masuk gudang. Bayangan sikap perfeksionis sang kakak saat melihat kondisi gudang langsung terbayang di benaknya.

"Bu, kula datheng Mbak Hasna rumiyin," pamit Fikri sambil berlari masuk.

Brak!

"Aduh Mbak, ngapain Mbak bongkar gudangnya?" tanya Fikri panik melihat gudang yang berantakan itu.

"Ya habis gudangnya kotor. Mbak bersihin, lah," jawab Hasna enteng.

Fikri memijat pelipis untuk meredam kekesalannya. Matanya terpejam erat, emosinya memuncak. Dia menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya lagi—terus seperti itu selama beberapa menit.

Melihat kemarahan sang adik, Hasna beringsut mundur. Sungguh, selain ujian di sekolah, kemarahan adiknya adalah hal yang paling Hasna takuti.

"M–maaf, Dek. M–Mbak, Mbak—"

"Mbak, metu. Iki ben aku wae sing nutukake."

"Tap—"

"Metu, Mbak! Aja gawe aku nesu luwih saka iki."

Hasna mengalah, dia meninggalkan adiknya sendirian dalam gudang. Hasna tidak tega sebenarnya, tapi ini salahnya, jadi gadis itu tidak bisa berbuat banyak.

School: Re-Search [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang