"Takdir itu lucu ya. Suka mempermainkan manusia hingga merasa tidak ingin ada di dunia."
<Re-Search>
=/•🗝️• \=
"Seharusnya kau berpikir dua kali sebelum membodohiku dengan otak minimmu, Daniel Calpha."
Galaxy berjengit samar sebelum mendesis marah. Wajahnya tampak agak memerah, menunjukkan betapa emosinya pemuda itu. Sesaat kemudian, dia mulai tenang tanpa alasan, membuat Master Fantasy menunjukkan raut waspadanya.
"Ah, sepertinya aku sudah ketahuan, ya? L benar, mengelabuhimu dengan skill payahku memanglah mustahil. Berhubung sudah ketahuan—,"
Tangan Galaxy bergerak melepaskan eyepatch dan rambut silvernya yang ternyata adalah sebuah rambut palsu. Wajah tenangnya menampilkan senyuman yang menenangkan.
"Sekalian saja aku membongkar penyamaran."
Ada jeda sejenak. Kedua lelaki itu terdiam dengan benak penuh pikiran. Mata mereka saling tatap, seakan berniat membunuh lawan bicaranya lewat sorot mata.
"Kau mungkin berhasil memergokiku, walah terlambat, tapi aku yakin kau tidak menyadari dua orang rekanku yang lain, Tuan."
Master Fantasy segera menoleh pada layar. Matanya melotot kaget melihat tayangan di sana. Semua anak buahnya menepi begitu Infinity masuk ke dalam pertarungan. Di saat yang sama, tembok rumput imitasi yang menutup perempatan terbuka, membuat para penjelajah labirin memekik kegirangan.
"Bagaimana, Tuan? Kau menyukai hadiah dari kami?"
"Anak sialan! Kalian men—,"
"Jangan mengumpatiku, setidaknya untuk sekarang. Salahmu sendiri tidak bisa menemukan penyusup dalam rencanamu."
=/•🗝️• \=
"Tidak perlu, Luna. Biar aku saja yang pergi membantu mereka."
Beralih ke labirin lagi. Baik Faza, Hasna, Violla, maupun Freya tengah dilanda perasaan bimbang. Sekilas, kalimat Infinity memang seakan bermakna baik, tetapi tetap saja mereka curiga mengingat Infinity yang merupakan bagian dari empat penguasa.
"Gue gak akan kasih lo pergi. Bisa aja itu cuma alibi lo buat ngehajar mereka," sergah Hasna yang tersadar kali pertama dari lamunannya.
Sudah kuduga, batin Infinity pasrah.
"Aku serius."
"Mencegah lebih baik dari pada memgobati. Kita gak akan berubah pikiran." Violla ikut bersuara.
"Dengar,"
Mata Infinity menatap Faza serius, melontarkan sebuah kalimat sebagai jaminan kemudian langsung melengos pergi tanpa sempat dicegah lagi.
"Bunuh aku jika sampai luka yang di dapat kawan-kawan kalian semakin banyak."
Gadis itu berlari ke tengah pertarungan, memberikan sebuah pukulan di tengkuk salah satu dari pasukan pria misterius. Menoleh ke belakang, pria tersebut langsung memberikan isyarat pada teman-temannya untuk berhenti, menatap Infinity penuh tanya.
"Perintah langsung dari Master. Biarkan mereka lewat," katanya tegas tanpa keraguan.
Para pria berjas itu saling tatap, kemudian menepi sebelum hilang ditelan jarak. Kepergian mereka menyisakan suara berdesing lirih yang berasal dari pergerakan tembok rumput imitasi yang menutup jalur perempatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Re-Search [Terbit]
Teen Fiction[Open PO sampai 20 Agustus 2022] Sekolah. Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Tumpukan tugas? Nilai di atas kertas? Perebutan ranking kelas? Atau ... kalian memiliki pikiran lain? Tidak apa, semua itu memang benar. Iya 'kan? Semua sekolah itu...