20 - Pahlawan bagi Nadira

1.1K 185 7
                                    

"Yang harusnya dilihat dan dipikirin itu Sekarang, bukan kemaren ataupun besok."

<Icarus2933>

=/•🗝️• \=

Jun berjalan mondar-mandir di depan pintu kelas. Dirinya bimbang bukan kepalang mengenai permasalahan kemarin. Kebimbangan memenuhi hatinya. Jun ragu, berbagai asumsi negatif memenuhi pikirannya.

"Jun, lo nutupin pintu."

Suara dari sosok yang menjadi alasannya mondar-mandir bak orang bodoh menyapa indra pendengaran. Tubuh Jun mematung sesaat. Pikirannya mendadak kosong.

Ayolah Jun, tinggal ngomong aja apa susahnya sih?! Lo cowok bukan? maki pemuda itu pada dirinya sendiri.

"Oy! Buruan minggir, Jun! Kita lagi buru-buru," sentak Hasna yang kebetulan bersama Nadira.

Jun menoleh pada keduanya. Dahinya mengernyit heran saat melihat tangan Nadira yang meremas jas almamaternya dengan raut kesakitan yang tergambar samar di wajahnya.

"Nad, lo ... oke?"

"Gak apa. Bisa tolong minggir dari pintu?"

Begitu keduanya menghilang dari kelas, Jun segera mengikuti mereka perlahan. Entah mengapa pemuda ini membuntuti kedua gadis itu, kita tidak ada yang tahu.

Terlihat keduanya melangkah masuk ke UKS, membuat raut penasaran Jun berubah khawatir. Tanpa pikir panjang, dia men-dial nomor Thariq, memintanya ke UKS.

Sementara itu di kantin, Thariq yang mendapat kabar mengenai Nadira kalang kabut menyusul. Dia bahkan meninggalkan makan siangnya dan beberapa kali menabrak orang di lorong.

"Aisyah kenapa?!" tanyanya panik dari depan pintu UKS.

Nadira menatap heran saudaranya. Bagaimana bisa pemuda itu mengetahui jika dirinya sakit?

"Lo bukannya di kantin? Ngapain ke sini?"

"Lo kenapa?" kekeh Thariq.

"Maag biasa, Ibra. Gue lupa sahur tadi. Dahlah, balik sono. Gue sama Hasna kok," usir Nadira tidak berperasaan.

"Sialan lo. Oh ya Is, gue pulsek diminta bantu anak OSIS. Biasa, tugas Golden Chaseiro. Lo ... balik sama yang lain gak apa? Ini bakal lama soalnya."

"Beres."

"Kalau gak ada tebengan telepon gue, gue anter balik dulu."

=/•🗝️• \=

(Maaf sebagian part dihapus untuk keperluan penerbitan)


=/•🗝️• \=

"Terima kasih Jun. Maaf, jadi merepotkan."

Kedua remaja berbeda gender itu sedang duduk di kantin rumah sakit berdua—menikmati semangkuk bakso beserta tes hangatnya. Umah dari Nadira sudah dipindahkan ke ruang rawat inap ditemani Abahnya, sementara mereka diminta untuk pergi ke kantin—makan malam.

"Santai aja mah. Eh tapi, gue boleh tanya sesuatu gak?" kata Jun.

Pemuda itu sudah bertekad. Dia akan mengutarakan permintaannya sekarang, selagi mereka hanya berdua.

"Bilang saja."

"Besok Senin, temenin gue jalan misi. Gue butuh rekan cewek buat kamuflasenya."

"Apa kamu sudah bertanya pada Abah?"

"Udah kok. Abah lo kasih ijin, Thariq nanti ikut."

Nadira menghela napas berat. Makanannya ditinggal begitu saja. Dia menunduk semakin dalam.

"Maaf. Tolong beri aku waktu."

"It's okay. Gue paham kalau lo gak nyaman sama acara beginian. Tolong kasih kepastian sebelum Sabtu ya, biar gue bisa konfirmasi ke pihak sana."

Nadira hanya mengangguk sambil menunduk lebih dalam. Di otaknya berkecamuk berbagai hal—salah satunya tawaran Jun barusan.

"Gue cabut dulu. Thariq bilang dia udah ada di ruangan Umah lo. Btw, makannya udah gue bayar. Selesai makan langsung aja lo. Bye."

1022 kata
28 Juni 2021

____________________________________________________________________________


Halo!

Hika balik lagi.
Hika datang untuk pamit sih, karena mau bertapa sampai waktu yang tidak diketahui.

Jadi, sayonara~

School: Re-Search [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang