19 - Misi yang Membuat Pening

1.2K 204 17
                                    

"Banyak yang bilang, membantu sesama adalah perbuatan mulia. Padahal, menolong yang membutuhkan adalah sebuah kewajiban sosial."

<Re-Search>

=/•🗝️• \=

"Damn it!" Pekikan penuh kesal itu menggema di apartemen milik seorang pemuda—Jun namanya.

Saat ini dia tengah kesal perihal pekerjaan baru yang masuk ke kotak emailnya. Sebenarnya, bukan pekerjaannya yang dipermasalahkan oleh Jun. Pekerjaan yang masuk adalah jenis pekerjaan yang biasa ia terima. Pemuda itu lebih mempermasalahkan syarat pekerjaannya.

Penasaran? Mari kita baca bersama.

——————————————————

Kepada: Jun Malette
Subjek: Misi.

Selamat malam, Tuan.
Kami, selaku pihak penyidik kepolisian hendak menyampaikan sebuah proyek kerja sama dengan Anda.

Kami mendapat kabar bahwa ada perdagangan narkotika gelap di sebuah hotel di kota Anda. Kami sangat mengharapkan bantuan Anda untuk bisa menyelinap masuk dan meringkus para pelaku.

Harap terima tawaran ini tanpa penolakan atau Anda akan terkena denda yang tidak masuk akal.

ps. Di hotel itu tengah diadakan acara promnite. Harap bawa rekan perempuan Anda untuk misi kali ini.

Hormat kami,

Polres RI

——————————————————

"Argh! Gue kudu ajak siapa coba?! Ah, mending gue tanya langsung ke anak-anak aja."

Pemuda itu beranjak dari duduknya, meraih tas ransel yang tergeletak di atas kasur. Dengan segera dia pergi turun untuk mengambil motor sport hitamnya dan melaju menuju sekolah.

Berada di kelas ternyata tak meringankan pikiran sama sekali, membuat teman-teman lelakinya bingung atas sikap Jun yang di luar kebiasaannya.

Penasaran, akhirnya keempat pemuda itu menghampiri Jun yang sendari datang hanya menelungkupkan kepala di lipatan tangan. Para gadis dikode supaya keluar dan pergi ke kantin agar pembicaraan mereka bisa lebih privasi.

"Jun, lo sakit?" tanya Alvand menyentuh bahunya ringan.

Kepala Jun terangkat, menampilkan raut bingung dan pasrah di saat yang bersamaan.

"Guys, tolongin gue."

Setelah bercerita cukup panjang serta menunjukkan email yang ada, Jun menatap kawan-kawannya lamat. Pemuda itu sangat berharap jika salah satu dari keempatnya dapat memberi solusi mengingat dia sama sekali tidak bisa menolak misi kali ini.

"Halza, Violla, sama Freya jelas gak mungkin. Mereka kekecilan buat ukuran anak wisudaan," papar Alvand.

"Berarti tinggal Nadira sama Hasna," lanjut Revan.

"Jangan sama Aisyah."

"Jangan sama Hasna."

Dua kalimat serupa tapi tak sama itu terdengar dari mulut dua pemuda berbeda. Thariq dan Aze—pelaku pelarangan—saling tatap dengan raut bingung mereka. Melihat Aze terdiam, Thariq lebih dulu bersuara.

"Sebenernya gue gak ngelarang, tapi Abahnya Aisyah pasti gak kasih ijin—apalagi ini masuk jam malam dia," jelasnya.

"Berarti tinggal Hasna?" tanya Jun pasrah.

School: Re-Search [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang