"Selalu ada cara untuk membantu orang. Tidak peduli serepot dan sesibuk apapun kita, berbuat baik pastilah harus menjadi yang utama."
<Re-Search>
=/•🗝️• \=
Pagi semua ....
Mari kita teruskan penjelajahan. Kemarin kita telah menilik sisi lain seorang Thariq, sekarang mari kita ikuti kehidupan pribadi seorang Azery Wisnu Ekadirael.
Kita mulai kisah ini dari kediaman keluarga Ekadirael, tepat di kamar satu-satunya penerus keluarga ini—Azery. Pemuda itu terlihat masih bergelung dalam mimpi indahnya.
Cukup mengherankan melihat Aze masih bergelung dalam selimut mengingat dirinya termasuk anak yang aktif di sekolah. Sepertinya dia kelelahan oleh suatu hal yang entah apa.
Tok ... tok ... tok ...
"Tuan Muda, ada baiknya Anda bangun. Ini sudah pukul 9 pagi," kata si pengetuk pintu.
Tak ayal, panggilan lembut penuh hormat itu mengganggu tidur pemuda pemilik kamar, membuatnya membubarkan mimpi yang tengah berjalan.
"Hoam .... Aku sudah bangun, Adam. Kau bisa teruskan pekerjaanmu. Terima kasih," kata Aze setengah sadar.
"Baik, Tuan Muda. Tolong segera turun untuk sarapan setelah bersiap nanti," pemuda tadi, Adam, pergi meninggalkan kamar Aze untuk melanjutkan pekerjaannya.
Setelah peregangan kecil, Aze segera masuk kamar mandi dan membersihkan diri. Sambil menunggunya bersiap, mari kita berkenalan dengan Adam, pelayan setia keluarga Ekadirael.
Namanya Adam, umurnya 20 tahun. Dia adalah salah satu korban selamat dari bencana tsunami Aceh pada 2004 lalu. Saat itu, Adam masihlah balita yang hidup dari belas kasih orang. Diadopsi keluarga Ekadirael tidak lantas membuat Adam besar kepala. Justru, dirinya menjelma menjadi tameng setia yang mengabdi penuh pada penolongnya.
Oke, cukup perkenalannya. Mari kita ikuti langkah Aze yang sudah berpakaian rapi—berkemeja dan bercelana jeans dengan sepatu sport melekat di kaki—tengah menuju ruang makan.
"Adam, apa pekerjaanku hari ini?" tanya Aze sambil mengaduk spaghetti bolognese kesukaannya.
"Menemui seorang klien yang komplain. Anda juga ada janji dengan Nona Halza dan Tuan Muda Jun. Terakhir, ada turnamen game online yang harus Anda ikuti. Apa Anda memiliki rencana lain?" jawab Adam patuh sambil menghidangkan segelas susu putih.
"Banyak juga, ya."
Aze terlihat malas-malasan, enggan melakukan setumpuk tugas yang ada. Tidak lama, ponsel Aze menyala tanda pesan masuk.
Hasna
Aze, klo dh gk repot nnt tlg benerin CCTV d toko Ibu gw. Dr kmrn gk mw xla. Thnx.
It's oke. Gue ke sana.
Pemuda itu tersenyum, sedikit heran dengan temannya yang suka sekali menyingkat pesan ini. Untung saja dia sudah terbiasa membaca pesan demikian, kalau tidak sudah bisa dipastikan pemuda ini tidak akan paham maksud kawannya.
"Adam, bisa gantikan aku menemui klien yang komplain itu? Aku mau ke toko Hasna, membantunya memperbaiki CCTV di situ," pinta Aze.
"Baik, Tuan Muda."
"Oke. Aku pergi dulu."
Aze menghabiskan makanan dengan gerakan cepat. Selesai menenggak susu, dia menyambar kunci yang telah disiapkan Adam, melangkah ke garasi untuk mengambil kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Re-Search [Terbit]
Teen Fiction[Open PO sampai 20 Agustus 2022] Sekolah. Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Tumpukan tugas? Nilai di atas kertas? Perebutan ranking kelas? Atau ... kalian memiliki pikiran lain? Tidak apa, semua itu memang benar. Iya 'kan? Semua sekolah itu...