Bonus 01 - Acara Reuni

1.1K 140 8
                                    

Acara reuni SMA Chase terasa membosankan bagi Revan. Dipaksa memakai tuxedo serta harus bertingkah laku sopan jelas membuatnya tidak nyaman.

Selagi kesabarannya masih ada, pemuda itu buru-buru melangkah keluar, menuju taman belakang hotel yang berlokasi di dekat sebuah kolam. Dia tentu tidak mau diomeli Alvand karena berulah, tapi pemuda itu juga tidak sudi berada di dalam lebih lama.

Well, ternyata dia tak sendiri. Netra pemuda itu menemukan sosok Nadira yang duduk termenung di bangku, memandang pantulan sinar rembulan di permukaan air.

Sebuah ide jahil terlintas di kepalanya. Diam-diam pemuda itu melangkah, berniat menggertak gadis yang diduga tengah melamun itu.

"Ada apa, Kak?"

Ah, sayang sekali. Ternyata panca indera Nadira sangat tajam, sampai-sampai dia bisa mengetahui kedatangan Revan. Menggaruk pelipis canggung, pemuda itu duduk berjarak dari kawannya, tersenyum malu.

"Gak ada apa-apa, sih. Iseng aja pengen ngegertak. Lo ngapain di sini sendiri?" tanyanya mengalihkan topik.

"Aku tidak suka keramaian," jawab Nadira pendek.

Jawaban singkat tanpa nada itu membuat suasana semakin canggung. Revan tidak tahu harus merespon apa lagi, sementara Nadira terlihat lebih suka menatap pantulan bulan ketimbang wajah tampan kawannya.

Pada akhirnya, sepasang remaja itu terhanyut dalam pikiran masing-masing. Keheningan menyelimuti keduanya.

Samar-samar Revan mendengar suara peraduan gigi, diiringi dengan hembusan angin malam yang menerbangkan hijab lebar Nadira, menyampaikan hawa dingin pada pemakainya.

"Dingin?" tanya Revan saat tahu Nadira menggosok lengannya sendiri, menghangatkan diri.

"Sedikit." Nadira menjawab dengan bibir menahan gemetar.

Jawaban tidak jujur Nadira membuat Revan berdecak. Sikap tidak mau merepotkan orang yang dimiliki anak ini ada kalanya terasa menyebalkan. Tanpa banyak kata, pemuda itu melepas jasnya, menyisakan kemeja putih yang menutup tubuh.

"Lo gak pernah berubah. Selalu gak mau bikin orang repot," kesalnya.

Hal itu menghadirkan tawa kecil di bibir pucat Nadira, diiringi sederet kata yang kembali membuat Revan berdecak tidak suka.

"Aku tahu, Kak Revan pasti akan menyerahkan jas jika aku bilang iya. Anginnya kenceng, Kak. Sekalipun Kakak gak bisa ngerasain sakit, Kak Revan pasti bisa ngerasain dingin."

"Ck! Pake ini. Gue masuk dulu."

Revan meninggalkan jasnya di antara mereka, lalu beranjak masuk ke hotel lagi. Nadira memandang pemuda itu bingung, tak urung menyampirkan jas pemuda itu di bahunya.

Tak lama Revan kembali membawa secangkir coklat hangat. Disodorkannya gelas kaca itu pada Nadira, menghasilkan raut bingung di wajah lawan bicaranya.

"Lo gak suka coklat anget, kah?" tanya Revan saat ulurannya tak kunjung mendapat balasan.

"Su-suka, kok."

Buru-buru Nadira menerima pemberian pemuda yang setahun di atasnya itu, menggenggam erat gelas kaca berisi coklat panas. Rasa hangat berlomba menyentuh kulitnya, beradu dengan angin malam yang ingin membuatnya menggigil.

"Minum gih, biar anget."

"I-iya."

Ah, sial. Gadis malang itu merutuki mulutnya yang dengan tidak tahu malu berkata gagap. Tatapan heran ia dapat dari Revan yang buru-buru Nadira abaikan.

Gadis itu sok sibuk menghangatkan diri, kendati demikian pipinya memerah samar. Revan tentu melihat itu, berniat menggoda jika saja suara mantan ketua kelas sialannya tidak terdengar terlebih dahulu.

"Ehem, ehem. Aisyah sekarang mainnya berduaan sama cowok, ya? Pake acara sampir-sampir jas, lagi."

Si pemilik nama langsung menoleh, menemukan raga seluruh teman kelasnya yang menatap mereka berdua dengan tatapan menggoda. Bahkan, Hasna yang biasanya membela dirinya, ikut-ikutan bersiul usil, semakin membuat Nadira malu.

"Mas Ibrahim kok di sini?" tanya Nadira berusaha tenang.

"Oh, gitu ya, lo, Is. Gak mau diganggu waktu lagi berduaan sama doi, nih, ceritanya?"

Thariq makin gencar menggoda, membuat semburat merah itu kini penuh mewarnai seluruh wajah Nadira.

"Parah lo, Nad. Baru aja pegang KTP minggu lalu, eh udah PDKT sama cowok. Gue dilangkahin, nih, ceritanya?" imbuh Hasna.

"Kak Hasna, jangan menggodaku," kesal Nadira yang semakin membuat wajahnya merah.

"Gitu lo ya, Kak. Pas sedih, nangis-nangis ke kita. Pas PDKT malah gak mau disamperin. Jahat lo," Halza duduk di pangkuan Nadira.

Gadis itu tidak bisa bersuara lagi. Dirinya terlalu malu untuk berkata-kata. Revan yang melihatnya akhirnya buka suara.

"Riq, sorry aja kalo gue ganggu lo ngegoda Nadira. Tapi nih ya, gue gak asal ke sini buat PDKT. Adik lo udah pingsan gara-gara hipotermia, kalo aja gue gak ngasih jas sama coklat anget tadi," katanya malas.

Raut menggoda mereka kontan berubah khawatir. Hasna dengan segera menyentuh pipi Nadira, merasakan hawa dingin di sana.

"Nad, kayaknya lo mending balik, deh. Bibir lo pucet banget," katanya usai memeriksa.

Nadira menggeleng, memberikan senyum lembut. "Kakak tenang aja, oke? Aku gak apa. Cuma kedinginan sedikit gara-gara angin."

Mendengar itu, Revan langsung menyela. "Gak usah sok ngehero, deh, Nad. Lo dah kayak zombie gagal jadi gitu, masih mau sok kuat. Balik, sana."

Diam-diam, Thariq tersenyum sebelum akhirnya ikutan bersuara. "Doi lo bener, Nad. Lo sakit, ayo balik."

Dilepaskannya jas yang melekat di tubuh, disampirkan pada bahu Nadira sebagai tambahan. Kini, gadis itu memakai dua jas di bahu yang sedikit membantunya melawan dingin.

Thariq menuntun adik sepupunya itu. Baru beberapa langkah, pemuda itu berhenti, menoleh pada Revan sambil mengatakan sederet kata.

"Jasnya kita pinjem dulu, ya, Van. Entar kalo lo udah kerja, minta balik ke yang minjem, sekalian minta orang yang minjem ke abinya."

Blush!

Pipi Nadira yang beberapa detik lalu sudah kembali normal, kini kembali memerah. Diinjaknya punggung kaki sang sepupu sambil membalas kata-katanya.

"Kalau begitu, Kak Hasna juga harus siap-siap karena aku tidak mau mendahului kakakku. Kami duluan semuanya, assalamu'alaikum."

872 kata
15 Feb 2022

____________________________________________________________________________

Ehm, assalamu'alaikum minna.

Sesuai judul, ini cuma chapter bonus, nda ada hubungan apapun dengan series school.

Semoga suka!

School: Re-Search [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang