"Berhasil atau gagalnya sebuah usaha tidak ditentukan oleh angka dalam raport kalian. Jadi, jangan terpuruk hanya oleh nilai di bawah rata-rata."
<Re-Search>
=/•🗝️• \=
"Kita buat ini sederhana. Kalian, duduk diam di sini. Jangan sekali-kali mencoba untuk kabur jika tidak ingin teman-teman kalian dalam masalah."
Perkataan Master Fantasy barusan membuat Thariq khawatir bukan kepalang. Otaknya sudah berpikir yang tidak-tidak mengenai nasib dua anak kecil anggota kelasnya, Violla dan Freya.
Rizal dan Amanda juga tidak kalah paniknya dengan Thariq. Mereka mengkhawatirkan emosi labil Jordan yang bisa saja melukai orang lain. Meski Violla ada bersama mereka, mata Rizal tidak buta. Dia menyadari cidera serius yang didapat gadis itu saat menyelamatkan Freya.
"Baiklah, aku harus pergi memantau tikus-tikus percobaanku di labirin. Kalian, tunggu saja sampai mereka tiba. Bye."
Kepergian Master Fantasy meninggalkan keheningan yang menyelimuti ruangan. Semua terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.
Tidak tahan dengan wajah pasrah mereka, Amanda menyerukan sebuah kalimat yang sukses memunculkan bohlam imajinatif di kepala Halza.
"Lo pada mau bengong sampai kapan? Mau kita nurut ataupun gak, Master Fantasy pasti tetep gak bakal kasih mereka nyampe sini. Pilihannya tinggal dua, diem macam pengecut atau coba berusaha sebisa mungkin."
"Itu dia! Kak Aze, Kak Nadira, bisa bantu gue sebentar?"
Yang dipanggil menoleh, menatap gadis mungil itu keheranan. Halza tidak menggubris. Tangannya sibuk merogoh ransel di punggung, mencari sesuatu yang entah apa.
Ah, rupanya dia mengeluarkan sebuah iPad dan setumpuk kabel kawat. Masing-masing benda tadi dia serahkan pada Nadira dan Aze.
"Ini buat apaan, Za?" tanya Aze keheranan.
"Kak, urus CCTV-nya. Gue gak yakin di sini ada jaringan internet, tapi tolong usahain CCTV satu labirin mati."
"Oke, gue coba."
"Thanks. Kak Misaki, peluru lo masih ada?"
"Cuma 2 kotak sih. Kenapa?"
"Bisa lumpuhkan dua mesin itu?"
"Gue usahain."
Amanda tersenyum puas. "Gak salah X-Class dipanggil monster. Provokasi kecil gitu doang udah bikin otak lo kerja cepet banget," pujinya.
"Kak Amanda, Kak Rizal, bisa bantu Kak Seira ngeracik aqua regia. Kita co-,"
"Jangan gila! Aqua regia itu sangat berbahaya! Kita tidak bisa membuatnya sembarangan, butuh peralatan laboratorium atau kita semua akan tewas di tempat," bantah Seira.
"Tapi ki-,"
"Sei bener. Kita gak bisa asal buat racikan bahan kimia. Resikonya terlalu tinggi."
Halza berdecak kesal. Percuma saja mereka melumpuhkan penjagaan jika mereka tidak bisa menerobos jeruji besi ini. Otaknya bekerja lebih keras, mencari cara alternatif.
"Za, pernah denger jailbreak, gak?" tanya Nadira tiba-tiba
Ragu, gadis itu menimpali, "Aksi bobol jeruji besi itu bukan?"
Thariq tampak berpikir, kemudian memekik tertahan.
"Oh iya! Kita bisa pakai teknik jailbreak yang diajarkan sama Abah lo, Ais!" katanya kegirangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Re-Search [Terbit]
Teen Fiction[Open PO sampai 20 Agustus 2022] Sekolah. Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Tumpukan tugas? Nilai di atas kertas? Perebutan ranking kelas? Atau ... kalian memiliki pikiran lain? Tidak apa, semua itu memang benar. Iya 'kan? Semua sekolah itu...