"Air tenang jangan disangka tiada berbuaya, peribahasa itu memanglah benar adanya. Janganlah sampai para pendiam itu bertindak, karena akan sangat fatal akibatnya."
<Re-Search>
=/•🗝️• \=
Hai lagi!
Sekolah sudah mulai masuk lagi, bukan? Jadi, kisah ini kembali berjalan di SMA Chase.
So, check it out!
Seorang gadis terlihat bersiap di dalam kamarnya yang ada di lantai dua sebuah masion mewah. Jemarinya dengan lihai merapikan pakaian, disusul dengan menyisir rambut sebahunya.
Dirasa siap, gadis itu melangkah keluar dengan tas di bahu, bersiap sarapan agar tidak terlambat di hari pertamanya setelah liburan. Sayang, langkah gadis manis itu harus terhenti di tengah jalan karena mendengar suara yang tidak mengenakkan.
"Apa lagi sekarang?!"
"Harusnya aku yang bertanya!! Apa ini kelakuanmu saat kutinggal?!"
"Seharusnya aku yang bilang begitu! Ke mana saja kau selama ini?! Tidak ingat rumah?!"
Tangan mungil gadis itu refleks menutup telinganya. Tubuh yang bergetar hebat membuatnya merosot di tempat. Untunglah, sang kepala pelayan yang kebetulan lewat, menyadari keberadaannya.
"Nona Vio baik-baik saja? Maaf Nona, saya lupa menyampaikan jika Tuan dan Nyonya pulang kemarin tengah malam," katanya sambil menarik gadis malang itu dalam pelukannya.
"Vio tidak apa. Vio harus pergi sekarang, nanti terlambat sekolah." Tangan Violla mencuim sang kepala pelayan dengan gerakan cepat lalu pergi ke sekolah diantar sopir pribadinya.
=/•🗝️• \=
(Maaf sebagian part dihapus untuk keperluan penerbitan)
"Kak Nadira tolong diam."
Jawaban ketus itu menyiutkan nyali Nadira. Dia tidak jadi menenangkan Violla, justru beringsut mundur—bersembunyi di balik punggung Hasna.
"Itu bukan al—"
"Terserah kalian. Gue gak berubah pikiran."
Waw! Bahkan Alvand, sosok yang sangat dihormati Violla, dibuat diam tidak berkutik oleh bakat penuh Violla. Sungguh mengerikan!
Perdebatan panas di pagi hari pagi itu berakhir dengan kemenangan Violla. Ya ... kita semua sudah menebaknya, bukan?
Seorang ahli debat dan seorang pembaca keadaan. Dua gelar itu sudah lebih dari cukup untuk membuat para Chaseiro-X bungkam serta tunduk. Mau tidak mau, mereka harus mengiyakan ucapan Violla.
Jadi ... di sinilah mereka. Di kantin utama yang berisi siswa-siswi semua kelompok. Kantin yang sama yang mereka datangi saat pertama kalinya Freya bergabung.
"Wow, lihat guys! Ada jenius ke kantin rakyat jelata."
Astaga ... baru saja datang, 'sambutan' meriah sudah mereka dapatkan dari siswa-siswi Z-Class ketiga jenjang. Chaseiro-X mengabaikan itu, kecuali Violla.
Langkah gadis itu terhenti. Auranya sangat menyeramkan, membuat suasana mendadak suram. Dengan wajah datar serta sorot tajam, gadis itu seakan menguliti lawan bicaranya.
"Maaf?"
"Wih ... diladeni dong, guys," pekik salah satunya, merendahkan.
"Bisa hentikan itu? Itu menyebalkan," katanya lempeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
School: Re-Search [Terbit]
Teen Fiction[Open PO sampai 20 Agustus 2022] Sekolah. Apa yang kalian pikirkan tentang kata itu? Tumpukan tugas? Nilai di atas kertas? Perebutan ranking kelas? Atau ... kalian memiliki pikiran lain? Tidak apa, semua itu memang benar. Iya 'kan? Semua sekolah itu...