The Price

1.5K 453 125
                                    

Retakan-retakan misterius itu tertutup secara bersamaan tak lama setelah Sabina membuat kontak dengannya.

Chief khawatir bukan main dan keesokan paginya mengirim dokter dari Institut untuk memeriksa Sabina. Hasilnya baik-baik saja, sentuhan itu tak berpengaruh pada Sabina.

Zidan menyarankan Sabina menetap di Institut sampai semua kemampuannya terbuka. Zidan merasa jika tidak dipantau, mungkin akan berbahaya bagi semua orang—termasuk Sabina sendiri. Namun, Sabina menolak karena ia merasa baik-baik saja dan Arda berjanji mengawasinya.

Siang ini dari balik kaca ruang medis, Kalea dan Gilang memperhatikan dokter itu memeriksa kemampuan Sabina. Gadis itu mencoba membuka portal kembali tapi tak ada yang terjadi. Sementara kemampuannya yang lain bisa bekerja seperti biasa.

Arda selalu menemaninya. Berdiri tak jauh di belakang dokter itu dan mengalirkan aura positif melalui mata serta senyumannya. Itu yang Sabina butuhkan. Lampu Markas berkedip tak karuan saat Arda tak menemani Sabina.

"Ada sesuatu yang mungkin tersimpan tanpa ia sadari." Gilang bergumam sendiri. "Karena ia merasa aman."

"Siapa yang bilang begitu?"

"Um, Ravena pernah mengatakannya soal Sabina."

Kalea memainkan ujung kerudungnya sambil memperhatikan Sabina. Gadis manis dan panikan itu mungkin saja jauh lebih kuat dari modifen manapun yang ada. Dan ia sendiri tidak menyadarinya. Kalea tidak yakin harus mengambil langkah apa, tapi sebisa mungkin ia tak berpikir buruk.

"Kau sendiri punya teori, Gi?"

"Entahlah. Dia seperti adikku sendiri, aku tak mau berpikir buruk tentangnya."

Kalea tersenyum, mengangguk. "Ngomong-ngomong, ada perkembangan dengan Ravena?"

"Ha? Perkembangan apa?"

"Riset kalian soal modifen Tarhut."

"Oh, belum." Gilang entah kenapa menggaruk keningnya. "Keempat modifen itu seakan tak punya kelemahan. Bahkan tindakan dari Tarhunt harus ditingkatkan terus karena mereka bisa beradaptasi."

"Pasti ada. Tak ada petarung yang tak dapat dilumpuhkan." Kalea berpikir sejenak. "Sudah coba mencari di tempat yang tidak seharusnya?"

"Contohnya?"

"Mungkin di masa lalu mereka. Cari saja orang atau tempat yang mereka takuti. Trauma dan semacamnya."

"Hm. Tak biasanya kau punya ide kejam."

Setelah memastikan Ravena ada di rumah, Gilang bergegas untuk mencoba ide Kalea. Pasti ada informasi mengenai masa lalu mereka di antara lusinan dokumen di rumah Ravena. Sebenarnya Kalea memberi ide itu hanya agar Gilang pergi menemui orang yang membuatnya senang. Berada di sini, memperhatikan Sabina, membuatnya tidak tenang dan perasaan itu bisa mengganggu Sabina juga.

Kalea mengusap kening karena pusing. Tak sengaja melirik smartwatch miliknya. Masih merasa aneh tak mendapat pesan dari siapapun. Hanya ada reminder dari Chief dan meme yang Jemy kirim ke grup Garda.

Dia pun melangkah pergi menuju ruangannya untuk memeriksa tugas dari Chief. Ketika ia berada di lorong, tiba-tiba...

Terjadi ledakan kilat biru di depannya. Disusul kemunculan pria tinggi bermata hijau dengan janggut tipisnya. Kalea tercekat tapi sigap menarik pistol dan menodong. Namun, keduanya tak bergerak lagi dan hanya menusukkan pandangan ke satu sama lain.

"Paul?! Bagaimana kau bisa kemari?!"

"Kita bisa membahas itu atau mungkin kau mau dengar berita penting dariku. Kekasihmu kembali bekerja dengan Edsel. Kupikir ia sudah tobat."

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang