Berita yang Kalea sampaikan ke para Garda membuat semua terdiam. Tak ada yang bicara karena pikiran terlalu keras memproses.
Masalah kali ini tak mereka mengerti. Entah wujud lawannya seperti apa dan datangnya dari mana. Zidan hanya punya teori bahwa Edsel menggabungkan mesin waktu rancangannya dengan portal intergalaktik rancangan Cipto. Tempat apa saja yang bisa ia kunjungi dengan mesin mutakhir ini? Entahlah, mungkin sampaidimensi lain. Zidan punya beberapa teori mengenai makhluk apa yang tinggal di sana, tapi, ia sendiri tidak yakin.
Setelah Chief menutup rapat, semua pergi tanpa banyak bicara. Dia meminta rapat lebih awal besok karena ia punya firasat hal gila akan terjadi.
Malam ini tak ada yang diberi tugas oleh Chief. Sabina menemani Arda mengisi daya di kamarnya. Sabina memeluknya yang bersandar ke sofa dengan kabel-kabel mengalirkan listrik ke punggung lehernya.
Sejak tadi Sabina kewalahan karena pikiran para Garda sangat bising malam ini. Dia mendengar semuanya, bahkan jeritan yang biasanya Kalea sembunyikan dengan baik. Adapula suara kegelisahan teman-temannya yang lain, bercampur aduk sampai menyesakkan.
Namun, di tengah semua itu, terdengar lembutnya desir angin di atas rerumputan. Terdengar pula senandung pelan yang membuat suara lain di Markas seakan menjauh. Sabina pun memejam di atas dada Arda, hanya mendengar pikirannya.
Sementara Kalea berdiri dekat jendela kamarnya. Menatap foto lusuh yang dikenai cahaya bulan, membuat senyuman keluarga kecil itu menyala. Kalea pun tersenyum, hingga tersadar hanya ini yang ia punya.
Jika kedua orangtuanya masih ada, dia akan memiliki tempat bersandar. Orang yang bisa bilang semua akan baik-baik saja. Dia sangat membutuhkannya saat ini.
Keesokan harinya Garda berkumpul di ruangan Chief sejenak setelah matahari terbit. Beberapa foto dan kutipan artikel elektronik melayang di atas holotable. Dini hari tadi beberapa tempat didatangi makhluk tak dikenal. Tak ada saksi mata tapi jejak yang ditinggalkan membuat Garda sempat melongo.
Satu foto menunjukkan sebuah pelabuhan dengan kapal kargo parkir di tepian. Semuanya nampak normal kecuali bayangan raksasa yang melayang di atas kapal itu. Ketika Chief membesarkan gambar, nampak sebuah retakan di udara dengan kilat kehitaman memercik darinya. Terlihat kegelapan di tengah retakan itu, seakan menuju ke tempat lain.
Retakannya tak hanya satu. Laporan datang dari berbagai kota dan membuat aparat setempat kualahan karena warga ketakutan. Ilmuwan DEKARSA sempat datang ke salah satu lokasi, tapi tak ada yang tau itu apa. Semua retakan muncul begitu saja tanpa kejadian apapun.
"Jadi, apa itu?" tanya Gilang.
"Belum tau. Yang pasti orang ogah megang, karena saat berada di dekat retakan itu mereka merasa... diawasi."
Zidan membenarkan kacamata. "Aku punya teori gila."
"Gaslah."
"Kalian ingat portal intergalaktik, 'kan? Saat portal itu terbuka akan membentuk belahan—retakan seperti di gambar. Seharusnya retakan hilang setelah pesawat atau orang melewatinya." Zidan membesarkan gambarnya lagi, menunjuk kegelapan yang mengintip dari retakan. "Dan kegelapan itu mungkin saja planet lain atau dimensi lain, bahkan mungkin... lebih."
"Parallel universe," gumam Jemy.
"Um, mungkin. Itu hanya teori."
"Keren banget! Uh, maksudku mengerikan."
"Sesuatu di balik sana berusaha menerobos." Kalea memijat kening. "Di mana retakan paling besar, Chief? Kurasa kita perlu mengintip."
Sabina mengangkat tangan sedikit. "Aku ikut. Jika benar ada sesuatu di balik sana mungkin... aku bisa mendengarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA 2 - The Series
Action(BOOK 3 & 4) Kasus demi kasus menuntun Garda pada musuh tak terduga. Sekali lagi Edsel bermain dengan bahaya setelah menculik empat modifen terkuat dari Tarhunt. Bahaya kali ini mungkin saja membahayakan alam semesta juga. Ditambah, Rafa mulai memi...