Safe Trip?

1.7K 459 84
                                    

Butuh beberapa saat untuk memproses.

Seakan tubuh mereka ditekan dari segala arah lalu dilempar kencang. Tak pernah berteleportasi sekasar itu sebelumnya. Mereka menatap satu sama lain, bingung.

Kalea menutup mulut. "Aku agak... mual."

"Aku juga."

Keduanya berdiri di tengah jalan tanah. Sepi hanya diisi bunyi jangkrik. Hutan memagari di satu sisi dan tebing tanah meninggi di sisi lainnya. Mereka memicing karena matahari terik, tapi udara tak sepanas seharusnya. Tidak ada orang atau kendaraan di sini, tapi kengerian terpancar dari Rafa yang curiga pada sekelilingnya.

"Ada apa, Fa?"

Dia seperti ingin memakan Kalea. "Kenapa kau mengenakannya?! Mesoprobe belum pernah diuji coba."

"Kau yang membuatnya?"

"Bukan. Sial. Ini terasa tak benar."

"Kita harus cari Paul."

"Jika alat itu benar, seharusnya kita tiba berdekatan dengannya. Paling jauh dua puluh meter. Dan mestinya tanpa efek samping seperti... mual atau panik." Rafa melangkah. "Kita harus caritau dimana—kapan ini."

Terdengar derap kaki di kejauhan. Dari tikungan Kalea lihat sekelompok orang. Mereka berseragam hijau dengan ujung senapan berdiri di balik punggung. Sebagian di antara mereka membawa sesuatu. Sebuah bendera.

Kalea melotot menyadari bendera apa itu, sontak menarik Rafa. Mereka pun lari masuk hutan, merosot di turunan tanah dan sembunyi.

Mereka menegang saat rombongan itu lewat. Nampak lusinan tentara berseragam hijau gelap, berpelindung kepala dengan wajah asing. Melangkah tegap diikuti sekelompok orang berbaju kumal dengan kulit kecoklatan.

"Tidak mungkin." Napas Kalea mengencang. "Mereka tentara Jepang."

Rafa memejam sejenak, stress. "Kelihatannya kita tersasar di tahun '42 atau '43."

"Bagaimana bisa?!"

"Makanya jangan asal pakai alat, Nona. Komponennya belum stabil, bahkan orang gila seperti Edsel saja mikir dua kali mengujinya. Malfungsi bisa melempar kita ke waktu tak seharusnya, jarak Vaultor bisa jauh dan... pokoknya, kita kacau."

Satu pria menoleh kemari. Rafa pun menarik Kalea merunduk. Terdengar pembicaraan seiring beberapa orang mendekat. Kalea membekap mulutnya sendiri agar napas tak terdengar, bertatap tegang dengan Rafa. Ini rasa takut yang aneh bagi mereka.

Namun, terdengar rombongan berangsur menjauh dan tak ada yang menembak kemari. Mereka pun mengehela napas lega. Belum apa-apa sudah banjir keringat.

Kalea melirik smartwatch. Tentu saja mati, tapi microchip di bawah kulitnya berkedip. Seingatnya Zidan bilang benda itu terhubung dengan kekuatan Vaultor, jadi menyala selama miliknya menyala.

Dia mempelajari sekeliling. Hanya ada pohon dan tak punya ide sama sekali. Pikirannya tak pernah sebuntu ini.

Rafa melepas kancing jas, gusar. "Kau lihat tanah di sana lebih datar dari sekitarnya? Jalan itu dipakai setiap hari. Ada jejak gerobak juga. Sepertinya ini jalur mobilisasi rutin dan dijaga dua arah. Sebaiknya kita tetap di hutan."

Keduanya pun bersandar ke pohon. Diam hampir setengah jam. Memandang sekeliling dan mengejang setiap ada bunyi jangkrik.

"Seharusnya tak begini," gumam Kalea. "Kanselir bilang—"

"Om-om creepy itu yang memberikan alatnya?  Sudah kuduga." Rafa bersandar ke satu lengannya di pohon. Kaki dinaikkan ke batu.

"Kau mengenalnya?"

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang