Eks Lab Proyek Astron, Jatinegara
14:00
Garda menyelinap di balik ilalang, tanpa suara, menuju lab.
Bangunan kusam tiga lantai itu terbengkalai sejak proyek Astron ditutup empat tahun silam. Ilalang tinggi semakin membuatnya luput dari mata. Ditambah perlu dua puluh menit melalui kompleks rumah terlantar untuk kemari.
Mereka sudah siaga senjata. Melewati garis polisi yang mengitari kawasan lab sambil memeriksa sekeliling. Mata robot Arda memindai bangunan tersebut. Pengelihatannya mampu memindai dari dekat, berikut melihat kekosongan di balik dinding.
"Tak ada orang," katanya ke comms. Zzp! Dia menghilang sejenak dan kembali di sebelah Kalea. "Di belakang dan atap juga."
"Pagar distrupsi?"
Tubuhnya mengabur tanpa berpindah. "Mengelilingi seluruh lab."
Kalea melirik smartwatch barunya. Membaca data terkini aktivitas lab dari Zidan. Level panas dan suara di lab menunjukkan adanya aktivitas. "Hm. Aktivitas hantu?"
"Mungkin distrupsinya sudah diupgrade," sahut Gwen.
"Sumbernya dari ruang bawah tanah. Alatnya di sana," balas Zidan. "Bisa kumatikan kalau Arda bisa mengaksesnya."
Kalea mengangguk. "Gwen dan Jemy ikut aku ke dalam. Arda dan Bina matikan alat itu, setelahnya susul kami."
Brak! Gerbang rubuh oleh tendangan Kalea. Dia masuk menodongkan pistol. Mematikan senter karena di sini terang berkat cahaya dari jendela. Gwen melangkah sambil lasso dan Jemy menyiagakan katana mengkilapnya.
Ketiganya berpencar menyisir lantai satu. Hanya menemukan lemari-lemari kosong dan sisa mesin. Hingga Kalea melihat jejak sepatu di tangga. Jemy dan Gwen pun mengikutinya, berjaga di belakang, memastikan tak ada apapun di sekitar.
Benar saja. Lantai duanya seperti lab yang dibangun buru-buru. Meja dan alat perkakas berantakan, banyak potongan kabel di lantai serta rongsokan besi. Kalea pun meminta semua menyisir area.
Gwen memeriksa barang-barang di lemari. Tak ada yang menarik sampai ia menemukan kotak berlabel DEKARSA - Tarakan. Hanya tersisa peyangga besi di dalamnya. Ada pula setumpuk buku catatan di sebelahnya, berisi rumus dan pola yang hanya bisa Zidan mengerti.
"Kurasa siapapun di sini mencuri dari DEKARSA," katanya.
Sementara Jemy menggeser barang-barang di lantai dengan ujung katana. Berlutut melihat boks-boks amunisi yang sudah kosong. Tertera lambang rantai berbentuk R di sisinya. Dia merengut sesaat, ingat betapa ia membenci Rafa sekarang. Lalu ia menemukan kardus berisi lusinan wig, tag DEKARSA palsu dan jas lab.
"Kak! Mereka pasti nyamar jadi ilmuwan DEKARSA." Jemy mencoba wig lebat melewati telinga. "Gimana penampilanku?"
Gwen melirik. "Mirip Jaja Miharja."
"Tolong beritau Gilang," balas Kalea. "Barang-barang di sini kebanyakan curian. Tak ada laporan dari DEKARSA, kurasa mereka tak sadar."
Kalea menemukan tiang-tiang lampu mengitari sepetak ruangan. Ada semacam turbin dengan mesin memanjang di belakangnya. Sepertinya rusak karena menggantung kabel-kabel terbakar di ujungnya. Dia menyentuh layar di atasnya. Sudah pecah dan tak bisa menyala. Lalu ia memegang turbinnya, mengejang karena panas, seperti menyentuh pemanggang roti.
Dia menekan smartwatch, cahaya merah menerangi alat itu, merekamnya untuk Zidan lihat. "Kak, kau melihat ini?"
"Ya. Menarik sekali. Komponennya seperti... sebuah portal. Hm." Zidan terdiam sejenak. "Oh, tidak."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA 2 - The Series
Action(BOOK 3 & 4) Kasus demi kasus menuntun Garda pada musuh tak terduga. Sekali lagi Edsel bermain dengan bahaya setelah menculik empat modifen terkuat dari Tarhunt. Bahaya kali ini mungkin saja membahayakan alam semesta juga. Ditambah, Rafa mulai memi...