Hunting

1.7K 453 159
                                    

Untuk kesekian kalinya Kalea memburu chairman yang merepotkan itu.

Bagas mengantarnya ke lima properti pertama dan semuanya bermasalah. Jaguar Memorials sudah tak ditutupi mimicry veils dan terekspos jelas. Dindingnya pecah di beberapa bagian dan semua pintunya rubuh. Ada pula jejak darah di dekat pintu sepertinya sempat ada perkelahian, entah siapa dengan siapa.

Nasib serupa dialami rumah-rumah berikutnya.

Kediaman Rafa di Sunda Kepala rata dengan tanah. Kalea bisa berdiri di depan pagarnya karena mimicry veil juga sudah mati. Kalea terpaku pada tumpukan puing di tengah bekas ledakan yang meluas sampai seluruh lahan. Terlihat beberapa mobil hancur tertimpa puing. Kalea hanya berharap tak ada orang di dalamnya saat kejadian.

Tempat berikutnya adalah Berserker Bar. Tak ada toko yang buka di sepanjang jalan. Bar juga terlihat tutup, tapi terdengar beberapa tembakan di dalam.

Mobil berhenti mendadak, membuat Bagas tersentak kaget. Dia tak menginjak rem dan mesin masih menyala. Belum sempat memproses, Kalea sudah turun dan bergegas ke sana.

Kalea merapat ke dinding, mengintip dari jendela. Terlihat beberapa pria berjaket kulit yang menyelempang senapan. Tergambar tato jangkar dan ular di punggung leher mereka. Mereka menodongkan senjata ke para pelayan yang merunduk di tengah ruangan.

"Ck, mereka dari Dinasti Sagar." Kalea menghela napas panjang. "Besar-besar juga."

Dia menerjang jendela sampai kaca berhamburan. Terdengar teriakan dari para sandera saat tembakan meledak kemana-mana. Kalea mencekik pria bertato jangkar itu dari belakang. Mengerang saat ia terdorong keras ke belakang mengenai dinding. Lalu Kalea berbalik, mendorong keras pria itu, menghantamkan wajahnya sampai menghancurkan rak kaca.

Kalea rebut senapannya dan melompat ke balik meja bar, berlindung sambil memeriksa amunisi. Kemudian ia mengokang senapan, menembak dari atas meja menargetkan kaki-kaki mereka. Dentuman senapan sampai memekakkan telinga. Lalu Kalea menembak lampu kristal di tengah ruangan hingga jatuh menimpa salah satu dari mereka.

Tiba-tiba senapan Kalea macet. "ADUH!"

Dia pun merunduk di balik meja, berusaha mengokang ulang sambil mengomel, tapi tak berhasil. Lalu jantungnya seakan berhenti ketika sebuah peledak jatuh dekat kakinya. Dia pun melontarkan tubuh ke belakang dan mengangkat kedua tangan, memejam.

Ledakan api seketika merubuhkan dinding hingga atap bar membuat semua orang berteriak. Kalea merasakan panas di telapak tangannya, tapi setelah ledakan berhenti, ia masih bernapas. Dia pun membuka mata perlahan.

Nampak di depannya puing yang berserakan ke jalan serta kepulan asap kelabu. Terlihat beberapa pria bersenapan yang tertimbun puing, tak bergerak. Sementara Kalea dan seluruh ruangan di belakangnya tak tersentuh ledakan.

Dia terengah, memegang telinga yang masih berdengung. Sejenak badannya seperti hampa hingga Bagas datang membantunya berdiri. Perlu sesaat sampai Kalea bisa mendengar lagi.

"Apa yang terjadi?"

"Ka, kau tak apa?!" Bagas membersihkan debu puing dari jaket Kalea. "Tak ada luka serius. Jangan pergi seperti tadi lagi!"

Kalea termenung pada tempatnya berdiri. Dia tepat di antara lantai dan puing bekas ledakan, seakan ia menghalangi bangunan di belakangnya dari ledakan. Namun, ia tidak punya waktu memikirkannya. Dia dan Bagas segera membantu melepaskan sandera. Lalu berlari kembali ke mobil karena helikopter tempur milik Dinasti Sagar mendekat.

"Semua sudah bebas," kata Bagas. "Tak ada Rafandy."

Kalea mengangguk.

"Kau tak apa, 'kan? Kau sangat dekat dengan ledakan."

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang