Kawasan Gedung Pertahanan
Pemadangan ini lagi dengan rasa takut yang sama.
Langit mendung pagi ini menyambut para Garda setelah menuruni Dirgantara 1. Dengan tetap kuat mereka memasuki jalan raya yang berubah menjadi basis militer. Tenda-tenda hijau tua serta tank berdiri di jalan kosong yang sudah dikelilingi pagar duri. Suasana terasa gaduh oleh bunyi lalu lalang Jeep di basis serta jet tempur yang mengudara.
Kedatangan mereka sejenak mengalihkan perhatian semua orang. Terutama pada Rafa yang beberapa minggu lalu masih berstatus buronan negara.
Gilang melangkah yakin membawa Garda ke tenda utama tempat Pak Suganda dan Bu Marini bersama timnya. Mereka pun berjabat tangan. Gilang terlihat berkeringat karena kemari tanpa Chief.
"Saya akan mewakili Pak Wardana," katanya.
Bu Marini tersenyum. "Tentu saja."
Kemudian Pak Suganda menjelaskan keadaan kepada Garda serta perwakilan pasukan lainnya. Dua jam terakhir semua bagian pemerintahan termasuk keamanan sudah dimasuki oleh Modifen. Gedung pertahanan di belakang basis ini juga sudah dikuasai. Tim Pak Suganda masih berusaha masuk, perlahan, karena banyak data sensitif di sana yang bisa saja terancam.
Sejauh ini hanya ada Mirage di dalam sana. Namun, kloning miliknya tersebar tak terdeteksi, menyamar menjadi siapa saja, membuat keadaan kacau, komunikasi berantakan.
Ditambah Edsel berusaha meretas sistem pertahanan utama.
"Ada apa di sana, Pak?" tanya Kalea. "Yang boleh kami tau."
Pak Suganda hanya menatap dingin.
"Database utama, kode nuklir, semuanya," sahut Rafa. Semua pun menoleh padanya. "Maaf, aku pernah coba meretasnya. Dulu banget."
"Biar kubantu, Pak," kata Zidan. "Dimana peneliti lainnya?"
Kali ini Marini yang menjelaskan. "Di tenda lain, tapi kami ingin kau melakukannya di sini. Jangan bagikan penemuanmu keluar. Kloning Mirage bisa saja sudah di sini."
"Bagaimana dengan mesin... portal itu?" tanya Kalea.
"Tak ada jejak sama sekali."
"Kurasa Edsel memasang firewall di jaringan nasional." Zidan menahan stress. "Aku harus menurunkannya dulu baru bisa mencari mesin itu."
Seorang tentara menyerahkan tas jinjing ke Zidan. Tasnya dari kulit yang sudah usang dan mengelupas dimana-mana. Di dalamnya ada laptop berbadan tebal. Dilihat dari layarnya yang hanya berwarna hitam dan hijau, Zidan mengerti ini sistem pertahanan dari zaman perang. Hanya ini yang mungkin tidak terjangkau oleh Edsel.
Zidan mengangguk lalu duduk, mulai mengetik.
"Kau bisa, Kak." Kalea menggenggam pundak Zidan.
"Semoga saja. Aku terakhir melakukan ini dulu saat mencarimu."
Kemudian Pak Suganda memberi earpiece baru. Hanya saluran ini yang aman sekarang dan semua perintah harus datang dari sini. Beliau juga membagi pos.
Sementara Pak Suganda bicara, Sabina nampak gelisah. Di sekelilingnya mendadak terasa kehadiran sosok lain. Terasa perlahan mendekat padanya dalam jumlah banyak, tapi tak terlihat, membuatnya mulai merasa terancam.
Arda memeganginya. "Bina, kau tak apa?"
"Aku..." Napasnya memburu. "Aku bisa merasakannya. Ada yang datang."
Zidan menemukan sesuatu. "Tidak mungkin."
"Ada apa?" balas Gilang.
"Portalnya di sini."
![](https://img.wattpad.com/cover/244337752-288-k679394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA 2 - The Series
Azione(BOOK 3 & 4) Kasus demi kasus menuntun Garda pada musuh tak terduga. Sekali lagi Edsel bermain dengan bahaya setelah menculik empat modifen terkuat dari Tarhunt. Bahaya kali ini mungkin saja membahayakan alam semesta juga. Ditambah, Rafa mulai memi...