Sneaky

1.5K 458 73
                                        

Rasa bersalah meliputi Garda seiring membereskan institut.

Gwen sesekali melamun saat mengobati modifen yang terluka. Arda berpindah-pindah dengan sisa tenaga, mengangkat puing mencari yang terjebak. Sabina, Jemy menjaga modifen muda sembari seniornya berbenah. Gilang bersama Chief dan sejumlah pengajar memeriksa kerusakan. Sementara Kalea berjaga di atap bersama modifen lainnya.

Dia melamuni kubah di atas. Seperti lembaran kain tipis, robek di beberapa bagian. Sesekali cahaya memercik dari sana. Kanselir perlu mengembalikan stamina sebelum bisa membangun perisai yang kuat.

Ravena menghampirinya. "Menyebalkan ya? Menjadi spesial tetap tak melindungi modifen-modifen ini dari mereka."

Kalea lama tak menjawab. Merasa semua ini salahnya. Jika ia berpikir jernih dan tidak cepat percaya omongan Rafa waktu itu, institut akan baik-baik saja.

"Ada korban, Ra?"

"Beberapa terluka, ketakutan, tapi semua selamat. Kanselir sedang melacak delapan modifen yang dibawa." Amarah menebal di suaranya. "Bodohnya aku. Abang sekarang chairman. Posisi itu mengubah orang sialan jadi lebih sialan."

Kalea tertawa sekali. "Setuju."

"Mestinya aku tau ia akan melakukan ini."

"Bukan salahmu."

"Dan bukan salahmu juga, jadi, mendingan kau berhenti melamun. Institut ini berhantu. Saberion yang kerasukan akan memusingkan."

Mereka meninggalkan atap sambil mengobrol. Lalu bergabung dengan Garda dan Kanselir. Semua babak belur tapi masih kuat berdiri.

Kalea lega bantuan akan datang dari kolega institut. Kerusakan juga bisa selesai dalam beberapa hari. Menurutnya, Kanselir berhak marah, karena kehadiran Garda memancing Rafa kemari. Namun, ia malah berterimakasih telah memperingatkan soal Edsel dan membantu melindungi institut.

Mereka pun berpamitan. Entah kapan lagi akan kemari.

Garda bingung ketika Jemy bergegas ke klinik, menghampiri gadis bermata ungu itu. Dia duduk memakai gips tangan. Memandangi Sai-nya yang dipatahkan Havoc. Tersenyum saat melihat Jemy.

"Kembali ke markas rahasia?"

Jemy mengangguk. "Jadwal pahlawan lagi padat."

"Kita akan bertemu lagi, 'kan?"

"Yap. Akan kupaksa Chief mengantarku." Jemy tertawa bersamanya. Lalu ia menyerahkan Kunai. "Pakai ini sampai Sai-mu dibenarkan."

Matanya seakan menyala. "Makasih, Jemy! Akan selalu kupakai."

"Oke. Dadah."

Jemy disambut senyuman para Garda saat kembali. Yang paling lebar tentu saja Sabina, ia bisa melihat yang tak orang lain lihat. Semua tak tahan meledeknya. Wajahnya pun semerah tomat.

Setidaknya, tidak semuanya buruk dari misi ini.



***



Kalea melakukannya lagi. Menyendiri karena Chief memberi sehari libur.

Dia menginap di losmen daerah Kembangan. Sepetak kamar berdinding putih kusam. Kasurnya berdecit parah dan debu melapisi lantai sampai ia kadang bersin. Namun, tempat ini terpencil di labirin kota, jauh dari tempat-tempat yang mudah dilacak.

Sore itu ia duduk di kasur. Cahaya senja datang dari tirai tipis, halus mengenainya yang asik ngemil Nutella. Sambil bicara dengan Zidan yang sedang menghubungkan Mesoprobe ke komputer markas.

Sejak tadi keduanya menghindari membahas map dari institut.

"Selesai. Aku bisa memantau jika kau berteleportasi."

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang