Truk berlambang Rajasa Corp tiba di depan rumah Bagas. Mereka terpaksa bergantung pada sisa senjata yang Rafa miliki karena Markas sudah dikuasai para modifen Edsel.
Ruang tamu Bagas disulap menjadi ruang senjata. Tanpa banyak bicara mereka membuka semua kotak berlambang Corp itu, termenung.
"Kukira cuma senjata payah yang tersisa," sindir Arda.
"Tak ada senjataku yang payah, Bot." Rafa mengangkat senapan dengan leher bening berisi sesuatu menyala keperakan. "Hasil kolab dengan Zidan. Kenalkan, A.R Striker. Melihat alien yang mungkin kita hadapi, kami membuat sedikit penyesuaian."
Kalea mengambil satu. Terasa gagah dan pas di kedua tangannya. "Apa gunanya?"
"Ini Gravidor berbentuk senapan. Cahaya perak itu energi Argent yang terus memperbaharui diri dan akan mendorong kuat ketika ditembakkan. Simpelnya, seperti melontarkan Kalea-Kalea ke lawanmu."
Semua mengangguk meski bingung. Lalu masing-masing mengambil satu, kecuali Jemy dan Sabina. Rafa sudah menyiapkan yang lain untuk mereka.
Jemy membuka kotak besar miliknya sebelum dipersilakan. Matanya membesar melihat satu set pisau bergagang tebal seperti gagang Katana miliknya. Lalu selusin Kunai dan Shuriken yang semuanya berkilat perak dengan lambang Corp kecil di tengahnya. Jemu pun mengambil dua pisau itu, terasa sedikit getar di tangannya.
"Ini keren! Tapi kenapa pendek?"
Rafa menahan tawa. "Kibaskan ke samping."
Setelah memutar keduanya, Jemy mengibaskannya menjauhi badan. Seketika bilah pisaunya memanjang menunjukkan bilah berkilat yang siap menebas apapun. Matanya terbelalak seakan bisa keluar. Dia mengayunkannya beberapa kali, merasakan kedua Katana barunya ringan tapi tangguh. Terdapat pula tombol hitam yang tertutup di pangkal gagangnya. Dia hendak menekannya.
"Jangan sekarang! Atau kau akan melempar kami dari sini."
Jemy entah kenapa memeluk Rafa yang terlambat menghindar. "Terima kasih, Kak! Harusnya sejak dulu kita memakai desainmu!"
Sementara Sabina ragu melihat kotak miliknya, tapi Arda mengangguk padanya. Sabina pun membukanya, menemukan sebuah gelang besi tipis berwarna hitam. Semacam choker karena cukup besar untuk dikenakan di leher. Seketika ia tau benda apa itu.
Dia mundur. "Apa-apaan?!"
"Itu bukan yang kau pikirkan. Bukan penetral Modifen seperti di Lab Edsel dulu. Justru, ini akselerator. Saat mengenakannya kemampuanmu akan... klimaks."
"Aku tak mau! Tanpa ini saja aku sudah cukup merusak."
Rafa mengangguk. "Oke, tak ada yang memaksamu. Kami akan membawanya, kalau nanti perlu."
Lalu Rafa memberikan kotak tambahan untuk Gwen. Bertuliskan namanya tanpa lambang Corp. Rafa membukanya sambil melirik-lirik Zidan, membuat Gwen curiga.
"YESS!" Gwen mengambil cemeti perak itu, hendak mencobanya.
Rafa menahannya. "Jangan di sini, Mbak."
"Apa yang akan terjadi?"
"Entahlah, belum kucoba. Zidan memperbaharuinya sendiri. Hati-hati, please."
Gwen pun merangkul Zidan yang duduk di sebelah Chief. Membuat Zidan seakan hampir kehabisan napas. Lalu Gwen tersenyum di depan wajah tegangnya.
"Aku akan menjagamu dengan ini," bisiknya. "Thanks, Zizi."
"Um, uh, dengan senang hati."
Sementara Chief selesai mengetik di tablet miliknya. Tak lama kemudian terdengar deru mesin di langit, seperti datang dari dua arah berlawanan. Mendekat hingga berhenti di atas rumah. Cukup jauh karena tak menimbulkan banyak suara, tapi tepat di atas mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/244337752-288-k679394.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GARDA 2 - The Series
Action(BOOK 3 & 4) Kasus demi kasus menuntun Garda pada musuh tak terduga. Sekali lagi Edsel bermain dengan bahaya setelah menculik empat modifen terkuat dari Tarhunt. Bahaya kali ini mungkin saja membahayakan alam semesta juga. Ditambah, Rafa mulai memi...