Panic

1.4K 429 34
                                    

Markas GARDA

Masa kini

Gilang sulit fokus karena terlalu marah. Apalagi setelah melirik berkas-berkas modifen di mejanya. Ada delapan, semua dibawa tim Rafa dari institut kemarin dan dia tidak mendapat petunjuk.

Dia bersandar ke sofa. "Akan lebih mudah jika Kalea di sini."

"Jangan ganggu orang cuti," balas Ravena.

"Aku bisa berpikir lebih baik jika bersamanya. Um, maaf, bukan berarti tidak bisa denganmu. Soalnya aku malah—uhm, lupakan saja."

"Kau terdengar lelah. Istirahatah, Gi, atau setidaknya sarapan." Dia cek jam tangan. "Eh, sudah siang. Waktu terasa berbeda akhir-akhir ini."

Ravena menguap, dia juga kelelahan. Seharian kemarin membantu Kanselir mengirim bantuan ke institut. Lanjut begadang mencari keberadaan murid-muridnya yang diculik. Lalu hingga siang ini mengerjakan tugas dari Chief, yaitu, menggali masa lalu keempat modifen Tarhunt. Mencari kelemahan mereka.

Dia menoleh ke Jonah yang main robot-robotan di meja. Memakai barang-barang milik Gilang sebagai musuhnya—pulpen, notebook, cangkir.

"Jonah, Uncle Gi masih butuh pulpennya. Yang berarti?"

"Tidak boleh rusak, Ma. Oke!"

"Santai saja. Aku jarang memakainya."

Lalu Jonah menghampiri Gilang membawa robot Iron Man. Tangan robotnya hampir lepas. "Uncle tau caranya dia bagus lagi?"

"Coba kulihat."

Jonah bertumpu ke lutut Gilang sambil menjelaskan padanya siapa Iron Man. Meski Gilang sudah tamat semua filmnya, dia berlagak terkejut dan banyak bertanya ke Jonah. Ravena pun tersenyum memperhatikan mereka.

"Wow!" Jonah melongo. "Terima kasih, Uncle Gi! Dia bisa menyelamatkan dunia lagi."

"Terima kasih kembali."

"Uncle, bisa perbaiki mama juga?"

"Mamamu terlihat baik-baik saja." Gilang menahan tawa.

"Mama suka menangis kalau aku tidur. Aku pura-pura tidur sih. Biasanya papa dan uncle Appa membuatnya tertawa, tapi mereka hilang. Kalau papa sih tidak bisa pulang. Kalau uncle sedang sibuk menjadi Iron Man."

Tak terbayang seperti apa kehilangan ayah di umur sekecil ini. Cara Jonah mengerti keadaan dan caranya mementingkan perasaan ibunya, membuat Gilang kagum.

"Mungkin aku bisa bantu mamamu. Kau tau makanan favoritnya?"

"Ya! Mama suka pai yang besar."

"Nanti kita belikan yang besar."

Kemudian Jonah kembali bermain di kota buatannya. Sementara Ravena masih melamuni Gilang yang kini tersadar dan malah buang muka, meneguk dari cangkirnya yang sudah kosong. Tidak tau harus bagaimana merespons tatapan itu, akhirnya Gilang pura-pura membaca berkas.

Seseorang masuk ke ruang santai, membuat lampu berkedip saat ia lewat. Ravena sontak memanggil Jonah, tangannya siaga di saku jeans, tepatnya di stunt gun. Modifen itu membuatnya panik hanya dengan melihatnya.

Sabina menoleh padanya. Arda yang paham keadaan sigap memegang pundak Sabina. Mengalihkannya dengan bicara soal cuaca siang ini dan mengambilkannya jus dari kulkas. Mereka pun mengobrol sambil duduk di meja makan.

"Tak apa. Sudah kubilang ia gadis biasa," kata Gilang.

"Tunggu saja sampai ia bertransformasi penuh."

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang