Alert

1.2K 344 64
                                        

Setelah seluruh Garda berkumpul kembali, Rafa memutuskan untuk memberitahu kebenaran soal Kalea.

Rafa mengumpulkan Garda dan bicara begitu saja tanpa meminta pendapat Kalea. Berbekal rekaman saat pelatihan yang ia tunjukkan di atas holotable serta rekam medis Kalea sebelum masuk Akademi. Dia tak memberi jeda untuk Garda bertanya dan sukses membuat semua orang sakit kepala sambil menatap Kalea penuh kengerian.

Kecuali Sabina. Sabina hanya mengangguk pelan.

Kemudian Chief meminta Kalea melakukannya lagi. Menembakkan kilat tanpa bantuan Gravidor. Baru saja Kalea bangkit dari sandaran, semua orang sudah mundur selangkah. Lalu mundur selangkah lagi karena Kalea mengangkat tangan. Bahkan Jemy sudah siap membuka pintu untuk kabur.

"Tidak, tenanglah." Kalea mengibaskan kedua tangannya. "Aku tak bisa melakukannya lagi."

"Mungkin tadi hanya... kebetulan," balas Gwen bingung setengah mati. "Kalea membencimu, Fa, jadi bisa deh. Sekali itu saja."

Rafa mengangguk. "Oke, geledek meledak dari tangannya lalu melempar bokongku ke ujung lapangan. Ya, cuma kebetulan."

"Tidak. Gravidor tak mungkin meninggalkan jejak yang mampu menimbulkan itu," tangkis Zidan. "Dan Kalea memang... modifen."

Semua kepala menoleh ke Zidan, nampak tidak terima. Sibuknya tim akhir-akhir ini membuat Zidan belum sempat membagi berita.

"Kau sudah tau soal ini?" protes Gwen.

Arda menyela. "Kalian yakin ini bukan akal-akalan dedemit itu saja?"

"Aku miskin," tukas Rafa. "Kau pikir aku mau bikin prank serepot ini?!"

Semua memulai argumennya masing-masing, sementara Kalea memijat kening saja. Untuk kesekilan kalinya dia membuat keributan di Markas. Di saat seperti ini tidak seharusnya mereka dibebani masalah seperti ini. Kalea sampai bisa merasakan kepanikan yang terpancar dari mata mereka. Jika Kalea jadi mereka, pasti ia akan panik juga, karena tidak ada yang tau sejauh mana kemampuan yang ia miliki.

"Apa yang kau rasakan, Ka?" tanya Chief, menghentikan keributan. "Saat melakukannya. Ada emosi tertentu yang memancingnya?"

Kalea diam sejenak, berpaling karena tidak suka dipandangi semua orang. Lalu mengingat lonjakan emosi yang ia rasakan ketika memegang kilat itu. Tentu saja bukan emosi yang positif. Saat itu ia ketakutan setengah mati mengetahui rudal akan mengenai Rafa. Itu saja.

"Rasanya aku tak pernah... semarah dan setakut itu." Kalea melirik Rafa sedetik. "Mengingatkanku pada malam aku merubuhkan gerbang Akademi."

Chief mengangguk. "Kita perlu menjalani beberapa--"

"Tidak perlu," sela Sabina. "Itu benar.

"Apa?" balas semuanya hampir bersamaan.

"Um, yang barusan kalian lihat adalah kemampuan Kalea, sebagai modifen muda."

"Modifen apa katamu?" sahut Arda.

"Kemampuan modifen muda umumnya naik dan turun mengikuti suasana hati. Akan meledak lalu menghilang begitu saja." Pikiran Sabina seakan berpindah ke masa lalu. "Itu yang aku alami dulu."

"Bagaimana kau yakin, Bina?" tanya Chief.

"Aku merasakan energi modifen lain, sekarang, di sekitar Kalea berdiri. Kuat namun... seperti diredam."

Ucapan Sabina mungkin akan muncul di mimpi buruk Kalea nanti malam. Kuat namun tersembunyi. Tersembunyi sejauh apa? Akan sebesar apa? Tidak ada yang tau jawabannya bahkan kakaknya sekalipun. Ini membuat Kalea mulai takut, karena dulu memerlukan perjalanan panjang dan mengerikan untuk keluar dari jalan pikir Saberion.

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang