Arrowhead

2.8K 560 56
                                        

Kawasan Senayan, Jakarta

Senin, 12:00

Sudah delapan bulan tanpa kemunculan Edsel.

Selagi mereka mencari Edsel, Chief selalu bilang latihan tetap perlu rutin dilakukan. Tubuh para Garda harus tetap terbiasa bertarung agar selalu siap menghadapi Edsel dan ide-ide gilanya. Chief meminta Kalea memberi kelas bela diri setiap pagi, tapi, ia punya ide lain beberapa bulan terakhir.

Mustang meraung di jalanan menyalip mobil-mobil sedan mengkilap. Tangan Kalea sigap memebelokkan setiran sementara tangan lainnya mengatur gigi. Gwen di sebelahnya menjerit setiap Mustang hampir mengenai mobil lain.

Kalea melirik dasbor. Terdapar layar bertuliskan Sinyal darurat dari 6.1827°S 106.823°E (Bank Sentosa). Bantuan terjebak di perjalanan.

"Bina, sudah dapat?" tegas Kalea.

Sabina di belakang memejam mendengar pikiran di sekelilingnya, mencari suara yang tak biasa. Beberapa bulan terakhir ia dilatih menjangkau pikiran orang lebih jauh. Sangat membantu saat misi.

Suara bergantian muncul di kepala Sabina. Pikiran Gwen terlalu keras meneriakan kepanikannya disetiri Kalea tapi Sabina bisa mengabaikannya. Di kejauhan ada suara pria mengkhawatirkan hutangnya, suara perempuan memikirkan akan berkencan dengan siapa hari ini, suara dentang arloji, suara ban berdecit saat berhenti.

Sabina menarik napas dalam dan ia berhasil menjangkau suara jeritan di tengah dentum senapan dan suara kantung uang diseret. Itu tujuannya. Dengan cepat ia menyelam ke semua pikiran di sana.

"Dapat!" Dia berpegangan saat mobil menukik ke jalan yang lebih kecil. "Umm... lima puluh delapan sandera di lobi tengah, semua pintu terkunci dan ada sebelas perampok. Semuanya berasal dari luar Jawa. Bukan kolega Rajasa. Tak ada Edsel. Mereka dulunya bekerja sebagai kuli pasar. Oh iya, semuanya bersenjata... RF-117 Chrome!"

"Itu machine gun 45mm." Kalea mencengkeram setir. "Keluaran eksklusif Rajasa Corp. Dirakit Rafa langsung."

Gwen mengernyit. "Penculikan minggu lalu juga memakai senjata itu, 'kan?"

"Oh ya?"

Kalea tak menjawab, berpikir sembari kedua tangan memainkan setir dan gigi mobil. Dia mempelajari kasus-kasus yang Garda tangangi beberapa minggu terakhir. Perampok dan penculik dari ekonomi menengah ke bawah bisa membeli senjata eksklusif Rajasa Corp. Bukan kolega dan tanpa sponsor.

Itu menarik perhatiannya.

Rafa tau Garda sedang mengejar Edsel. Mengingat Edsel adalah ilmuwan kesayangan Adam Rajasa, ada kemungkinan Rafa tau sesuatu soal rencana Edsel. Kalea yakin ada pesan dari Rafa dibalik kasus-kasus ini. Rafa tak bisa memberitahu secara langsung karena posisinya akan sulit.

Brrm! Motor meluncur gagah di sebelah Mustang, memecah pikiran Kalea. Motor itu disetiri Jemy yang berjaket kulit, helm full-face serta menyelempang Katana. Hanya dia yang bebas membawa Katana di jalanan.

"Tampan masuk," ujar Jemy, cempreng. "Rumah sakit terdekat sudah siaga jika ada korban."

"Arda masuk. Aku di Setiabudi. Banyak proyek pembetulan jalan di sini menggunakan alat berat. Katanya rusak mendadak, para polisi harus cari jalan lain."

"Pasti hanya pengalihan," kata Arda dan Kalea bersamaan.

"Berhenti meniru ucapanku, Cyborg."

"Kau yang meniruku, Saberion."

"Tidak, Kak Kalea yang duluan," bela Sabina.

"Tak bisakah kau membela pacarmu, Beany?"

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang