Surprises

1.4K 430 21
                                        

Bagian dalam institut seperti rumah tua megah.

Lantainya keramik dipadu dinding kayu serta lampu-lampu kristal. Petak-petak ruangan besar dijadikan kelas, ada juga laboratorium dan lapangan indoor. Modifen lalu lalang di lorong dengan keunikannya masing-masing. Seringkali murid menyapa Ravena. Dia pasti dulunya pengajar favorit.

Para Garda takjub. Tempat ini seperti asrama biasa dengan murid-murid modifen yang bebas dari borgol dan siksa lab. Sabina juga tersenyum, membayangkan belajar di kelas-kelas yang Ravena jelaskan. Ada kelas pelatihan emosional, kelas pertahanan, sejarah, anatomi dan lainnya.

Sementara Jemy tertinggal di belakang. Menatap dinding memorial. Tertera alias, kemampuan dan tahun gugur mereka. Ada tiga puluhan nama. Salah satu modifen mampu menciptakan bayangan ganda dan mengendalikannya.

"Itu Katana sungguhan?"

Jemy mengejang oleh suara itu. Dia berbalik, mengejang lagi karena ada seorang gadis di sana, memandangi Katana.

Jemy melamuninya. Dia seperti Yukio dari film Deadpool, berkat rambut kucir kuda dan poninya. Matanya ramping hampir memejam saat tersenyum. Setelah diperhatikan, matanya berwarna ungu gelap. Jemy sampai melanga.

Gadis itu melambaikan tangan. "Haloo?"

"Eh. Iya dong." Jemy menarik Katana. "Aku tak pakai yang kaleng-kaleng."

Dia membiarkan gadis itu megusap bilah Katana dan tertawa kagum. Baru kali ini ada yang sesenang itu melihat Katana. Gadis itu juga membicarakan Shuriken yang terpasang pinggang Jemy.

Tanpa sadar, Jemy memperlihatkan semua senjatanya. Bahkan Aikuchi—pisau pendek—yang ia sematkan di sepatu bot. Jarang ia perlihatkan itu ke orang. Lalu Kunai di saku jaket juga.

"Kunai! Boleh kucoba?"

"Jangan. Chief akan mengomeliku."

"Sayang sekali. Oh ya, aku Rumi." Dia menjabat tangan Jemy. "Kanselir bilang kita serupa, tapi menurutku kau lebih keren."

"Tentu." Jemy melamuninya. "Eh, maaf, serupa gimana?"

Rumi menunjukkan Kunai di tangannya. Jemy pun meraba-raba saku. Kunai-nya hilang satu, entah kapan diambilnya. Nampak mata violet Rumi menyala seiring api keunguan menyulut di ujung Kunai.

Jemy pun memelototinya. "Luar biasa."

Dia mengembalikan Kunai. "Aku suka senjata-senjata ini, sepertimu. Pistol membosankan."

"Setuju! Kau memakai apa?"

Rumi menarik sepasang pedang dari holster pinggang. Pedang pendek berbilah tipis dengan semacam tanduk dekat gagangnya. Terlihat semakin keren saat bilahnya diselimuti api keunguan.

"Wow! Sai. Aku juga menyukainya."

Apinya padam. "Segitu saja ya. Kanselir melarang main api di dalam."

"Hmm... berarti di luar boleh, 'kan?"

Keduanya bertukar tatapan iseng. Kemudian Rumi menggandeng Jemy yang bingung sekaligus senang. Mereka berlari melawan arah keluar institut.

Sementara Kalea mencari Jemy di rombongan. Rambut mirip kuncupnya tak terlihat di manapun. Dia menghubungi lewat comms tapi tak dijawab.

"Tak apa, Kak," kata Sabina. "Jemy sedang bersama Rumi."

Kalea mengangguk meski tidak tau siapa itu. Lalu kembali memanjakan mata dengan interior klasik dan suasana hangat disini. Melihat tenangnya modifen-modifen belajar di kelas.

Sempat melewati ruang arsip. Ravena bilang tak hanya dokumen yang disimpan di sana, tapi juga sampel semua Modifinus tahanan Tarhunt. Ruangannya dibatasi jeruji besi dan laser. Mereka tak bisa ke sana.

GARDA 2 - The SeriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang