"Shindong oppa..."
Satu ruangan mendadak menjadi hening. Shindong menatap Ian lekat. Begitupun dengan Ivan yang jauh-jauh lebih terkejut.
"Shindong oppa.. " panggil Ian lagi.
Ivan mencoba untuk menyentuh Ian. Namun Ian kembali histeris.
"Jangan menyentuhku!"
"Ian ini aku Ivan suami mu" balas Ivan
Ian menggeleng dan mencoba melindungi dirinya dari Ivan.
"Oppa... " Panggil Ian lagi.
Sena terus menangis. Ia memanggil mamanya berulang-ulang.
"Oppa... Aku takut.. oppa aku tidak bisa mengingat siapapun" adu Ian.
Dokter meminta untuk yang lain keluar lebih dulu. Kecuali pria bernama Shindong yang kini berjalan mendekat pada Ian. Ivan masih berada di sana. Ia melihat bagaimana Ian langsung menggapai tangan Shindong bahkan memeluk lengan itu.
"Oppa.. aku tidak mau di sini.. aku mau pulang.. aku tidak mengenal mereka."
Benar-benar Shindong tak tau apa yang harus Ia lakukan.
Bagaimana bisa Ian mengingat dirinya dan bukan suami atau anaknya.
Memang Ia siapa? Hanya seseorang yang kebetulan beberapa kali bertemu dengan Ian.
"Tenanglah...tenangkan dirimu..."
"Oppa aku mau pulang..."
Dokter dengan tatapan matanya meminta shindong untuk menenangkan Ian lagi.
Sepertinya Shindong harus menyiapkan wajahnya jika nanti di pukul oleh Ivan.
Biar sajalah. Bukankah Ia hanya mencoba untuk membantu?
Shindong menggenggam tangan Ian yang masih terpasang jarum infus.
"Lihat aku.. tenanglah.. ada aku. Oke?"
Seperti di hipnotis. Ian menuruti apa yang Shindong katakan.
Ia mulai menenang namun tak melepaskan genggaman tangannya dari Shindong.🧡🧡🧡🧡
Dokter dan perawat keluar ruang rawat Ian. Di dalam sana hanya ada Shindong.
Ivan orang pertama yang bergegas untuk menghampiri dokter. Dengan menggendong Sena.
"Bagaimana istri saya dok?"
"Nyonya Dian mengalami Amnesia di karenakan benturan keras pada kepalanya saat kecelakan terjadi. Kami harus memeriksa lebih jauh selain kehilangan banyak memorinya. Kita akan memeriksa kemampuan lainnya seperti membaca, menulis dan lain-lain. Untuk saat ini yang bisa kita lakukan membuat pasien senyaman mungkin dan tidak semakin tertekan. Karna pasien mungkin saja bisa kembali mengalami serangan panik" jelas sang dokter.
Nana sebagai seorang dokter, Ivan sebagai seorang fisioterapis sungguh paham keadaan ini hingga merasa tak perlu menanyakan apapun lagi. Namun tidak untuk can. Ia tak benar-benar mengerti bagaimana kondisi Ian.
"Apa ka Ian akan hilang ingatan selamanya?"
"Belum ada penanganan yang dapat memastikan ingatan seseorang kembali. Tapi itu bisa di bantu dengan terapi. Kami juga akan melihat lebih lanjut apakah pasien hanya kehilangan ingatan di masa lalu. Atau juga akan kesulitan mengingat di berikutnya. "
"Sejauh ini Apa saja yang masih dia ingat dok? Apa dia benar-benar tak ingat tentang keluarganya? Anaknya?" Tanya Ivan
Dokter Bayu menggeleng, "kenangannya pecah. Tadi saya sempat bertanya beberapa hal dengan Ian dan yang Ia ingat hanya wajah dan nama Shindong. Dia bahkan kesulitan mengingat namanya, umurnya dan tahun berapa yang Ia ingat. Ada beberapa ingatan juga yang Ia merasa bahwa Ia melewatinya dengan pak Shin. Namun pak shin sendiri mengatakan mereka tidak melewati itu"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Vow
FanfictionKarna pada akhirnya orang yang lebih banyak mencintai akan menjadi yang paling tersakiti...