Ian memulai kembali kehidupan baru setelah melupakan nyaris semua kenangan yang sudah Ia lewati puluhan tahun. Mencoba menyusun ingatan baru dan jika mungkin menemukan kenangan lama. Sejauh ini baik-baik saja. Shindong, Sena, Can mengurusnya dengan sangat baik. Bahkan mulai membuat Ian tak lagi merasa asing.
Shindong menemani Ian untuk menjalani fisioterapi pada tangannya. Ia baru saja selesai dan keluar dari ruangan. Ian melihat Shindong yang nampak gelisah menatap layar ponselnya. Sebenarnya sudah beberapa hari ini suaminya selalu nampak begitu. Entah siapa yang sedang dihubungi oleh pria itu.
"Oppa.." panggil Ian.
Seperti terkejut shindong bergegas menyimpan ponselnya. Lalu berdiri menghampiri Ian.
"Sudah?"
Ian mengangguk.
"Ayo pulang.. aku juga sudah menebus obat mu." Ucap Shindong yang kemudian memakai masker juga topinya.
Mereka berdua meninggalkan tempat itu, Shindong tak memegangi Ian karna Ian bisa berjalan sendiri. Namun Ia tetap nampak siaga di samping Ian.
"Kita jemput sena, habis itu kita cari tempat makan ya" ucap shindong lagi
Ian mengangguk lagi sebagai jawaban atas ucapan Shindong.
Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil. Masing-masing juga sudah memasang sabuk pengaman mereka. Setelah memastikan semua siap dan aman. Shindong pun menjalankan mobilnya.
"Oppa.."
"Hmm?"
"Aku boleh tanya?"
"Tidak.." ucap Shindong. Kemudian tersenyum kecil pada Ian.
"Apa? Tanyalah" ucap Shindong lagi.
"Em.. tidak jadi deh"
Shindong menganggukan kepalanya. Entah mengapa Ian mendadak mencebik. Ia ingin sedikit dipaksa.
Lagi-lagi shindong hanya mengerjai Ian.
"Apa? Apa? Aigo.. kau tetap saja wanita yang minta dipaksa hanya untuk mengatakan sesuatu"
"Tidak.. aku memang tidak mau bilang" ucap Ian dan kemudian melempar pandangannya ke arah jalanan.
Shindong melirik sedikit dan mengulum senyumnya.
"Hei.. kalau jadi seorang mama itu tidak boleh bohong. Nanti kalau anaknya ikutan bagaimana? Orang tua harus mencontohkan yang baik-baik untuk anaknya"
Ian tersindir. Tapi tetap menatap keluar jalanan. Tanpa mau mengatakan apapun.
"Oh ayolah.. katakan aku sudah penasaran nih. .. cepat..cepat" ucap Shindong yang tentu saja tak benar.
"Oppa meledek ku ya?"
"Tidak. Aku benar-benar penasaran nih.. jadi apa kamu mau tanya apa?"
"Tidak jadi, tidak penting"
"Tidak penting juga tidak apa. Katakan saja.. "
Ian menarik napasnya lalu menghelanya.
"Akhir-akhir ini aku sering melihat oppa gelisah dengan melihat ponsel oppa.. apa ada sesuatu?" Tanya Ian ragu-ragu.
Shindong menganggukan kepalanya.
"Pekerjaan ku.."
"Apa ada masalah? Karna ku?" Tanya Ian
Shindong menggeleng. "Tidak... Hanya masalah pekerjaan saja" ucap shindong yang tentu saja berbohong yang Ia khawatirkan adalah Ivan yang belum juga membalas pesannya. Mengabaikan telfonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Vow
FanficKarna pada akhirnya orang yang lebih banyak mencintai akan menjadi yang paling tersakiti...