Extra Part (pelan-pelan saja)

430 43 20
                                    

Ian meletakan kembali ipad yang ia gunakan setelah melakukan Video call dengan Candra.

Meski mengejutkan, tapi Ian merasa bahagia. Bahagia dengan pemberitaan yang baru saja di sampaikan Candra tadi.

Candra akan menikah.

Entah dengan siapa, tapi seharusnya jika Candra sudah memutuskan untuk menikah artinya Candra sudah baik-baik saja. Ada rasa bersalah dalam diri Ian sebenarnya. Harusnya ia ada untuk Candra sebagai Candra ada menemaninya di masa-masa sulit itu.

Tapi tak bisa.
Ia juga perlu menyusun ulang kembali hidupnya.

Sama seperti Candra ia pun sempat menghilang untuk beberapa saat. Sampai ia kembali memiliki kepercayaan diri untuk tampil sebagaimana Ian semestinya. Ian yang tangguh. Ian yang mampu menghadapi badai apapun yang menerpanya.

Tapi kini ada rasa bimbang di hatinya. Bukan ia tak mau menghadiri acara Candra. Hanya saja jika ia datang, kemungkinan Shindong juga akan datang.

Apakah ia sudah siap bertemu pria itu lagi?

"Mama..."

Ian menoleh pada Sena yang berlari ke arahnya.

"Hei.. Sena. Kok kesini? Main sama papanya sudah?" Tanya Ian.

Sena mengangguk.

"Papah mana?"

"Di luar lagi pesen makan sama minum"

"Yaudah, mama ketemu papah dulu ya"

Sena menganggukan kepalanya. Ian pun bangun dari kursinya lalu keluar dari ruangannya.

Ia kembali bekerja mengurus cafenya.

Mata Ian mencari sosok Ivan. Setelah menemukannya Ian pun menghampiri Ivan.

"Udah pesan?" Tanya Ian

Ivan mengangguk.

"Sudah baru saja"

"Mau aku yang buatkan?"

Ivan melambaikan tangannya. "Tidak usah. Bagaimana kabar mu?"

"Baik, Kalian bagaimana?" Tanya Ian.

"Baik"

"Syukurlah.."

"Ian.."

"Hmm?"

"Setelah keputusan hakim keluar. Aku masih tetap bisa bertemu Sena kan?"

Ian mengembangkan senyumnya. "Iyalah, boleh. Tidak ada batasan waktu untuk Sena bersama kamu. Sena anak kita, aku tidak mau perpisahan kita membuat Sena kehilangan sosok orang tuanya. Kita tetap akan bekerjasama menjaga Sena. Hanya pernikahan kita yang berakhir. Hubungan mu sebagai ayah Sena tidak akan bisa di putus oleh apapun van. Tidak ada yang berhak melakukan itu. Bahkan aku sekalipun.."

"Maafin aku ya Ian.. kalau selama perjalanan kita ini, aku banyak menyakiti mu"

"Tidak, aku bahagia dengan mu. Aku bahagia melewati semua waktu bersama mu. Terimakasih karna sudah pernah menjadi bagian dari hidup ku. Maaf karna aku harus mengambil keputusan ini"

Ivan tak mengatakan apapun lagi. Ia masih sangat amat mencintai Ian. Tapi kebahagiaan dan keputusan Ian adalah yang terpenting bagi Ivan. Sejak dulu ia hanya ingin membuat Ian bahagia. Jika ia tidak bisa lagi membuat Ian bahagia. Maka ia harus rela mundur dan pergi bukan?

"Kamu belum makan kan pasti. Aku buatkan makanan lain saja untuk mu. Dari pada makanan cafe. Tunggu ya .." ucap Ian. Ia menepuk tangan Ivan kemudian memilih untuk pergi. Tanpa mendengar jawaban Ivan lebih dulu.

The Broken VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang