"Bagaimana perkembangannya?" Tanya Shindong pada terapis Ian yang baru saja selesai melakukan terapi.
Terapis itu mengangguk dan tersenyum. "Sejauh ini perkembangannya bagus. Mungkin dalam satu dua minggu ini nyonya Shin sudah bisa menggunakan tanganya kembali. Tapi tetap dalam batas wajar dan ringan"
"Yah.. sayang sekali berarti dia belum bisa mengangkat beton pembatas di jalan dong?"
"Ck.. oppa" ucap Ian dan memberengut.
"Soalnya dia kalau jenuh suka mindahin Beton pembatas itu" lanjut Shindong.
Terapis itu tersenyum geli, Ian yang meskipun kesal karna suaminya terus menggodanya tetap tak bisa menahan senyum geli. Mau bagaimana lagi? Shindong memang lucu. Dia adalah pelawak yang menyamar menjadi idol atau ya Shindong hanya pria hebat penuh talenta.
Ian merasa beruntung sekali memiliki Shindong sebagai suaminya.
"Euhmm. Kalau begitu saya permisi dulu."
"Oh sudah selesai ya?"
"Sudah pak.."
"Kepalanya tidak sekalian di Fisioterapi?"
Ian yang sudah berdiri mencubit pinggang suaminya.
"Ahh.." keluh Shindong dan meringis kesakitan.
"Ngga usah di dengarkan ya. Mari saya antar. " Ucap Ian dan kemudian mengantar terapis itu.
Shindong tak mengikuti keduanya. Ia hanya berada di tempatnya. Ia masih menatap Ian. Jahatkah kalau ia berharap ingatan Ian tak perlu kembali pulih?
Tapi bukankah itu jauh lebih baik? Dibandingkan ia harus merasakan pengkhianatan? Ian terlalu baik untuk itu.
Kenapa banyak sekali pria brengsek di dunia ini. Termasuk dirinya sendiri. Andai ia tak terlalu brengsek untuk meniduri wanita tanpa ikatan pernikahan ia tak akan kehilangan putrinya. Sampai Shindong mati dan mungkin di hidupkan kembali ia tak pernah bisa menghilangkan rasa menyesal itu. Tak bisa dan tak mau. Ia sengaja terus menyirami rasa bersalah itu agar tumbuh subur. Karna hanya dengan hidup dengan rasa bersalah ia bisa menghukum dirinya sendiri.
Ian kembali sendiri. Setelah mengantar terapisnya pulang..
"Aku tidak lihat tuan putri ku.."
"Tadi di ajak yesung oppa"
"Lagi?"
Ian menganggukan kepalanya. "Appanya terlalu sibuk sih."
"Eih.. yang benar saja. Yesung hyung juga hobi sekali membawa putri ku.."
"Makannya jangan sok sibuk. Nanti kalau anaknya ngga mau deket lagi baru tau rasa"
"Iya nyonya maaf.. beberapa hari ini aku benar-benar sangat sibuk."
Ian mengedikan bahunya.
"Lalu sekarang?"
"Tidak sibuk.. ah.. bagaimana kalau kita menempel sticker barang-barang di dapur?" Ajak Shindong
Ian masih sok jual mahal. Meskipun ia merasa senang karna Shindong ingat janjinya untuk melakukan itu bersama.
"Hmm.." jawab Ian dan berjalan lebih dulu menuju dapur.
Shindong mengikuti Ian.
🧡🧡🧡🧡
Keduanya duduk di lantai dapur, berjibaku dengan banyaknya barang belanjaan. Ian sibuk menempelkan sticker dan Shindong yang dapat tugas menulis.
"Coba baca.."
"Hei, Ian babo ini gula ya.." baca Ian
Shindong mengangguk dan mengangkat jempolnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Vow
FanfictionKarna pada akhirnya orang yang lebih banyak mencintai akan menjadi yang paling tersakiti...