Perjalanan ke Bandung kali ini Shindong memutuskan untuk mengendarai mobil sendiri. Lagi pula Ia sudah cukup hafal jalan dan Ia menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga kecilnya sebelum mereka pulang ke tempat mereka berada seharusnya.
Sena nampak lelap duduk di kursi belakang dengan sabuk pengaman yang terpasang. Lebih dari separuh perjalanan ke Bandung anak itu tak berhenti bernyanyi, menari, atau makan snack yang mereka bawa. Oceh-ocehannya membuat Shindong dan Ian tak merasa bosan.
"Tidur dia?" Tanya Shindong.
Ian menoleh ke belakang dan mengangguk.
"Dia bangun dari pagi-pagi sekali. Dari aku menyiapkan sarapan." Ucap Ian
"Semalam juga dia tidur sangat malam." Ucap Shindong
"Ngapain dia?"
"Bercerita katanya tidak mau menjadi dokter, tidak mau menjadi polisi tidak mau menjadi artis" terang Shindong
Ian tersenyum geli, "lalu mau jadi apa dia katanya?"
"Chef.. biar bisa masak enak"
"Oh ya.. kenapa?"
"Karna masakan enak bisa membuat bahagia" jawab Shindong dan tentu saja ikut tersenyum mengenang obrolannya dengan sang putri semalam.
"Kata siapa ya dia sampai bisa berfikir seperti itu?"
"Kata om yeyenya dan menurutnya dia sudah melakukan pembuktian bahwa itu benar"
Ian tersenyum lebih lebar dan kembali menoleh putrinya di belakang.
"Dia sangat cerdas seperti kamu" ucap Ian
Raut wajah shindong mendadak berubah. Entah mengapa mendengar itu terasa menyedihkan bagi shindong.
"Bukan seperti aku. Seperti kamu.. menurut penelitian kecerdasan seorang anak di turunkan oleh ibunya"
"Aku bahkan tak bisa membaca dengan cepat" ucap Ian dengan nada suara yang getir.
"Kamu sedang sakit Ian.. semua akan baik-baik saja." Ucap Shindong
Ian menganggukan kepalanya. "Euhm... Tentu saja. Aku punya kalian.. punya oppa.. punya Sena punya cake nation bahkan temen-temen di superjunior.." ucap Ian di tambah dengan sebuah senyuman lagi yang tulus.
"Terutama kamu oppa.. terimakasih karna terus berada di sisiku dan tidak meninggalkan ku. Ini pasti sangat sulit untuk mu... "
Shindong ikut menoleh pada Ian dan memaksakan diri untuk tersenyum. Semoga Ian tau bahwa yang Ia lakukan Ini bukan karna Ia menyerah tapi justru sebaliknya. Ini semua demi kebaikan Ian dan Sena.
"Aku bersyukur sekali memilikimu oppa.. Terimakasih" ucap Ian dan memegang tangan Shindong yang sedang berada di persneling.
Lagi-lagi shindong hanya berusaha untuk terlihat baik-baik saja.
"Aku tau.. aku tau. Siapa yang tidak merasa bersyukur menjadi istri pria serba bisa seperti ku" ledek Shindong yang segera untuk memindahkan tangannya.
Ian tertawa kecil mendengar lelucon Shindong tapi ya memang itu kenyataannya.
🧡🧡🧡
Setelah beberapa jam perjalan mereka akhirnya memasuki kawasan Bandung. Saat ini mereka akan menuju sebuah Vila yang sudah di sewa shindong sebagai penginapan mereka.
Shindong sengaja memilih Vila si bandingkan hotel demi menjaga kerahasian dirinya, Ian dan Sena. Itu pun yang menyewakan assistennya. Ia hanya langsung menggunakan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Vow
FanfictionKarna pada akhirnya orang yang lebih banyak mencintai akan menjadi yang paling tersakiti...