Pintu ruang kerja Shindong di ketuk. Setelah mendengar perintah masuk dari dalam ruang tersebut Ian pun membuka pintu dan masuk ke dalam sana.
"Kamu lembur lagi malam ini?" Tanya Ian berjalan mendekat dengan satu tangan membawa beberapa potong puding lengkap dengan vlanya. Ia meletakan di atas meja kerja Shindong.
"Sepertinya iya.. tidurlah dulu. Aku akan menyusul."
Ian mengangguk lagi. Namun tak langsung keluar. Ia menarik bangku kecil agar bisa duduk di hadapan suaminya itu.
"Cobain... Tadi Sena minta bikin puding itu, karna tidak ada can jadi aku coba video call ka Tia"
Tanpa menunggu lagi Shindong langsung mencicipi puding buatan Ian dengan resep khas Tia itu.
"Euhmm lumayan.. hanya saja vlanya masih belum benar-benar enak menurut ku. Kaya ada yang kurang.."
"Sebenarnya aku salah memasukan bahan. Aku ingin bisa kembali masak seperti yang kalian ceritakan. Tapi bahkan aku masih sulit membedakan bahan-bahan dapur seperti gula dan garam" ucap Ian
Shindong sudah menandaskan 3 potong puding dalam waktu singkat. Meskipun vlanya tak benar-benar enak namun rasa pudingnya cukup enak.
"Besok kita belanja ya... Sekalian kita beli label, untuk melebeli bahan-bahan dapur"
Tentu saja Ian langsung mengangguk semangat.
"Iya.. mau!""Yaudah sekarang kamu tidur sana.."
Ian terdiam menatap Shindong dengan resah.
"Oppa.."
"Kenapa?"
Sebenarnya ada banyak hal yang mengganggu hati Ian. Tapi ia bimbang haruskah ia mengatakan pada Shindong atau tidak.
"Kenapa?" Ulang Shindong
Ian menggeleng, ia memilih untuk tidak mengatakannya melihat suaminya sudah nampak terlalu banyak pikiran entah karna apa.
"Ada apa Ian?" Shindong yakin ada yang ingin dikatakan oleh Ian.
"Emm.. aku cuma mau bilang. Aku mungkin tidak banyak membantu aku juga tidak tau hubungan pernikahan kita bagaimana sebelum aku kecelakaan. Tapi jika kamu butuh tenpat untuk cerita aku pikir aku bisa mendengarkan"
Shindong mengangguk. "Tenanglah.. aku baik-baik saja. Terimakasih untuk tawaran mu. Tapi aku mau sekarang kamu jangan terlalu sibuk memikirkan apapun. Bahkan urusan cake nation ataupun super junior, urusan ku atau Sena. Kamu harus fokus dengan kesehatan mu. Selebihnya biar aku yang mengurus"
Meski merasa khawatir namun Ian juga senang sekaligus bangga memiliki suami seperti Shindong. Sungguh sosok pria yang sangat sempurna untuk Ian. Pintar,berbakat, sabar, sangat bertanggung jawab, menyenangkan dan tampan.
Ian masih menatap shindong, sepertinya Shindong tidak bohong tentang dirinya yang menyukai Shindong lebih dulu. Karna sekarang saja meski tak banyak yang bisa ia ingat Ian merasa menyukai pria itu. Seperti saat ini jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya hanya karna mendengar ucapan Shindong tadi.
"Tidurlah.. aku benar-benar akan menyusul nanti. " Ucap Shindong lagi.
Ian menganggukkan kepalanya. Ucapan Shindong selalu menjadi komando untuk Ian. Tidak salah lagi dirinya yang dulu pasti sangat menggilai pria itu. Hingga saat ia lupa saja ia masih menuruti pria itu.
"Jangan terlalu malam oppa... Jangan tidur di sini.. badan mu bisa sakit"
"Ne...arassoyo.." ledek Shindong dengan gaya formalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Vow
FanfictionKarna pada akhirnya orang yang lebih banyak mencintai akan menjadi yang paling tersakiti...