Shindong pulang bukan membawa jalan keluar melainkan membawa masalah baru. Benar bukan?
Ia beberapa kali mengadukan kepalanya pada kaca mobil meski hanya pelan, Ia sedang berfikir inikah jalan paling baik? Mengembalikan Ian pada sang suami?
Tapi bukankah seharusnya begitu?Lalu bagaimana kalau Ian semakin parah? Ia tak tau rasanya seperti apa. Tapi Ian pasti akan ketakutan harus tinggal dengan pria yang bahkan tak di kenal. Harus berada di tempat yang semuanya asing.
Kemudian bagaimana dengan tuan putrinya? Shindong tak menyangka bisa menyayangi putri orang sampai sebanyak itu.
Kalau saja saat itu Ia tak terlambat tau bahwa mantan kekasihnya mengandung anaknya, Ia pasti masih bisa menyelamatkan anaknya sebelum wanita yang menurut Shindong jahat itu menggugurkan anak mereka.
Anaknya pasti sudah duduk di sekolah dasar.Rasa sakit itu masih terasa amat sangat dalam dihatinya. Apalagi jika ada wartawan yang mengabarinya memiliki anak. Ia selalu berharap itu benar-benar terjadi. Tapi tidak anaknya sudah tidak ada. Hidup anaknya di renggut paksa oleh seseorang yang bahkan saat ini tak merasa sedikitpun bersalah ataupun menyesal.
Shindong terus mengetukan kepalanya pada jendela kaca. Ia benci saat tak bisa menemukan jalan keluar yang menurutnya benar-benar tepat.
"Ini yang terbaik Shindong. Bagaimanapun Ivan adalah ayah Sena dan suami Ian. Ivan berhak memutuskan segalanya pada hidup dua orang itu. Oke ... Kembalikan mereka ke tempat yang seharusnya dan kau bisa kembali pulang bekerja dengan benar."
🧡🧡🧡🧡
Sena yang sedang bermain di temani oleh Ian. Langsung meninggalkan mainannya dan menghambur ke pelukan Shindong saat melihat appanya itu datang.
"Apppaaaaaaaa...." Teriak Sena
Shindong yang semula Nampak muram langsung berjongkok untuk menangkap sang anak.
"Appaa! Sena very geuriwoyo..(rindu)"
Shindong tersenyum geli dengan percampuran tiga bahasa Sena itu. Ia mengusak kepala belakang Sena.
"Appa too.." balas Shindong
"Appa gimana sih! Katanya cuma dua perginya ini empat...lama.." protes sena
"Emang sena bisa hitung?"
"Bisa dong appa.. kan Sena di ajarin aunty Sandra" ucap Sena yang menyebutkan terapis ingatan Ian. Melatih kembali kemampuan menghitung dan membaca Ian. Memulai semuanya dari awal lagi. Sena biasanya akan ikut belajar bersama Ian.
"Pinter banget sih anak appa.."
"Iya dong. Appa jadi ketemu pa.."
Shindong cepat membuat Sena berhenti bicara.
"Sena appa bawa oleh-oleh di mobil. Ambil sana.. minta tolong om nya ya"
"Siap appa.." ucap Sena lalu meninggalkan Shindong.
Ian menghampiri Shindong setelah merapikan mainan Sena. Ia tersenyum dengan lembut.
"Putri mu itu tidak berhenti menanyakan mu" ucap Ian.
"Salah ku, aku janji hanya pergi tidak lebih dari 3 hari" balas Shindong.
"Bagaimana pekerjaan mu?" Tanya Ian
Shindong mengangguk. "Baik.. tangan mu bagaimana?"
"Euhm sudah terasa lebih baik. Kamu mau aku siapkan makan, kopi atau mau mandi dulu?"
"Aku mau mandi dulu"
"Aku siapkan air ya"
"Tidak usah... Kamu istirahat.."ucap Shindong
KAMU SEDANG MEMBACA
The Broken Vow
FanfictionKarna pada akhirnya orang yang lebih banyak mencintai akan menjadi yang paling tersakiti...