Harusnya Aku

221 40 6
                                    

Bisa dibilang kedatangan Tia ke Jakarta menjadi keuntungan sendiri untuk Shindong. Mengapa?
Karna Ian yang meminta sendiri untuk tidur dengan Tia. Meski bukan untuk waktu yang lama, setidaknya Shindong memiliki jeda.

Pagi ini Tia mengambil alih tugas membuat sarapan. Kasian juga Can selalu membuat sarapan selama mereka tinggal bersama. Tia tidak sendirian ia di bantu oleh Ian.

"Anak-anak belum di kembaliin juga sama si yesex ya?" Tanya Shindong yang baru datang ke ruang makan yabg tersambung langsung dengan dapur.

"Katanya nanti sore, merek mau ke bogor atau kemana gitu" saut Ian

"Yesex nih pengangguran atau apa sih?" Keluh Shindong kini ia sudah duduk di salah satu kursi makan. Tangannya terus memainkan ponsel mencari nomor kakaknya itu.

Ian mendekat, ia membawakan secangkir kopi untuk Shindong.

"Ini kan hari minggu. Biar saja, anak-anak juga senang sama mereka" timpal Ian.

"Iya, biarkan saja. Siapa tau dengan begitu mereka bisa cepat punya anak juga" Tia turut mengomentari pembicaraan itu.

Tak ada gunanya juga mendebat dua wanita itu. Shindong memilih menganggukkan kepalanya.

"Baiklah besok lagi aku akan membuat tarif. Satu anak satu juta sehari" ledek Shindong kemudian menyesap kopinya.

"Sembarangan kamu, oppa" cebik Ian

"Ya sekalian jangan tanggung-tanggung"

Kalau saja Can tak datang ke ruang makan Shindong pasti sudah akan terkena omelan panjang Ian.

"Morninggggg, every bodyyyyhhhh" sapa Can riang.

"Morning anak cantik" balas Tia

Can masuk ke dalam dapur untuk melihat menu sarapan hari ini, ada beef Szechuan dan sapo tahu sebagai menu sarapan pagi ini.

"Wah.. ngga kaleng-kaleng memang masakan ka Tia mah"puji Can , Ia mengambil satu potong daging untuk mencicipinya.

"Padahal aku belajar sapo tahu dari Ian, eh yang ngajari minta di ajarin Sekarang" ucap Tia sambil mengerling ke arah Ian.

"Hidup itu bagaikan roda yang terus berputar, kadang di atas kadang di bawah ka.." Can menjawab lagi setelah menelan dagingnya.

"Apa hubungannya?" Tanya Shindong

Can berdeham dan nampak berfikir. "Apa ya? Ya gantian kemarin teh ian yang ngajarin sekarang di ajari. Ngga nyambung ya? Yaudah lupain aja" can meringis malu. Namun wajah tetap saja nampak cerah dan berseri-seri

Ian menatap Can menyelidik.
"Ini kan hari minggu, tumben kamu udah rapi."

"Uhmm.. aku ingin pergi"

"Dengan siapa? Ini minggu loh, masa harus kerja" ucap Shindong yang kini ikut menatap ke arah Can.

Baru saja Can mau menjawab, suara berat yang sangat khas di rumah itu sudah lebih dulu mengintrupsi.

"Sudah siap? Ayo can"

Kalimat pendek dari Siwon berhasil mencuri perhatian semua orang di sana. Terutama Shindong.

"Emm.. kita sarapan dulu ya? Ka Tia udah masak daging kesukaan ka Sarah sama Sapo tahu." Can menjawab pertanyaan Siwon yang juga membuat orang menoleh ke arah Candra lagi.

"Sarapan di luar saja. Tia ngga papa kan? Kalau kita sarapan di luar. Sorry.."

"Ohh.. ngga papa." Jawab Tia

Siwon mengangguk tak lupa mengucapkan maaf lagi dan terimakasih.

"Yuk" ajak Siwon sekali lagi pada Can.

The Broken VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang