Aku terkejut ketika memasuki ruanganku

1.2K 82 0
                                    

yang sudah di hiasi dengan lilin-lilin yang indah.

"Bagaimana? Kau menyukai kejutan ku?"
"Lisa? Kau yang menyiapkan semua ini?"
"Tentu saja, kau menyukai nya kan?"

Jujur saja aku merasa menjadi wanita paling istimewa sekarang, aku bahagia dengan kejutan nya.

"Aku sangat menyukai nya" aku memeluk Lisa dengan bahagia

"Jangan terlalu senang dulu, aku masih mempunyai kejutan lain untuk mu"
"Kejutan lagi? Apa itu? Ayo tunjukkan padaku"
"Seharusnya aku memberikan ini pada saat ulang tahun ku dulu"
"Iya apa? Tunjukan pada ku"

Lisa mengeluarkan kotak merah kecil dari saku nya.

Tentu saja isi dari kotak itu adalah sebuah cincin

"Aku berniat memasangkan nya pada saat kita selesai berdansa"
"Di depan semua orang?"
"Tentu saja, kenapa tidak? Sekarang coba tunjukkan jari manis mu itu padaku"

Aku menuruti apa yang dia katakan, Lisa memasangkan cincin itu di jariku. Mata ku berkaca-kaca karena terharu.

"Cincin ini sangat pas dijari mu"
Lisa mencium tanganku

"Aku tidak akan mengatakan nya, kau akan mengerti kenapa aku memberikan cincin itu padamu"
"Apa benar?"
"Tentu, apa kau meragukan ku?"
"Aku takut kau berpaling pada orang baru, seperti apa yang sudah kau lakukan pada rose"

Lisa memperhatikan bibirku, seperti nya dia
baru menyadari terdapat lebam di bibirku ini.

"Ini kenapa?" Lisa menyentuh nya

Aku mencari alasan untuk menjawab nya

"I-ini seperti nya karena ulah mu semalam.."
"Ulahku? Tapi aku tidak melihat nya tadi pagi"

Aku tidak mungkin mengatakan bahwa rose yang telah melakukan nya, karena Lisa sudah melarang ku untuk menemui nya.

"Kau mencoba membohongi ku? Kau datang terlambat ke kantor, kau pergi kemana dulu?! Katakan padaku !!"
"Kau tidak perlu tahu Lisa.."
"Apa?! Aku tidak perlu tahu? Apa aku orang asing bagimu Ruby?" Lisa menjauh dariku

"Kau akan marah jika aku jujur" aku menahan tangannya
"Aku akan marah ketika kau bohong"
"Baiklah aku akan jujur.. sebenarnya aku sudah menemui rose"
"Astaga.. aku sudah melarang mu Ruby.. kenapa kau keras kepala? Apa dia yang menyebabkan luka ini?"

Aku hanya mengangguk

"Apa yang aku katakan benar kan? Kau akan terluka jika menemui rose !!"
"Aku minta maaf.. aku tidak akan merasa tenang jika belum menemui nya Lisa"

Aku memasang wajah sedih ku padanya

"Kenapa kau tidak memberitahu aku dulu? Aku mempunyai banyak senjata, setidaknya kau harus membawanya satu jika ingin menemuinya" Lisa mencoba membuat lelucon padaku

Melihatku yang tidak merespon lelucon nya, dia menjadi merasa bersalah karena sudah membentak ku tadi.

"Aku tidak marah Ruby..aku tadi panik, makanya aku bicara dengan nada tinggi padamu"

Aku ingin sekali tertawa melihat wajahnya yang begitu panik

"Astaga kenapa jadi kau yang marah? Aku bercanda Ruby.. sungguh"

Aku tetap tidak merespon nya

"Yasudah aku akan pulang saja"
"Yasudah pulang saja"
"Baik, ini untuk mu, aku akan pulang sekarang"

Lisa memberikan sertifikat tanah nya padaku

"Kenapa sih jika aku marah, kau malah ikut marah?"

"Kau ini ya.. duduklah, aku akan mengobati luka mu itu"
"Tidak perlu"
"Cepat panggilkan sekertaris mu itu, suruh dia untuk membawa es batu kesini"
"Tidak usah, ini hanya luka kecil"

Ponsel Lisa berdering
"Jisoo yang menelpon, tunggu sebentar ya"

Lisa menjauh dariku saat mengangkat telpon dari Jisoo, jadi aku tidak bisa mendengarkan nya.

Saat dia selesai bicara, dia kembali menghampiri ku.

"Ruby aku harus menemui Jisoo, dia ingin bicara hal yang penting sebelum dia pergi ke Australia, tidak apa-apa kan?"
"Oh yasudah pergilah"

"Jangan marah.. aku pergi dulu ya" Lisa mengecup bibirku

Setelah Lisa pergi tidak lama kemudian sekertaris ku masuk.

"Kenapa ruangan ini seperti tempat kencan" nada bicaranya sangat tinggi
"Loh? Apa masalahmu? Mau tempat ini seperti tempat kencan, atau apapun itu apa urusan nya denganmu?"
"Tapi ini kan tempat kerja" jawabnya dengan santai

Aku hanya menatapnya dengan sinis

"Barusan ayahmu menghubungi ku lagi, dia mengatakan jika kau tidak menemui pria itu secepatnya, dia akan mencabut jabatanmu"

"Astaga kenapa sih kau terus membahas itu? Aku tahu sekarang kenapa papa mengirim mu menjadi seorang sekertaris, karena mulut mu itu seperti perempuan.. kau itu pria, tapi kenapa kau mau menjadi seorang sekretaris?"

"Aku hanya bekerja"
"Yasudah, katakan padaku kapan aku harus menemui pria itu? dan dimana?"

"Sekarang" dia menyebutkan alamat restoran padaku

"Baiklah temani aku untuk menemui nya"
"Kau pergi saja duluan, aku harus merapihkan tempat ini dulu, setelah itu aku akan pergi menyusulmu"
"Baiklah"

Aku pergi sendiri tanpa di temani siapapun untuk menemui pria itu, aku melakukan nya dengan terpaksa, karena jika tidak..papa akan kehilangan jabatanku.

Aku duduk di meja dengan nomor pesanan yang sudah di beritahu oleh sekertaris ku, tapi belum ada siapapun disini, seperti dulu..aku yang datang lebih awal dan harus menunggu nya datang.

Sudah lebih dari sepuluh menit aku menunggu nya.

"Apa aku tidak terlambat?"
"Kau? Mengagetkan ku saja.. kenapa kau lama sekali membereskan ruangan ku itu, dan dimana pria itu? Aku sudah lelah menunggu nya"
"Pria itu sudah datang, dia sedang duduk dan bicara denganmu"
"Kau? Pria yang dimaksud papa? Sekertaris ku?"

"Aku hanya berpura-pura menjadi sekertaris mu, nama ku Taehyung, aku seorang sutradara"

dia memperlihatkan kartu nama nya padaku
Sungguh aku merasa sangat bingung dengan apa yang sedang terjadi.

"Lalu kenapa kau berpura-pura menjadi sekertaris ku? Apa aku benar akan dijodohkan denganmu?"

"Aku hanya melakukan apa yang ayahmu suruh, dan aku juga tidak bisa menolak keinginan orang tua ku

"Kenapa kau tidak menolak? Aku tidak mau di jodohkan denganmu, aku sudah mempunyai pilihan ku sendiri"
"Siapa itu? Aku tidak pernah melihat mu berkencan dengan pria"
"Kau tidak berhak untuk mengetahui nya!!"

Dia menarik tangan ku saat aku akan pergi darinya

"Kau mau kemana?"
"Lepaskan tanganku!"
"Duduk dulu, aku belum selesai bicara denganmu"
"Aku bilang lepaskan tanganku!! Aku tidak mau bicara denganmu"

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang