"aku tahu suatu hari nanti kau pasti akan menikah dengan seorang pria

1K 74 0
                                    

aku tidak akan menantikan kapan hari itu akan terjadi, tapi aku tidak bisa memungkiri takdir.. perasaan kita memang sama, namun kita 'sama'..kau mengerti kan maksudku?"

"Lisa... kuharap aku bisa melupakan bahwa kita itu sama"
"Jangan menangis Ruby"
"Kau melarang ku menangis, tapi kau sendiri pun menangis"

"Aku membayangkan kau memakai gaun pengantin dian hiasan wajah yang cantik, kau duduk bersanding dengan sekertaris mu itu"

"Kita akan cari bersama solusi untuk masalah ini, itu kan yang kau katakan tadi?"

"Rasa takut akan kehilangan mu sudah menguasai pikiran ku sekarang"
"Itu tidak akan terjadi, kau percaya padaku kan?"
"Kau istirahat saja..aku akan pulang"

"Kenapa? Lisa.. kuharap kau tidak berpikir bahwa aku akan menyetujui perjodohan ini"

"Ayahmu tidak seperti ayahku, dia orang yang baik, jangan sampai kau mengecewakan nya"
Dia melangkah pergi dari kamarku

"Lisa jangan pergi" aku tidak bisa bangun untuk menahannya, karena kepalaku masih terasa sakit

Lisa sempat terdiam sebentar, tapi dia tetap pergi.

Aku tahu bagaimana perasaan Lisa setelah mengetahui semua ini, dia sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi disini, jadi dia pasti takut jika aku akan pergi meninggalkan nya.

Aku takut dia kembali lagi pada Rose..

Lisa pergi untuk menemui sekertaris itu di kantor Jennie
"Apa sekertaris Jennie ada disini?" Lisa bertanya pada salah satu karyawan disana

"Dia tadi pergi untuk menyusul direktur Jennie"
"Jennie sudah ada dirumahnya"
"Saya tidak tahu, dia belum ke kantor lagi"
"Baiklah"

Saat Lisa akan pergi dia berpapasan dengan sekertaris itu

"Kau sudah bertemu dengan Jennie?"
"Tidak, aku ingin menemui mu"
"Aku? Ada apa?"
"Kita tidak bisa bicara disini"
"Baiklah, ayo kita bicara di dalam"

Dia membawa masuk Lisa ke ruangan Jennie
Lisa terlihat kecewa ketika dia melihat ruangan Jennie yang tadi dia hias, kini sudah kembali seperti semula.

"Ayo silahkan duduk, apa yang akan kau bicarakan denganku?"
"Apa benar kau dijodohkan dengan Jennie?"
"Bagaimana kau bisa tahu? Ow pasti Jennie yang sudah memberitahu mu kan?"

"Jawab saja pertanyaan ku"
"Ya aku sudah di jodohkan dengannya, kenapa?apa Jennie mengatakan sesuatu?"
"Apa kau bisa menjamin akan membuat dia bahagia?"
"Semua itu bisa terjadi jika Jennie mau menerima ku"
"Jika Jennie menolak bagaimana?"

"Aku akan berusaha agar dia bisa menerima ku, aku tidak mau mengecewakan orang tua ku dan juga orang tua nya"

"Tapi bagaimana jika Jennie sudah mempunyai pilihan nya sendiri?"
"Itu yang Jennie katakan, apa kau tahu siapa orang itu?"
"Aku tidak tahu"
"Baiklah, kau tidak perlu mengkhawatirkan temanmu, dia akan bahagia denganku"
"Semoga kau berhasil"

Keesokan harinya..

"Nyonya ada yang ingin bertemu dengan nyonya"
"Siapa bi? Apa Lisa? Suruh dia masuk saja"
"Bukan, dia adalah sekertaris nyonya"

"Orang itu? Suruh dia pergi bi, aku tidak mau bertemu dengannya"
"Baik nyonya"

"Kenapa kau tidak mau bertemu dengan ku?"

Ku pikir bibi yang masuk lagi ke dalam kamarku, ternyata si sekertaris itu.

"Kau? Apa kau tidak punya malu masuk ke dalam kamar wanita tanpa meminta ijin dulu?"

"Kenapa? Kau akan manjadi calon istriku, tidak masalah kan?" Jawabnya dengan santai

"Apa kau tidak punya sopan santun"
"Baiklah aku minta maaf, jangan marah-marah seperti itu..aku kesini hanya untuk memberikan tiket bioskop ini"
"Untuk apa?"

"Tentu saja untuk nonton, aku ingin mengenalmu lebih dekat lagi"

"Aku apa kau pikir aku akan bersedia?"
"Tentu saja karena ini perintah dari ayahmu, kau harus terlihat cantik malam ini"

Dia pergi setelah memberikan tiket itu padaku.

Awal pagi ku sudah disambut dengan hal yang buruk.

Aku mencoba untuk menghubungi Lisa karena tidak ada kabar dari nya sejak kemarin. Tetapi nomornya tidak aktif.

Kemarin dia pergi dengan kecewa, aku takut dia melakukan hal yang buruk.

Aku bersiap-siap untuk pergi ke kantor, walaupun suasana hatiku sedang buruk tapi aku harus bekerja dengan baik.

Di sela-sela pekerjaan ku, aku terus mencoba menghubungi Lisa, tapi tetap saja nomornya tidak aktif.

Sekarang sudah sore, dia belum menemui ku sejak pagi, sekarang aku mulai mengkhawatirkan nya.

Aku bergegas untuk menemui Lisa, setelah sampai dirumah nya aku menekan bel berkali-kali, tapi tidak ada yang membuka nya.

Setelah aku berteriak baru ada yang membukakan pintunya.

"Nona Jennie?" Pelayan nya masih sama seperti dulu dan dia masih mengenali ku

"Iya bi, ini aku, apa Lisa ada didalam?"
"Kebetulan non kemari, bibi bingung dari kemarin nyonya tidak mau keluar dari kamar, dia belum makan apapun"
"Biarkan aku menemuinya"
"Baik non, mari masuk"

Aku berjalan menuju kamar Lisa yang letaknya masih sama seperti dulu

"Lisa buka pintunya, ini aku" aku mengetuk pintu nya

Tapi tidak ada jawaban dari dalam

"Lisa kau baik-baik saja kan? Jawab aku"
"Sudah bibi katakan non, nyonya tidak mau keluar dari kamarnya"
"Mungkin dia marah padaku"
"Jika nyonya marah dia tidak akan diam seperti ini non"

Aku mencoba membuka pintunya, dan ternyata pintunya tidak dikunci sama sekali

"Bibi? Lisa tidak mengunci pintunya"

Aku langsung masuk untuk menemui Lisa, tapi Lisa tidak ada dikamar nya

"Lisa kemana bi? Kenapa dia tidak ada dikamar nya"

"Kemarin dan malam pintunya masih dikunci non, bibi tidak tahu jika nyonya sudah keluar dari kamar"

"Bibi ini gimana sih? Bibi kan seharian ada disini, masa tidak tahu jika Lisa pergi" karena panik aku memarahi bibi

"Maaf non, bibi sibuk mengurus pekerjaan"
"Lalu sekarang bagaimana? Lisa pergi kemana?"
"Coba non pergi ke rumah nona rose, siapa tahu nyonya ada disana"

Betul juga apa yang dikatakan bibi, bisa saja Lisa pergi menemui rose karena kecewa padaku, aku akan pergi ke rumah rose untuk memastikan nya.
Entah apa yang akan ku lakukan jika benar Lisa sedang bersama dengan rose.

Saat sampai dirumah rose, aku berteriak memanggil nama Lisa. Tidak lama kemudian rose keluar dari rumahnya.

"Apa kau tidak malu membuat kegaduhan di rumah orang?"
"Dimana Lisa?"
"Lah? Kenapa kau bertanya padaku? Bukan nya dia selalu mengikuti kemana pun kau pergi?"

Aku masuk ke dalam rumahnya untuk mencari tahu sendiri apa Lisa ada didalam atau tidak.

"Apa kau sudah gila?"

Aku terus mencari ke setiap ruangan, termasuk ke dalam kamarnya, tapi aku tidak melihat tanda-tanda keberadaan Lisa disini.

"Lihat lah, belum satu minggu kau bersamanya, tapi dia sudah pergi meninggalkan mu, kau memang tidak bisa membuatnya bahagia, dulu dia sangat bahagia ketika denganku"

"Diam ! Tutup mulutmu itu"

"Mungkin Lisa sudah bosan padamu, masih ingat kan dengan apa yang aku katakan, dia akan pergi jika dia menemukan orang baru"

Aku diam memikirkan perkataan rose

"Akhirnya aku bisa duduk santai tanpa repot-repot memikirkan cara untuk balas dendam padamu"

"Terserah apa katamu, itu tidak penting bagiku"
Aku pergi dari rumah rose

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang