16. Panglima

63 6 0
                                    

Venus menduduki tahta besar dan mewah itu sambil meminum secangkir anggur pelan-pelan. Sorot matanya menunjukan kemurkaan, semua orang yang ada disekitarnya pun tidak berani berkata-kata dan menatap Venus.

"TUANGKAN ANGGURNYA LAGI."

"Cukup Venus,kau akan mabuk." Ucap Gena.

"Tidak Gena, aku sudah mabuk. Aku mabuk dengan kecantikan Sina. Aku menginginkan Sina kembali, DAN MEMENGGAL KEPALA SI PANGLIMA ITU."

"Kau benar-benar mabuk." Gena memutar kedua bola matanya kesal.

Dua orang pelayan terlihat membawa sebuah bingkai yang ditutupi kain putih polos menuju kehadapan Venus. Seorang pelayan yang ada disamping Venus langsung pergi kearah bingkai tersebut dan membuka kainnya perlahan. Terlihat sebuah ilustrasi wanita cantik sambil tersenyum penuh wibawa memakai gaun biru langit dengan mahkota bulan sabit di kepalanya, bibir mungil kecil merah delima,pipi yang mengunakan perias warna merah muda,kulit yang putih,dan bulu mata yang lentik makin memperlihatkan kesempurnaan kecantikan dari wanita itu. Semua orang langsung terpana akan lukisan wajah perempuan itu. Terutama Venus yang langsung terkulai lemas melihatnya.

"Sina...betapa cantiknya dirimu."

...

Langit jingga cerah sudah hampir memudar gelap, tapi Satur dan Sina masih saja berjalan melewati hutan yang luas itu.

"Kapan kita sampai."

"Sebentar lagi."

"3 jam yang lalu kau pun bilang seperti itu. Sebentar lagi, tapi lihat lah, kaki ku sudah lecet."

"Apa kau lelah?."

"Iya." Ucap Sina malu-malu.

Satur pun menurunkan pundaknya dan menepuk punggungnya beberapa kali dan menatap pada Sina.

"Apa?." Tanya Sina heran.

"Naik."

"Punggung mu?."

"Iya." Jawab Satur sabar.

"Aku tidak mau."

"Ayolah, kita harus segera sampai disana. Naik kepunggung ku!." Perintah Satur.

"Kau sedang terluka,mana bisa menggendongku."

"Menggendong gajah saja aku bisa, apalagi menggendong mu." Ucap Satur mulai mengejek Sina.

"Baiklah."

Sina pun menaruh kedua tangannya pada pundak Satur,kaki Sina pun di angkat oleh kedua tangan Satur dengan erat agar tak jatuh. Ia pun kembali melangkah sambil menggendong putri di punggungnya.

"Kau lebih berat dari gajah ternyata." Cetus Satur.

"Ih, kau ini tidak sopan."

"Itulah kenyataannya." Ucap Satur sambil tertawa.

" Kau seperti kera." Gumam Sina

"Apa?."

"Ke-ra." Kini Sina mengucapkannya dengan jelas.

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang