17. Panglima

57 6 0
                                    

Pagi yang cerah telah tiba, burung-burung berkicau dengan merdu, cahaya matahari yang hangat membuat tubuh Satur rileks. Suara aliran sungai yang merdu pun makin menambah ketenangan pagi ini. Ia menarik nafas panjang dan memejamkan matanya menghayati ketenangan alam ini.

"Panglimaa Satuur..." Teriak Sina.

Satur langsung membuka matanya dan bangkit dari pose tidurannya. Ia langsung berlari menghampiri Sina yang berada di sungai. Sesampainya disana Satur langsung berpaling dan menundukkan wajahnya tak berani melihat Sina yang hanya menggunakan satu helai kain putih ditubuhnya.

"Ada apa?." Tanya Satur

"Bajuku hanyut." Ucap Sina

"Apa?, Bagaimana bisa?."

"Aku tadi hampir terpeleset lalu menjatuhkannya. Maafkan aku."

"Kau ini!." Satur terlihat menahan emosinya dan mulai mencari keberadaan pakaian tuan putri. Satur melirik kearah mana aliran sungai itu pergi, pakaian Sina sepertinya sudah hanyut terlalu jauh. Tapi ia tetap tidak menyerah dan berjalan cepat mengikuti aliran tersebut. Hingga beberapa meter ia menelusuri sungai tersebut ia mendapatkan jalan buntu karena bertemu dengan air terjun yang terjal, membuat hasil pencariannya jadi nihil. Satur tak bisa menemukan pakaian Putri Sina dibawah sana. Itu terlalu berbahaya jika Satur harus melompat ke dasar air terjun tersebut, padahal misinya masih belum selesai untuk menyelamatkan Putri Sina dari genggaman Vetur. Ia kembali ke tempat Sina berada melaporkan semuanya sambil berpaling menundukkan wajahnya.

"Aku tidak dapat menemukan pakaianmu, sepertinya sudah hanyut jauh dengan derasnya aliran sungai ini. Dan sepertinya sudah terbawa hingga kedasar air terjun. Kau bisa menghukum ku atas kegagalan ini, tuan putri."

"Untuk apa aku menghukummu, hanya karena baju yang hanyut?. Itu juga salahku kan yang tak hati-hati. Kau ini berlebihan."

"Sekali lagi maafkan aku."

"Ya, aku maafkan. Tidak apa-apa jika aku hanya memakai 1 helai kain."

"Tidak."

Sina kebingungan dengan pernyataan dari Satur.

"Kenapa tidak. Apa kau menyuruhku untuk...oh tidak, otak kotor!!. Dasar tidak sopan."

"Maksud ku bukan itu, ke..kemari sebentar." Ucap Satur salah tingkah.

"Kau mau apa?." Sina langsung mundur menjauh dari Satur.

Satur hanya bisa mengedus kesal. Sina yang makin kebingungan berubah menjadi takut ketika Satur membuka kancing pakaiannya, dan perlahan melepaskannya dari tubuh Satur. Hanya tersisa perban putih saja yang menutupi dada dan perut lelaki itu. Satur maju beberapa langkah mendekatkan diri pada Sina.

"Apa yang akan kau lakukan,jangan macam-macam. Aku ini tuan putri."

"Masa bodoh dengan gelarmu." Satur tidak mendengarkan ucapan dari Sina dan makin maju mendekat.

"Berhenti."

"Apa?." Tanya Satur

"Aku hanya ingin memberi mu pakaianku. Pakai ini." Lanjut Satur sambil menyodorkan pakaiannya.

Satur langsung berbalik dan pergi menjauh dari tempat itu agar Sina bisa nyaman memakai bajunya. Ia sangat memahami privasi wanita dan hormat akan hal itu, walaupun bisa dibilang ia sedikit kasar saat pertama kali bertemu dengan Sina.

Beberapa menit kemudian...

"Sudah selesai." Ucap Sina.

Satur pun langsung menoleh dan menatap Sina, ia tersenyum simpul dengan penampilan Sina sekarang. Bajunya terlihat kebesaran saat dipakai oleh Sina, bahkan melewati lututnya. Sina jadi terlihat mungil.

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang