Ketiga pria itu beristirahat di tepi sungai sambil membasuh tubuh mereka. Jatar yang menunggu Zular dan Metar mandi hanya duduk di atas batu besar sambil menatap kearah air terjun tersebut. Hingga perhatiannya teralihkan pada sebuah baju biru langit yang tak begitu asing baginya menyangkut di ranting-ranting pohon dekat air terjun. Ia mengingat-ingat kembali siapa yang sering memakai pakaian tersebut.
"Sina." Gumam Jatar
Pakaian itu terlihat terbawa angin menuju Jatar, angin itu sepertinya berasal dari kekuatan yang Jatar alirkan dari matanya.
"Tak salah lagi ini pakaian Sina. Tapi kenapa pakaiannya bisa hanyut. Apa yang telah terjadi. " Ucap ia sambil melihat baju itu dengan seksama.
Jatar beranjak dari duduknya dan turun perlahan kebawah, ia pun langsung menunjukkan baju Sina pada Zular dan Metar.
"Cepatlah,kita harus segera menemukan jejak Sina dan Satur berada. Aku sangat khawatir dengan mereka."
Zular dan Metar langsung mengangguk dan mempercepat mandi mereka.
Di tempat lain, Sina dan Satur sudah sampai di hutan lebat lagi. Mereka saling membantu melewati jalan yang banyak lika-liku dan ranting yang menghalangi jalan dan penglihatan mereka.
"Aku lelah sekali. Istirahat sebentar ya." Pinta Sina
"Jangan disini, tempat ini terlalu lembab dan banyak pohon besar yang lebat, berbahaya untuk kita tinggali lama-lama."
"Memangnya kenapa?."
"Biasanya disini banyak hewan-hewan buas dan hewan berbisa seperti kalajengking dan..."
"Ular." Ucap Sina memotong pembicaraan Satur.
"Ya,betul sekali."
"Tidak, maksudku itu dibelakang mu ada ular."
Satur langsung menoleh kebelakangnya dan benar saja ada seekor ular berbisa menggelantung di pohon tepat berada didepan matanya. Satur menggenggam tangan Sina dan mundur perlahan-lahan. Ia tidak ingin melakukan perbuatan yang buru-buru hingga ular itu harus mematuk mereka berdua.
"Satur aku takut." Ucap Sina lirih
Satur dan ular itu saling menatap tajam satu sama lain. Seperti sebuah pertarungan sengit,belum ada yang menang ataupun kalah. Hingga tiba-tiba saja ular itu meloncat ke arah muka Satur hendak mematuknya, ular itu terlalu berani untuk menyerang Satur terlebih dahulu. Namun, dengan sigap Satur langsung mencekik ular berukuran sedang itu dengan kedua tangannya. Ular itu berdesis dan menggeliat membuat bulu kuduk Sina merinding jijik. Tanpa pengampunan Satur langsung melempar ular itu jauh dari hadapan mereka.
"Sudah aman. Jangan takut, aku ada bersamamu. Ayo kita lanjut."
Sina langsung mengangguk dan berjalan di dekat Satur.
Setelah beberapa jam berjalan, melewati hutan lebat dan jalan bebatuan hingga jurang yang terjal akhirnya mereka bisa beristirahat di daerah bebatuan yang besar-besar. Mereka berlindung di bawah pohon beringin dari terik sinar matahari. Sina terlihat memijat-mijat kakinya yang sakit. Satur tertidur menyandar di pohon begitu tenang bagai seekor bayi harimau yang lucu. Sina tersenyum kecil dan menghampiri Satur, ia duduk pelan-pelan mendekati panglima itu. Kalau dilihat secara seksama ketampanan dan wibawa dari panglima Satur terasa begitu kental dan khas. Ia kembali mengingat masa-masa awal pertemuannya dengan Satur yang diwarnai pertengkaran. Mereka dulu sama-sama kasar dan tidak peduli satu sama lain. Tapi entah kenapa rasanya kini begitu berbeda 180°. Sina ingin selalu berada didekat Satur, rasa sayang dan tolong-menolong telah tertanam selama mereka berpetualang melewati perjalanan yang jauh ini. Sina dan Satur sendiri sudah mulai saling memahami satu sama lain, dan saling menghargai. Sina mengacak-acak rambut Satur dengan gemas, hal itu membuat lelaki bertubuh tinggi itu langsung terbangun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moondom : Panglima
RomansaGenre : romance, action, military. Semuanya telah berubah setelah insiden malam itu terjadi. Senyum manis dan amarah yang selalu kau pancarkan tidak terlihat pada hari itu, cahaya bulan tak lagi bersinar terang seperti dulu. kekosongan hati dan kekh...