05. Panglima

73 8 0
                                    

Matanya berbinar memancarkan kejayaan, mulutnya tak membentuk senyuman namun ada semburat kebahagiaan dihatinya. Pedangnya berlumuran darah yang masih sangat segar. Ya, Satur. Sangat cocok untuk di sebut sebagai pembunuh berdarah dingin. Di dalam tenda itu ia berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik.

Keesokan hari, yang begitu menguntungkan bagi pasukan Moondom karena ada sesuatu pengumuman yang menggembirakan.

"ZATUS TELAH TERBUNUH." Ucap Panglima Vetur dengan lantang

"KITA MENANG." Sahut Metar

Para prajurit bersorak ria dengan bahagia, momen kemenangan ini pun telah sampai di telinga Hatar dan Jatar yang berada ditenda khusus keluarga kerajaan. Akhirnya peperangan ini sudah diakhir penyelesaian dengan kemenangan yang akan diterima kerajaan Moondom.

"Satur telah berhasil." Ucap Hatar pada Jatar.

Jatar menganggukkan kepalanya, mereka terlihat bahagia dan memasang ukiran senyum lega dan lebar.

Namun, tak berselang lama kebahagiaan dan euporia itu hanya bisa dirasakan sementara. Pasukan Sundom datang kembali ke medan perang untuk membalas kematian rajanya. Suasana kembali menjadi riuh oleh teriakkan, dendam, dan saling mengumpat satu sama lain. Hatar yang masih didalam tenda bersama adiknya langsung bersiap-siap untuk bertempur. Mereka berdua mengambil senjata mereka masing-masing disebuah peti besar. Tapi, seseorang tiba-tiba saja  datang secara terang-terangan sambil berteriak penuh amarah, ia menghancurkan semua barang yang ada ditenda itu.

"Aaaaaaa... Matilah kau Hatar, aku akan membalaskan dendam rajaku dengan membunuh mu." Sepertinya ia adalah salah satu keluarga bangsawan langit kerajaan Sundom, dilihat dari pakaiannya yang mewah dan mahkota dikepalanya ia seperti seorang pangeran dari kerajaan Sundom.

Ia adalah putra pertama dari Raja Zatus yang bernama Fegas. Pen-deskripsian dirinya tak jauh berbeda dengan ksatria-ksatria kuat dan berotot. Tubuhnya tinggi dan besar. Iris mata safir dengan tatapan yang tajam penuh dendam amarah. Rambutnya panjang diikat kuda, tubuhnya besar berotot sama seperti Hatar.

"Bersiaplah."

Kapak beraliran listrik terlihat akan mengayun memotong kepala Hatar saat itu. Lemparan kapaknya sangat cepat dan akurat hampir mengenai leher Hatar. Namun, hal itu segera digagalkan oleh adiknya Jatar dengan kekuatan angin yang menghempaskan kapak itu kesembarang arah. Jatar menghela nafas lega karena jurusnya tepat waktu mengenai kapak itu. Kini mereka berduapun sudah siap melawan Fegas yang marah bagaikan banteng. Satu lawan dua?, walaupun hanya melawan satu orang tapi lawan kali ini terlihat sulit bagi kedua kakak beradik ini untuk mengatasinya bersama-sama. Baju jirah emas Fegas ia lepas dan hanya menyisakan tubuhnya yang telanjang dada, tangan dan kakinya sudah memulai ancang-ancang segera menyerang terlebih dahulu, bersamaan dengan itu pula kapak Fegas kembali lagi ke tangannya seperti tertarik oleh magnet. Ia meregangkan otot lehernya sampai terdengar derikan tulang yang kaku.

"SETELAH MENGHABISI KALIAN, AKAN AKU BUNUH SATUR SI PENGHIANAT ITU. KARENA DIA LAH YANG MENJADI PENYEBAB KEMATIAN KAKAKKU."

"DAN AKU AKAN MENJADI PENYEBAB KEMATIAN MU." Saut Raja Hatar penuh keberanian.

Raja Hatar mengayunkan pedangnya menerima tantangan dari pangeran Fegas. pergulatan diantara mereka begitu sengit ,sulit untuk ikut campur didalamnya. Bahkan,Jatar pun sulit untuk fokus melihat gerakan mereka. Karena sangat cepat secepat kekuatan petir diantara mereka. Bagai kilat yang selalu menghiasi bumi saat badai akan tiba,ini lah gambaran suasana di tenda. Decitan dari beradunya besi menambah ketegangan dan lagu dalam pertikaian. Cukup lama mereka berduel, hingga terlihat raut wajah kelelahan dari sang raja. Namun,ia terus mencoba sekuat tenaganya. Hingga akhirnya nyawapun berada diujung tanduk. Hatar terjatuh kelantai lalu tubuhnya ditindih Fegas untuk dicekik oleh tangan beraliran petirnya itu. Jatar yang mencoba menolong Hatar pun gagal. Ia mengetahui serangan yang akan diberikan Jatar, sehingga dengan mudahnya ia mengikat pangeran itu dengan ikatan aliran listrik dari dalam tangannya, semua terjebak dalam ironi akhir dari kematian. Tapi, mereka tak semudah itu untuk menyerah. Semua tengah berusaha dengan keras agar bisa melawan kematian mereka hari ini dan bisa memenangkan pertempuran. Namun, rasanya ajal sudah mendekati mereka berdua. Cukup menghitung waktu kematiannya saja.

Saat Hatar dan Jatar menutup mata mereka dengan pasrah, seseorang dengan baju hitam berjirah baja cepat-cepat menyergap dari belakang hingga musuh terjatuh ke lantai, hal itu merupakan gerakan yang tak terduga bahkan tak terbaca. Tak banyak membuang waktu,satu belati ia tancapkan pada musuh, hingga melemahkan musuh perlahan dan nyawapun melayang.
Roda berputar begitu cepat. Yang tadinya Hatar yang akan mati saat itu juga,berbalik pada musuh. Satur melepaskan ikatan yang menjerat pangeran. Mereka berdua langsung bergegas menghampiri Hatar yang bersimbah darah dan luka.

"Kau bekerja dengan baik Satur." Ucap Raja penuh kebanggaan.

"PANGLIMA MOONDOM TELAH TERBUNUH, PANGLIMA MOONDOM TELAH TERBUNUH." Teriak prajurit di luar.

"Paman Vetur?!." Ucap Hatar tak percaya dengan nada suara yang bertanya-tanya.

"Aku dan pangeran Jatar akan pergi keluar untuk menyerang pasukan Sundom. Dan mengumumkan kematian Pangeran Fegas. Di luar pasti tengah mengalami kekacauan akibat kematian Panglima Vetur." Ucap Satur.

"Aku juga ikut keluar untuk melihat jasad Vetur." Ucap Hatar.

Sebuah pedang tertancap menembus tubuh Vetur. Tubuhnya sudah tak berdaya lagi, ia tengah sekarat sambil memandang keatas dengan pandangan yang membulat sempurna penuh kesakitan. Keadaannya begitu mengenaskan.

"Panglima Vetur. " Panggil Hatar

"Bertahanlah!."

"Ra..raja.. Na..Dia..pen--a--na--at. " Vetur sepertinya tengah berusaha untuk mengatakan sesuatu. Namun,apa boleh buat waktu sekaratnya sudah habis. Kini ia sudah meninggal tak bernyawa lagi,ia sudah pergi untuk selamanya.

"Panglima bertahanlah! Demi aku, setidaknya untuk Sina. Panglima." Hatar terlihat sangat terpukul dengan kepergian Panglima Vetur,ia sudah berjasa dalam keamanan dan kesejahteraan kerajaan. Sina dan dirinya sudah menganggap Vetur sebagai keluarga yang dekat. Kini ia harus menyaksikan kepedihan atas kehilangan kerabat yang paling ia sayangi.

Hari ini, adalah peperangan terakhir mereka. Kerajaan Moondom menang telak, walaupun kesedihan juga melanda diantara kemenangan itu. Panglima Moondom yang pemberani dan setia telah tiada. Suasana menyayat hati begitu terasa di sana saat pemakaman panglima berlangsung. Satu pahlawan tertinggi dan berdedikasi telah tiada. Seketika awan menjadi meng-abu,angin menjadi seperti badai yang menyerang Hatar dan pengikutnya.

"Apa yang harus aku katakan pada Sina." Ucap Hatar Lirih.

Moondom : Panglima Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang